Home / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 110 : Cerita Isabel

Share

BAB 110 : Cerita Isabel

Author: Kim Hwang Ra
last update Last Updated: 2025-08-20 23:45:12

Daniel menatap Isabel tanpa berkedip. “Kalau memang kamu nggak ada hubungannya… kenapa wajahmu berubah begitu mendengar soal rekaman?”

Isabel langsung tersentak kecil, lalu buru-buru menegakkan bahu. “Aku—aku cuma kaget, itu aja. Siapa pun pasti kaget kalau dituduh tanpa alasan.”

Rania mendengus, mencondongkan tubuhnya. “Bukan tuduhan. Rekaman itu jelas menyebut nama kamu. Suara yang nyuruh aku… adalah suara kamu, Isabel.”

Isabel menatap Rania lama, seolah ingin membantah. Tapi bibirnya hanya bergetar tanpa kata.

Elena akhirnya bersuara, suaranya bergetar tapi berani. “Kenapa, Isabel? Apa salahku sampai kamu segitunya? Aku bahkan nggak pernah berniat merebut apa pun dari kamu.”

Isabel menghela napas keras, lalu tersenyum miring. “Kamu pikir aku seneng ngelakuin itu semua? Kamu pikir gampang buat aku?”

Kalimat itu terlepas begitu saja, membuat Daniel dan Elena saling berpandangan.

“Jadi… kamu akui?” suara Daniel datar, menekan.

Isabel sadar dirinya terpancing, buru-buru
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menikah Karena Visa   BAB 165 : Perang Dingin

    Meja makan apartemen malam itu terasa sesak. Piring berisi makanan dari restoran sudah tertata, namun tidak ada yang benar-benar menikmati suapan pertamanya. Daniel membuka suara dengan hati-hati. “Elena… Alicia sedang ada masalah dengan keluarganya. Dia… minta izin untuk menginap sementara.” Elena berhenti mengaduk sup di depannya, menatap Daniel singkat lalu kembali menunduk. “Oh, gitu.” Suaranya datar, hampir tidak ada intonasi. Alicia menghela napas pelan lalu menatap Elena, sedikit ragu tapi akhirnya memberanikan diri bertanya. “Elena… maaf, aku boleh tanya sesuatu ngga?” Elena mendongak, tersenyum tipis. “Hmm.” “Aku cuma… heran. Kenapa kamu bisa keluar masuk apartemen Daniel dengan bebas? Bukannya dia tinggal sendiri?” Daniel yang sedang menyuap nasi hampir tersedak. Ia buru-buru minum air, memandang Elena dengan tatapan “tolong jangan buat masalah.” Elena tersenyum lebih lebar, meski jelas nada suaranya penuh sindiran. “Ah, itu. Aku sering ke sini… soalnya

  • Menikah Karena Visa   BAB 164 : Alicia Menginap

    Hari itu kantor terasa lebih sibuk dari biasanya. Proyek besar yang selama berminggu-minggu mereka kerjakan akhirnya mencapai tahap akhir. Para investor, termasuk Alicia, datang untuk memantau progres terakhir sebelum laporan final dibawa ke meja direksi. Elena duduk di kursi rapat panjang, matanya fokus menatap layar laptop sambil mengetik cepat. Beberapa dokumen menumpuk di sampingnya, dan jelas terlihat kalau dia sudah bekerja tanpa henti sejak pagi. Daniel duduk tidak jauh darinya, pura-pura sibuk memeriksa berkas lain. Namun dari sudut mata, ia memperhatikan Elena yang terus menghela napas kecil sambil memijat pelipis. Pelan-pelan, Daniel meraih botol air mineral dan menyodorkannya ke arah Elena. “Minum dulu,” bisiknya singkat, nyaris tak terdengar oleh orang lain. Elena menoleh sekilas, ekspresinya masih serius, tapi ia menerima botol itu dan berbisik balik, “Terima kasih.” Ia sempat meneguk sedikit, lalu kembali fokus ke layar. Daniel pura-pura sibuk lagi, padahal mat

  • Menikah Karena Visa   BAB 163 : Cemburu Berat

    Pintu kamar terbuka. Elena keluar dengan wajah tenang, ponsel sudah diletakkan di atas meja. Ia berjalan ke arah kulkas, mengambil botol minum lalu meneguknya pelan. Daniel yang sejak tadi duduk di sofa, menatap Elena tanpa berkedip. Rasa cemburu yang ia tahan meletup begitu saja. “Elena…” panggilnya pelan. Elena menoleh sebentar, lalu kembali fokus pada botol minumnya. “Apa?” jawabnya singkat, pura-pura cuek. Daniel berdiri, melangkah mendekat. “Kamu sengaja, ya? Telepon sepanjang jalan, sampai di kamar juga pakek ketawa-ketawa. Kayak aku nggak ada?” Elena terdiam, tidak menjawab. Ia hanya membuka kulkas lagi untuk mengembalikan botol minumnya, berusaha terlihat santai. Tanpa peringatan, Daniel mendorong pelan tubuh Elena hingga punggungnya menyentuh dinginnya pintu kulkas. Wajahnya mendekat, hanya beberapa senti dari wajah Elena. “Sengaja atau nggak, aku nggak peduli. Tapi aku serius, aku nggak sabar nunggu sampai hari itu datang… supaya kamu nggak bisa dekat sama siap

  • Menikah Karena Visa   BAB 162 : Mereka Berdua Cemburu

    Ruang kopi sore itu cukup sepi. Hanya terdengar suara mesin pembuat kopi yang menderu pelan. Elena menaruh cangkir di meja kecil, duduk sebentar sambil memijat pelipisnya. Daniel masuk sambil membawa dua gelas kertas. “Aku tahu kamu nggak bakal sempat bikin kopi sendiri. Nih, pesanan tetapmu—hitam tanpa gula.” Elena menoleh sekilas, sedikit terkejut. “Kamu ingat?” Daniel terkekeh kecil. “Aku asistennya, ingatanku soal detail kayak gini lumayan.” Elena menghela napas panjang, menyeruput kopi panas itu. “Hari ini rasanya padat banget. Tapi, aku lega… setidaknya investor setuju kamu ikut pegang proyek.” Daniel menyender ke meja, menatapnya sebentar. “Aku juga lega kamu nggak sendirian. Aku bakal pastikan kamu nggak jatuh sendirian dalam tekanan kayak gini.” Elena menunduk, bibirnya menahan senyum tipis. “Hm… jangan sok pahlawan.” Suasana terasa hangat, hingga suara langkah heels terdengar mendekat. Alicia masuk dengan wajah sumringah, tangannya memegang setangkai bunga sega

  • Menikah Karena Visa   BAB 161 : Pura-pura Lagi

    Alicia menatap mereka bergantian dengan tatapan curiga, sebelum akhirnya menurunkan bahunya dan tertawa kecil. “Kalian ini… ekspresinya kayak habis ketahuan sesuatu. Padahal kan cuma vacuum cleaner.” Daniel langsung nyengir kaku. “Hehe… iya, memang. Debu kan juga masalah serius.” Elena, dengan wajah memerah, dengan cepat mengalihkan perhatian. “Ponselmu ada di meja, Alicia. Untung ingat kalau ngga, susah kan nelpon Daniel.” Ucap Elena sembari melirik Daniel dengan sindiran kecil. Alicia mengambil ponselnya sambil masih menatap mereka berdua. “Oke, aku pulang beneran.Bersihkan semua debunya dan jangan… berdebu lagi, ya.” Nada suaranya seperti bercanda, tapi matanya sempat menyipit penuh arti sebelum akhirnya benar-benar melangkah keluar. Begitu pintu tertutup, Elena langsung menoleh ke Daniel. “Vacuum cleaner? Serius?” Daniel menepuk jidatnya sendiri. “Ya ampun… Cuman itu yang kepikiran di kepalaku.” Mereka berdua akhirnya tertawa kecil, meski dalam hati tetap merasa deg-de

  • Menikah Karena Visa   BAB 160 : Hampir Ketahuan

    Sesampainya di depan pintu apartemen, Elena dan Daniel saling melirik kaget. Di sana, berdiri Alicia dengan senyum lebar, tangannya penuh kantong makanan. “Oh, kalian baru pulang?” Alicia menyapa ceria. “Kebetulan banget, aku bawain makanan. Aku rasa Daniel mungkin belum makan.” Elena langsung menegakkan tubuh, mencoba menahan ekspresi wajahnya. Ia menoleh cepat ke arah Daniel, lalu bergumam pelan, “Aku masuk duluan aja…” seolah-olah berniat pura-pura pergi ke arah lain. Namun Daniel segera meraih pelan lengannya, menahannya tetap di tempat. “Nggak usah,” katanya singkat, sebelum menoleh pada Alicia dengan senyum ramah. “Kebetulan banget, Alicia. Kalau Elena nggak keberatan, gimana kalau kita makan bareng aja?” Elena menoleh cepat, menatap Daniel dengan sorot tak percaya. Namun Daniel menambahkan, kali ini lebih pelan seperti bisikan yang hanya Elena dengar, “Biar dia nggak curiga.” Elena menghela napas tipis, lalu tersenyum kaku. “Ya… baiklah.” Alicia tampak senang se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status