Share

Part : 6.

Author: Biru Langit
last update Last Updated: 2021-08-23 20:56:00

Mama banyak bercerita tentang masa kecil Arkan. Seperti tebakanku dia memang nakal saat kecil. Sepupunya yang kebetulan berkunjung juga, membenarkan hal itu. 

"Tiap hari selalu ada aja tinggallah Arkan," kata mama yang duduk di sampingku. 

Rara, sepupu perempuan Arkan juga bercerita dengan sangat bersemangat. Bagaimana cara Arkan mengganggu mereka semua dan membuat mereka menangis. Tidak ada yang bisa mengalahkan Arkan untuk masalah bandel. Dialah nomor satunya. Tidak ada yang berani dekat-dekat dengan waktu kecil.

"Setiap sepupunya selalu saja di buat nangis," kata Rara mengadu. 

"Sampai gak ada yang mau dekat-dekat sama mas Arkan, takut dijailin." Sambungnya lagi. 

"Rara itu yang selalu jadi langganan menangis, kalau sudah datang ke rumah. Arkan paling suka mengganggu Rara diantara sepupu yang lainnya" kata mama melihat Rara. 

"Rambut, Rara selalu ditarik. Jangan bilang sama mas Arkan ya! Kalau dia suka banget sama rambut perempuan," kata Rara berbisik di telingaku. 

"Ghibah aja terus," kata Arkan.

Arkan datang sambil duduk di sampingku, menggeser paksa Rara, yang sebelumnya duduk di sampingku. 

"Ih ... Mas kok gitu," protes Rara, yang tidak di hiraukan oleh Arkan. 

"Mau dekat-dekat sama istri gue, lo cari suami sana biar gak iri," ledek Arkan pada sepupunya. Rara langsung cemberut mendengar ucapan Arkan. Seperti biasa Arkan tidak peduli dan malah memelukku. Aku yang dipeluk di depan Rara dan mama Arkan langsung merona malu.

Sampai sekarang kesan jail Arkan tidak pernah hilang. Dia ceria dan selalu dirindukan oleh semua saudaranya. Terlebih lagi Arkan ini sering berpergian, memanjat gunung. Apalagi saat libur, dia sibuk menjelajahi alam Indonesia. 

Dia tidak sering menghabiskan waktunya di rumah. Arkan lebih senang menjelajahi penjuru Indonesia. Setelah pulang dia akan membawakan oleh-oleh yang banyak untuk semua sepupunya.

Aku cukup heran pada Arkan. Kulitnya putih sekali, walaupun sering memanjat gunung. Sangat berbeda sekali denganku. Kulitku langsung gosong jika terkena matahari langsung.

Arkan tetap saja putih walaupun sering terbakar sinar matahari. Mungkin karena sudah gennya yang memang berkulit putih cerah.

"Mau lihat kamar gue di sini," kata Arkan lalu menggandeng tanganku. 

Kami meninggalkan mama dan Rara di ruang tamu. setelah meminta izin tentunya, dan menuju kamar Arkan. 

Sama seperti kamarnya di apartemen, disini juga perabotannya berwarna coklat dan terdapat banyak action figure. 

Arkan membuka lemari dan mengeluarkan album foto dan memberikan padaku. Aku duduk di ranjang besarnya, kamar Arkan sangat bersih. Kamar ini pasti dibersihkan tiap hari, walaupun tidak ditepati. 

"Foto kecil gue," kata Arkan menyerahkan satu album foto yang sangat tebal. 

Aku membuka lembaran demi lembaran. Banyak sekali poto Arkan kecil didalam sini. Arkan kecil yang gemuk, Arkan kecil yang membuat sepupunya menangis, dan banyak lagi. 

"Jendela rumah ini, semuanya kayaknya pernah di ganti, karena gue pecahin kacanya."

"Tiap marah atau merajuk mecahin kaca jendela?" 

"Gak. Ada yang pecah karena gak sengaja kelempar bola kasti, bola kaki, bola basket kayaknya," kata Arkan sambil nyengir. 

Aku bisa membayangkan, bagaimana aktifnya Arkan saat kecil. Pasti dia berlarian kesana kemari, dan memecahnya banyak bunga milik mama. 

Mama suka sekali menanam bunga di halaman. Sama seperti rumahku. Rumah Arkan juga halamannya sangat luas. Arkan tubuh besar disini. 

"Mama sama papa pasti pusing," kataku menertawakan Arkan. 

Arkan diam saja, dan tiba-tiba mendorongku hingga terlentang. Aku sudah deg-degan, takut dan penasaran apa yang akan dilakukannya. 

Tidak seperti yang kupikirkan, dia malah menggelitikiku. Aku yang tidak tahan, menggeliat kesana-kemari. Tawaku tidak berhenti, sementara Arkan terus menggelitikiku. 

Sprei sudah kusut, bahkan lepas dari kasur. Wajahku sudah sangat merah dan bajuku berantakan. Arkan juga sama bajunya berantakan dan rambutnya juga kacau. 

Aku menjambak Arkan agar dia mau berhenti menggelitik tubuhku.

"Udah ampun, gue gak sanggup lagi," pintaku padanya. 

Akhirnya Arkan berhenti, dan ikut merebahkan dirinya disampingku. Lalu kami sama-sama tertawa dengan nafas yang ngos-ngosan. 

Ternyata capek juga digelitiki. Aku lalu menjambak rambut arkan karena kesal. Aku menduduki perutnya, dia mencoba menahan tanganku dan melepaskan jambakanku. 

"Bilang ampun dulu, baru gue lepas," kataku.

"Gak bakal. Lo yang  bakal minta ampun," balas Arkan. 

Dengan mudah Arkan membalikan posisi, dia berada di atas tubuhku. Dengan beban tubuhnya ditumpukan pada lututnya.

"Nah sekarang siapa yang mau minta ampun," katanya sambil menyeringai. 

Aku jadi takut kalau begini, bukan apa? Arkan pasti akan menggelitikiku lagi. Entah kenapa, saat ini aku berharap ada yang masuk ke dalam kamar. 

Walaupun posisi ini, pasti akan membuat orang lain salah paham tidak mengapa. Asalkan aku selamat. 

"Ada yang takut." Ledek Arkan padaku. 

Aku hanya cemberut, tidak berani. Salah langkah, aku bisa digelitik lagi. 

"Duh takut banget sih," kata Arkan sambil mengusap kepalaku yang ku pakaikan jilbab. 

"Aku gak suka digelitiki," kataku pelan.

"Aku suka setiap apa yang kamu lakukan." 

Wajahku memerah malu, dia tau bagaimana membuat penyakit jantungku kambuh lagi. Sepertinya aku butuh dokter sekarang. 

"Ayo kita beri cucu untuk papa dan mama," katanya dengan nada suara yang jail. 

Aku langsung mendorongnya dan lari ke bawah. Mencari mama untuk berlindung dari jailnya Arkan. Arkan ini selalu membuat jantungku mau copot saja. Awas saja, aku akan membalasnya nanti. 

Aku juga akan membuat jantungnya berdetak kencang, tapi bagaimana caranya? Aku tidak tahu. Aku tidak punya pengalaman lebih bersama laki-laki. 

Ingin balas dendam padanya saja. Aku sama sekali tidak tau caranya. Jangankan untuk membalas dendam. Dekat dengan Arkan saja sudah buat perasaanku tidak karuan. 

"Bisanya kabur mulu. Sini dong," kata Arkan mengejek. Aku langsung cemberut dibuatnya. Arkan malah semakin senang saja.

"Lo godain gue mulu," kataku kesal. 

"Kalau godain istri sendiri gak dosa. Kalau godain istri tetangga baru gak boleh."

"Jadi lo punya niat buat godain istri tetangga?"

"Enggaklah. Istri gue paling cantik sedunia. Mana mungkin gue berpaling pada istri tetangga yang gak ada apa-apanya," kata Arkan sungguh-sungguh.

 Aku hanya bisa menahan tawa melihat Arkan yang juga tersenyum manis. Dia kemudian mendekat padaku dan memeluk. Dia juga mencium keningku berulang kali. 

"Bagi gue. Lo itu perempuan tercantik di dunia ini. Gak ada yang bisa ngalahin. Gak bakal ada yang bisa bikin gue berpaling dari lo," kata Arkan sungguh-sungguh. 

Selain jail Arkan punya mulut yang sangatlah manis. Sehingga mampu membuatku meleleh seketika. Aku yang awalnya kesal karena di goda terus padanya sekarang jadi senyum-senyum. 

"Istriku yang paling cantik," katanya lagi. Aku hanya bisa menikmati hangatnya pelukannya tanpa mampu berkata-kata. Skill gombalnya tingakt dewa ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah Dengannya   40. Hubungan Lebih

    Melihat tante Wenda dengan wajah sembab saat meninggalkan makam papa. Membuat otakku berpikir sangat keras.Aku yakin hubungan mereka tidak ada yang istimewa. Namun saat aku melihat kejadian ini. Pemikiranku runtuh seketika.Tante Wenda tidak mungkin menangis hingga wajahnya sembab. Kalau hanya memiliki hubungan yang biasa dengan papa. Dia tidak perlu repot-repot terus menaruh bunga di makan papa tiap hari."Gua benar-benar gak tau kalau tante Wenda sering banget ke makam papa. Tante Wenda pasti sayang sekali pada papaku," kataku dengan nada sinis yang bahkan tidak bisa ku sembunyikan.Serafin mengelus rambutku dan tersenyum padaku. Matanya seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi bibitnya tertutup sangat rapat.

  • Menikah Dengannya   Part : 28

    Arkan terus memamerkan hasil usg bayi kami pada mama dan papa. Kami sekarang berada di rumah mama dan papa."Kenapa harus Zahra yang datang kesini. Harusnya mama dan papa aja yang datang ke apartemen kalian. Zahra harus banyak-banyak istirahat gak boleh sampai kelelahan," kata mama meletakan segelas teh di depanku.Aku benar-benar tidak enak pada mama. Aku ini menantunya tapi mama yang malam melayani aku. Harusnya aku yang melayani mama, bukan sebaliknya."Gak apa-apa ma, Zahra gak lelah sama sekali. Zahra juga senang bisa berkunjung ke rumah mama lagi. Selama ini Zahra kan udah lama tidak berkunjung," kataku sambil mengambil minuman yang baru diletakkan oleh mama."Tetap saja mama tidak mau kamu lelehan. Kalau nanti ada apa-apa dengan kamu dan kandunga

  • Menikah Dengannya   Part : 27

    Hari ini aku dan Arkan berencana untuk ke dokter. Untuk memeriksa kehamilanku. Kami berdua sekarang sangat benar-benar bersemangat.Kehamilanku membuat hubungan kami semakin harmonis.Walaupun ada halangan, kami sebisa mungkin menyelesaikan. Sinta juga semakin hari semakin keterlaluan. Dia tidak segan-segan datang ke kantor Arkan dan menemui suamiku.Sinta terus diusir oleh Arkan. Namun wanita itu tidak pernah jera. Dia selalu memanfaatkan situasi yang ada. Benar-benar wanita yang membuang harga diri karena cinta."Arkan tolong dong. Tarikin resleting baju aku, tangan aku soalnya gak nyampek," kataku padanya yang sedang memilih baju di dalam lemari.Arkan dengan gesit menuju ke arahku. Dia kemudian menyentuh pundakku. Aku langsung membalikan badan padanya."Sini," katanya lembut, tapi bukanya menarik resleting ku ke atas. Dia malah menurunkan resletingku. Arkan kemudian mencium bahuku lembut. Dia memeluk tubuhku dan menghir

  • Menikah Dengannya   Part : 26

    Aku benar-benar emosi saat melihat wajah Dinia. Dia dengan seenaknya mengatai aku dan memaki-makiku. Padahal aku sama sekali tidak bersalah. Mungkin juga karena aku sedang hamil sehingga emosiku mudah sekali tersulut."Jaga mulutmu. Aku tidak pernah mengganggu dan merugikan kamu, tapi kamu selalu menggangguku," kataku geram. Dinia selalu saja mengusik hidupku. Dia menganggap aku tidak pantas menjadi istri Arkan dan Sinta, kakaknyalah yang pantas.Padahal mereka berpisah jauh sebelum kehadiranku. Aku menikah dengan Arkan, saat hubungan Arkan dan Sinta sudah benar-benar berakhir."Kalau bukan karena lo. Kakak gue gak mungkin mencoba bunuh diri. Dasar pelakor," kata Dinia marah. Dia menunjuk-nunjuk wajahnya dengan tangan kirinya.Aku langsung menepis tanga

  • Menikah Dengannya   Part : 25

    Aku menjelaskan kalau bang Sakti adalah saudara sepersusuanku. Mama bang Sakti saat itu sakit parah dan ibu yang merawat bang Sakti. Kebetulan usia bang Sakti dan bang Bintang tidak jauh berbeda. Sehingga dengan persetujuan tante, ibu menyusui bang Sakti. Karena itu bang Sakti sangat dekat denganku dan bang Bintang. Kami seperti saudara kandung. Tidak ada batasan di antara kami. Bang Sakti sering menggendong, mencium dan memelukku. Karena hal itu tidak berdosa. Bang Sakti bahkan lebih sering berada di rumah daripada di rumah tanteku. Bang Sakti yang dirawat seperti anak sendiri oleh ibu membuatnya merasa nyaman berada dilingkungan keluarga kami. Apalagi umur bang Sakti dan Bang Bintang tidak terpaut jauh. "Sekarang kamu boleh telponan sama abangmu itu," kata Arkan padaku. Dia lalu mengelus rambu

  • Menikah Dengannya   Part : 24.

    Arkan bilang jangan banyak berpikir tentang Sinta. Aku hanya harus fokus pada kesehatanku dan janin yang sedang tumbuh di perutku. Walaupun begitu, pikiranku tetap masih tertuju pada Sinta. Membuat aku kadang jadi bad mood sendiri. Wanita itu benar-benar sudah kelewatan. Bahkan sekarang secara terang-terangan ingin merebut Arkan dariku. Tentu saja aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Akulah istri sah Arkan, jadi bukan aku yang pengganggu tapi dia. Aku juga tau dia juga sering ke kantor Arkan padahal Arkan sudah sebisa mungkin menghindar. Sinta juga punya kesempatan karena ada kerja sama antara dua perusahaan itu. Sebenarnya Arkan ingin mundur dari kerja sama itu. Mengalihkan kerajaannya pada orang lain. Lalu ada masalah, hanya Arkan yang bisa mengatasi. Mau tidak mau, harus Arkan yang mengerjakannya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status