แชร์

BAB 137 : Penghuni Baru

ผู้เขียน: Kim Hwang Ra
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-31 23:35:56

Daniel akhirnya bangun sepenuhnya, lalu segera melipat kasurnya agar tidak berantakan. Sementara itu, Elena sudah berjalan ke dapur dan membuka kulkas.

“Kamu mau sarapan apa? Aku ada sisa roti sama telur,” ujar Elena sambil menoleh.

Daniel tertawa kecil. “Aku bisa masak, lho. Nggak usah repot.”

Elena mengangkat alis. “Mau masak lagi? Jangan-jangan nanti aku malah ketagihan.”

Daniel hanya terkekeh, lalu berdiri di sampingnya. “Yaudah, gimana kalau kita masak bareng? Biar cepat selesai.”

Mereka akhirnya menyiapkan sarapan sederhana: roti bakar, telur dadar, dan segelas susu hangat. Tidak mewah, tapi terasa menyenangkan karena dilakukan berdua.

Saat duduk di meja makan, Elena tersenyum kecil. “Jarang banget aku bisa sarapan santai kayak gini. Biasanya udah buru-buru berangkat kerja.”

Daniel menatapnya sambil menyeruput susunya. “Ya makanya, nikmatin. Hidupmu jangan penuh kerja terus, Elena.”

Elena mendengus pelan, tapi hatinya hangat. Selesai makan, Daniel dengan sigap me
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Menikah Karena Visa   BAB 141 : Kencan Pertama

    Daniel hanya tersenyum canggung, lalu berdiri lagi. “Nggak, lupain aja. Aku bikin teh, mau?” tanyanya cepat, seolah ingin menutup ucapannya barusan. Elena mengangguk pelan sambil menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang mulai panas. Tango mengeong keras, seakan ikut menggoda suasana canggung itu. Elena mengangkat kucingnya tinggi-tinggi lalu menatap matanya. “Tang, jangan ikutan ribut ya. Majikanmu lagi aneh malam ini,” bisiknya, membuat dirinya sendiri tertawa kecil. Daniel yang sedang menuang air panas di dapur bisa mendengarnya, dan tanpa sadar ikut tersenyum. Daniel baru saja meletakkan dua cangkir teh di meja ruang tamu ketika Elena keluar dari kamar, sudah mengganti pakaian dengan blouse sederhana dan celana jeans. Rambutnya ia ikat asal, membuat penampilannya tampak santai namun tetap manis. Daniel menatap heran. “Kamu… mau keluar?” Elena melipat tangan di dada, menatapnya dengan wajah datar. “Katanya mau ngajak kencan, kan? Kita lakukan sekarang saja. Biar b

  • Menikah Karena Visa   BAB 140 : Jujur

    Elena menunduk cepat, pura-pura sibuk dengan makanannya. Jantungnya berdetak terlalu kencang untuk ukuran jam makan siang biasa. Salah satu anggota tim memberanikan diri bersuara, setengah berbisik, “Wah, berarti kami salah menilai, ya… selamat, Bu Elena, Pak Daniel.” Beberapa yang lain ikut mengangguk canggung. Suasana meja mendadak penuh dengan basa-basi. Grant menyandarkan tubuhnya ke kursi, senyum tipis terukir di wajahnya. “Kalau begitu, semoga pesta pernikahannya nanti bisa jadi kabar baik untuk perusahaan juga. Tidak ada salahnya kebahagiaan pribadi sedikit menular ke suasana kerja, kan?” Elena hanya bisa mengangguk kecil, sementara tangannya menggenggam erat sendok di pangkuannya. Dalam hati, ia ingin segera menarik Daniel keluar dari situasi itu dan menuntut penjelasan mengapa ia berani bicara sejauh itu. Begitu mereka keluar dari kantin, Elena berjalan cepat menuju ruangannya. Daniel sempat terhenti sejenak, tapi segera mengikuti. Pintu ruangan ditutup agak keras,

  • Menikah Karena Visa   BAB 139 : Awal Pendekatan

    Pagi hari, sinar matahari menembus tirai kamar. Elena masih berbaring dengan selimut menutupi hampir seluruh tubuhnya. Di bawah, Daniel terbangun lebih dulu, namun memilih tetap berbaring sambil menatap langit-langit, mengingat lagi apa yang ia ucapkan semalam. Suara “meong~” tiba-tiba terdengar. Tango sudah bangun lebih dulu dan dengan lincah melompat ke atas tempat tidur. Ia menapak tepat di atas selimut yang menutupi Elena, lalu berjalan santai sampai berada di perut Elena. “Ugh…” Elena mengerang kecil, membuka mata karena merasa ada beban. Saat ia menarik selimut dari wajahnya, ia langsung berhadapan dengan wajah bulat kecil Tango yang menatapnya tanpa berkedip. “Meong~” Tango mengeong lagi, kali ini sambil menggesekkan kepala ke dagu Elena. Elena akhirnya terkekeh pelan. “Dasar kucing nakal… kamu bangunin aku, ya?” Di bawah, Daniel ikut mendengar suara Elena yang bercampur dengan suara Tango. Ia hanya tersenyum kecil. Tango kemudian melompat turun, berlari kecil ke ar

  • Menikah Karena Visa   BAB 138 : Tango

    Di perjalanan pulang, Elena duduk di kursi penumpang sambil menggendong carrier kecil tempat Tango berbaring. Sesekali ia menunduk, memeriksa apakah kucing barunya itu baik-baik saja. “Daniel, kamu yakin kita harus beli makanan khusus? Kalau aku kasih ikan rebus aja, dia pasti suka,” kata Elena tiba-tiba. Daniel melirik sekilas sambil fokus menyetir. “Ikan rebus? Kamu pikir kucing zaman sekarang makanannya sesederhana itu? Dia butuh nutrisi lengkap. Ada vitamin, protein, karbohidrat—” Elena mengerucutkan bibir. “Kamu ini ngomong kayak dokter hewan. Padahal bukan.” “Aku cuma nggak mau kamu asal. Kucing itu tanggung jawab besar,” balas Daniel tenang. Elena mendengus sambil menoleh ke Tango. “Lihat, Tang, bahkan kamu aja belum sempat pulang udah dikuliahin duluan sama Daniel.” Daniel terkekeh pelan. “Aku serius, Elena. Jangan terlalu manjain, nanti kebiasaan.” Elena mendelik. “Aku ini majikannya, jadi aku yang lebih tahu, oke?” Suasana mobil pun jadi sedikit ribut, tapi j

  • Menikah Karena Visa   BAB 137 : Penghuni Baru

    Daniel akhirnya bangun sepenuhnya, lalu segera melipat kasurnya agar tidak berantakan. Sementara itu, Elena sudah berjalan ke dapur dan membuka kulkas. “Kamu mau sarapan apa? Aku ada sisa roti sama telur,” ujar Elena sambil menoleh. Daniel tertawa kecil. “Aku bisa masak, lho. Nggak usah repot.” Elena mengangkat alis. “Mau masak lagi? Jangan-jangan nanti aku malah ketagihan.” Daniel hanya terkekeh, lalu berdiri di sampingnya. “Yaudah, gimana kalau kita masak bareng? Biar cepat selesai.” Mereka akhirnya menyiapkan sarapan sederhana: roti bakar, telur dadar, dan segelas susu hangat. Tidak mewah, tapi terasa menyenangkan karena dilakukan berdua. Saat duduk di meja makan, Elena tersenyum kecil. “Jarang banget aku bisa sarapan santai kayak gini. Biasanya udah buru-buru berangkat kerja.” Daniel menatapnya sambil menyeruput susunya. “Ya makanya, nikmatin. Hidupmu jangan penuh kerja terus, Elena.” Elena mendengus pelan, tapi hatinya hangat. Selesai makan, Daniel dengan sigap me

  • Menikah Karena Visa   BAB 136 : Sambutan Hangat

    Di dalam mobil menuju apartemen, suasana awalnya hening. Elena menyandarkan kepala ke jendela, memandang lampu-lampu kota yang berkelebatan. Daniel meliriknya sekilas. "Nggak tidur aja? Tadi malam pasti susah tidur di sana,” tanya Daniel sambil tetap fokus menyetir. Elena menggeleng pelan. “Aku masih kebayang omongan mereka. Tapi setidaknya sekarang semua jelas. Aku nggak perlu pura-pura lagi.” Daniel mengangguk, lalu berkata tenang, “Kamu berani. Nggak semua orang bisa ngomong jujur ke keluarganya sendiri.” Elena tersenyum samar, lalu menoleh ke arahnya. “Tahu nggak? Saat di sana, aku sempat mikir… kalau kamu ada di sampingku, mungkin aku bakal lebih berani ngomongnya.” Daniel sedikit terkejut dengan kalimat itu, tapi ia hanya tersenyum kecil. “Aku nggak selalu ada di sampingmu, Elena. Tapi kalau kamu jatuh, aku bakal pastikan kamu bisa berdiri lagi.” Elena menunduk, hatinya hangat. Ia tidak membalas, hanya terdiam sambil membiarkan kata-kata Daniel menggema dalam pikiran

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status