Share

Cemas

Junaedi merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Lelaki kelahiran kampung Duku itu merupakan seorang dosen di sebuah universitas negeri di kota Baya. Dia mengajar seminggu tiga kali, selain itu dia juga mengajar di beberapa universitas swasta di kota Bayu, sehingga dia lebih sering pulang ke kampung Duku dan juga aktif di berbagai kegiatan kepemudaan.

Jun merupakan salah satu anak kampung yang terbilang sukses. Meski hanya anak seorang petani, tapi Jun bisa menempuh pendidikan hingga jenjang Strata Tiga, hal yang jarang atau mungkin hanya Jun lah satu-satunya putra kampung Duku yang berhasil kuliah sampai S3. Selain itu, profesinya sebagai dosen sebuah universitas negeri, membawa sebuah kebanggaan tersendiri, baik bagi keluarganya maupun masyarakat kampung Duku.

Dia merupakan pemuda yang lumayan populer di semua kalangan, baik di kalangan organisasi, maupun di kalangan para gadis, tentunya. Dengan wajah rupawan yang manis dan simpatik itu, serta kecerdasan yang dimiliki, tak sedikit gadis yang mengenalnya, akan jatuh hati, atau minimal akan mengaguminya. 

Karena hal itulah, membuat Liana jatuh hati pada pemuda itu, bahkan membuatnya begitu berubah. Dulu Liana adalah gadis tomboy yang suka bergaul bahkan dengan banyak anak lelaki, tentunya untuk bermain. Semenjak kemunculan Jun, Liana berubah menjadi lebih feminim, bahkan dia yang dulunya suka memakai celana panjang, seketika mengubah penampilannya dengan gamis dan kerudung lebar.

Jun kini duduk bertopang dagu seraya matanya menatap nanar ke arah lantai. Ponsel yang tadi sempat dipegangnya, kini telah kembali tergeletak di atas meja.  Sejenak dia teringat kembali kejadian setahun silam, awal pertemuannya dengan Liana.

Hari itu, adalah hari pertama Jun menjadi pembimbing karang taruna utusan kecamatan untuk kampung Delima, menggantikan Sobari yang telah mengundurkan diri karena harus menikah dan pindah ke Bandung, rumah istrinya. 

Jun merupakan pemuda yang begitu menjaga dirinya agar tak berhubungan dengan selain mahram, tentunya begitu kaku jika berhadapan dengan gadis. Dia cenderung akan bersikap dingin jika didekati seorang gadis. 

Namun, ada seorang gadis yang bisa menarik perhatian pemuda itu untuk pertama kalinya, dia adalah Liana. Pasalnya, hanya Liana sajalah satu-satunya gadis yang benar-benar memperhatikan arahannya alih-alih memperhatikan pesonanya. Segala arahan dari Jun, bisa dilakukannya dengan baik, bahkan dia seakan tak memandang Jun sebagai lelaki istimewa. Senyum ramahnya tersungging kepada semua orang. Hal ini jauh berbeda dengan gadis-gadis lain yang salah tingkah lalu berubah sok manis di hadapannya. Namun, kemudian akan mengirimkan chat rayuan dengan pura-pura bertanya perihal agama padanya.

Hingga beberapa minggu berlalu pun, Liana bahkan tak pernah meminta nomor ponsel kepada Jun, tak seperti gadis-gadis lain yang pasti akan menghubunginya lebih dahulu. Hingga muncullah suatu kesempatan yang membuat mereka harus menjadi dekat.

Sebuah pemilihan pengurus karang taruna, di mana saat itu Liana lah yang terpilih menjadi sekretaris, dan jelas saja, itu membuat mereka harus lebih sering berhubungan untuk membahas perihal keorganisasian. 

"Hey, Mas. Kok malah ngelamun?" 

Sebuah tepukan di pundak membuat Jun menghentikan lamunannya. Hari, salah seorang bendahara kegiatan karang taruna, rupanya telah datang saat itu. 

"Eh, kamu, Har. Udah dateng aja. Udah jam berapa?"

"Udah jam sembilan ini, Mas. Sampean ngapain ngelamun? Gak kayak biasae, toh?" tanya Hari penasaran.

"Ah, enggak, siapa yang ngelamun." Jun berkelit. 

"Heleh, aku itu bukan anak SD yang bisa sampean bohongi dengan mudah. Aku iki wes tuwo (aku sudah tua), wong sampean itu gak nyadar kalau aku datang barusan, sik nyangkal aja kalau ngelamun. Emang mikirin opo toh?"

"Gak ada apa-apa. Aku cuma mikirin kegiatan buat Agustusan besok." Jun kembali berbohong, dia tak ingin Hari tahu kalau dia sedang melamunkan Liana. Karena jika sampai ada yang tahu, reputasinya sebagai pemuda anti pacaran, bisa hancur seketika.

"Masa sih? wong kayak orang lagi mikirin cewek gitu, lho," goda Hari, yang kontan membuat Jun terlihat agak malu, tapi disembunyikannya lewat alibinya yang lain.

"Cewek apa? aku itu sekarang fokus study sama karir dulu, cewek itu urusan Allah, kalau wes Jodone gak bakal ngilang."

"Iya, percaya. Mas Jun, gitu Lho. Hahaha..." kelakar Hari yang disambut tawa oleh keduanya. Kemudian Hari meneruskan kalimatnya, " Eh iyo, Mas. Kayak'e si Liana itu gak bakal aktif acara Agustusan, deh. Soale tadi malam Lek Sanusi ke rumah, dia ngasih tahu bapak, katanya Liana dilamar orang, dan acarane minggu depan, terus acara ke rumah tunangane dua minggu lagi. Jelase selama dua atau tiga minggu ini dia bakal sibuk. Mangkane kita harus nyari sekretaris pengganti untuk menghandle kerjaane si Liana."

Junaedi sedikit terkejut mendengar perkataan Hari. Dia baru tersadar bahwa Hari juga merupakan kerabat Liana. Dan pernyataan Hari perihal acara lamaran Liana, makin membuat pemuda itu merasa cemas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status