Share

Semangat

Liana merapikan buku dan beberapa kertas berisi tugas anak-anak didiknya yang sempat berserakan di atas meja guru. Seorang anak mendekatinya seraya menyerahkan selembar kertas berisi tugas yang tadi sempat diberikan Liana pada anak muridnya di kelas A.

"Ini, Bu," ucap anak itu seraya tersenyum. 

Liana menerima kertas itu sembari sedikit berjongkok dan membalas senyum anak muridnya.

"Makasih, Sayang," ucap Liana. Kemudian tak lama dia kembali lagi dengan wajah datarnya sembari terus membereskan meja dan memasukkan berbagai alat tulis ke dalam tas kerjanya, sedangkan anak tadi telah berbalik dan kembali ke tempat duduknya. 

Kemudian terdengar suara pintu kelas diketuk. Liana segera menoleh ke arah sumber suara tadi. Terlihat Rohimah sedang berdiri di depan pintu memandang Liana sembari tersenyum. Seketika melihat Liana menoleh, Rohimah berkata, "Tak tunggu di bangku depan, ya?" Sembari berisyarat dengan tangannya, Rohimah memberitahukan pada Liana bahwa dia akan menunggu sahabatnya itu di tempat duduk depan kelas yang tadi pagi sempat mereka duduki, sebelum kelas dimulai. 

"Iya. Sebentar aku mulangin anak-anak dulu," jawab Liana sembari mengangguk. 

Rohimah pun berlalu, dan Liana segera menginstruksikan kepada anak didiknya untuk segera bersiap pulang. 

Tak berapa lama, Liana pun keluar dari dalam kelas setelah semua muridnya keluar terlebih dahulu. Gadis itu melangkah mendekati Rohimah yang sedang memainkan gawainya. 

"Im, kayaknya mas Jun sudah mbalesi chat aku tadi," ucap Liana seraya duduk di samping Rohimah. 

Rohimah segera mematikan gawainya lalu memasukkannya ke dalam tas yang diletakkan di samping tempatnya duduk. 

"Terus piye? Dia balesnya piye?"

"Entahlah," ucap Liana seraya mengangkat bahu dan sedikit menghela nafasnya. 

"Aku ga berani buka. Embuh, aku takut saja balasannya gak sesuai ekspektasiku." Kini gadis itu tersenyum seraya matanya menatap kosong ke depan. Kedua tangannya kini ditekankan sedikit pada bangku tempatnya duduk, tepat di samping tubuhnya. Kemudian dia menoleh pada Rohimah, "Penakut aku ya, Im?"

Rohimah mengernyitkan dahi menatap sang sahabat keheranan.

"Li, kowe ini piye, toh? Gak yakin kalau mas Jun demen sama kamu? atau kamu mau nyerah gitu aja terus nikah sama si Andreas itu?"

"Menurut kamu, mas Jun suka beneran, kah sama aku? aku ga berani buka chatnya," ucap Liana seraya menatap Rohimah.

"Siniin HP kamu, tak bacae balesane. Kalau si mas Jun gak suka, dia pasti bakal nyuruh kamu manut lek Sanusi, tapi kalau dia ada rasa, mestine dia bakal ngasih motivasi dan bantuin kamu buat gagalin pertunangan ini." Rohimah mengulurkan tangannya meminta agar Liana memberikan ponselnya.

Liana mengambil ponsel dari dalam tasnya, kemudian diberikan pada Rohimah, sementara Liana kembali menunduk seraya menggerak-gerakkan kakinya menggambar sesuatu di tanah.

Rohimah membuka aplikasi chat hijau yang ada di ponsel Liana, kemudian gadis itu membulatkan matanya, dan berkata, "Ini liaten! Aku bilang apa, mas Jun itu beneran demen sama kamu, kok. Meski disembunyiin gini, ini jelas sinyal kalau dia suka sama kamu. Gak mungkin juga dia bakal barbar kayak lelaki lain. Balesane dia alus banget, coba liaten, nih!" Rohimah menyerahkan ponsel kembali pada Liana untuk segera dibaca.

Liana membaca pesan chat dari Jun, kemudian terlihat sebuah kecemasan tergurat di wajah ayu Liana. Kedua alisnya hampir saja menyatu. Ditolehkannya pandangan ke arah Rohimah, kemudian berkata, "Im, jadi aku harus bagaimana?"

"Isih takon (masih nanya), ya usaha, gimana carane biar pertunangan kamu itu batal dengan cara alus. Bacaen itu chat mas Jun, dia itu jawabe alus, tapi provokatif. Ada pesan tersirat di situ, kalau dia itu gak pingin kehilangan kamu. Mintao bantuan sama dia, lalu cari celah beberapa hal yang bisa bikin sedikit konflik dan masalah dengan wong tuane si Andreas itu. Banyak lho, Li, hal-hal sesuai syariat yang sangat kontra dengan kebiasaan masyarakat kita. Kita pikirin sambil jalan wae. Sekarang, kamu telpon lek Sanusi, terus berangkat ke kota! Ikutin aja alurnya! Nyambi nyari akal." Rohimah memotivasi sahabatnya dengan menggebu-gebu. Dia tak ingin Liana menikah dengan orang yang tak dicintai, meski sebenarnya Rohimah tak pernah tahu jelas seperti apa dan bagaimana Andreas sebenarnya, karena selama ini Liana tak banyak cerita tentang lelaki itu padanya.

"Ya wis, tak ngubungi bapak dulu. Makasih bantuane ya, Im."

"Nah, gitu donk, semangat meraih cinta," ucap Rohimah seraya mengepalkan telapak tangannya ke atas menyemangati Liana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status