Home / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 19 : Antara Sofia dan Elena

Share

BAB 19 : Antara Sofia dan Elena

Author: Kim Hwang Ra
last update Huling Na-update: 2025-07-07 10:09:33
Daniel membaca pesan dari Ms. Callahan yang baru saja masuk ke ponselnya:

“Aku sudah kembali ke kantor pusat imigrasi. Kasus Elena menarik perhatian atasan. Siapkan diri kalian. Akan ada pemeriksaan lanjutan.”

Daniel mengatup rahangnya.

Sementara itu, Elena duduk di sofa, masih memegang ponsel yang belum dia lepaskan sejak beberapa menit terakhir. Tatapannya kosong, tapi jelas ada kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan.

Tiba-tiba, layarnya kembali menyala.

Dari: HR Department – Molgrad HQ

Kepada Elena S.

Kami mengonfirmasi bahwa pemberitaan yang beredar mengenai Anda telah memicu pertanyaan publik dan internal.

Kami memanggil Anda untuk hadir dalam rapat evaluasi daring hari Senin, pukul 09.00 waktu lokal. Ketidakhadiran Anda akan dianggap sebagai pengunduran diri tidak langsung.

Terima kasih.

Elena menarik napas panjang. Tangannya bergetar. Ia serahkan ponsel itu pada Daniel tanpa berkata apa-apa.

Daniel membaca cepat, lalu menatap Elena lekat-lekat.

“Mereka benar-benar
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menikah Karena Visa   BAB 199 : Perasaan yang Belum Usai

    Elena meletakkan gelas air di meja tamu, lalu duduk di seberang Adi. “Jadi, kamu memang serius mau kerja di Molgrad?” tanyanya lagi, masih terdengar sedikit ragu. Adi mengangguk mantap. “Iya. Besok aku ada jadwal ke rumah sakit, katanya mereka butuh dokter tambahan. Jadi aku mau lihat dulu situasinya, baru ambil keputusan.” “Bagus juga kalau begitu.” Elena menyandarkan punggungnya ke sofa. “Tapi kenapa mendadak banget?” Adi tersenyum tipis. “Kadang keputusan yang mendadak itu justru lebih tepat. Lagi pula, aku memang sudah lama kepikiran pindah. Cuma baru sekarang dapat peluang bagus.” Elena mengangguk pelan. “Lalu, kamu tinggal di mana? Jangan bilang mau tidur di lobi apartemenku.” “Tenang aja,” Adi terkekeh. “Aku sudah pesan kamar hotel, nggak jauh dari sini. Jalan kaki pun bisa. Nanti gampang kalau mau ke rumah sakit besok.” “Oh, baguslah.” Elena tersenyum kecil, sedikit lega. “Aku kira kamu bakal minta numpang di sini.” “Kalau aku minta, kamu izinin?” tanya Adi sambi

  • Menikah Karena Visa   BAB 198 : Nostalgia

    Langit Molgrad sudah condong jingga ketika Elena tiba di apartemennya. Setelah menjemput Tango, kucing abu kesayangannya dari tetangga, ia masuk sambil menarik koper. Begitu pintu tertutup, suasana hening menyambutnya. Hanya suara dengkuran lembut Tango yang langsung naik ke sofa seakan menuntut dielus. Elena menghela napas panjang, mencoba merasakan kembali rumahnya setelah sekian lama. Baru saja ia menyalakan teko untuk membuat teh, suara ketukan terdengar. Tok… tok… tok. Elena menoleh cepat, alisnya berkerut. Dengan hati-hati ia mendekat lalu membuka pintu. Ternyata seorang petugas pos berdiri di depan, membawa sebuah amplop putih resmi. “Surat untuk Nona Elena,” katanya singkat sambil menyerahkan. Elena sempat lega. “Oh, terima kasih.” Begitu pintu ditutup, ia duduk di meja makan dan segera membuka amplop itu. Matanya terbelalak pelan saat membaca kop surat: Kantor Imigrasi Molgrad. Surat itu menyatakan bahwa permohonan perpanjangan visa Elena yang sebelumnya sudah

  • Menikah Karena Visa   BAB 197 : Arvin dan Hatinya

    Daniel masuk pelan ke ruang rawat. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Lily duduk di kursi samping ranjang, tersenyum kecil sambil mendengarkan Arvin bercerita. Sesekali Lily menanggapi, dan tawa ringan keduanya membuat suasana ruangan tidak terasa seperti ruang sakit sama sekali. Daniel mendekat sambil menaruh map izin kuliah di meja. “Sepertinya aku datang di waktu yang tepat. Kalian terlihat sangat… santai.” Lily menoleh sambil tersipu. “Kami cuma ngobrol biasa, Kak.” Arvin ikut tersenyum ramah. “Ya, hanya sekadar mengalihkan pikiran. Kalau terlalu serius mikirin sakit, nanti makin nggak sembuh-sembuh.” Daniel mengangguk, lalu mencoba menawarkan, “Kalau begitu, bagaimana kalau aku dan Lily keluar sebentar? Aku bisa belikan apa pun yang kau mau, Arvin. Makanan atau camilan. Anggap aja hadiah untuk pasien paling kuat di Maple Hollow.” Namun Arvin langsung menggeleng, masih dengan ekspresi lembut. “Terima kasih, kak Daniel. Tapi aku lagi ngga pingin apa-apa, ada Lily ud

  • Menikah Karena Visa   BAB 196 : Tak Pernah Habis

    Matahari pagi menembus jendela ruang makan. Suasana rumah terasa lebih hangat setelah malam penuh kecemasan kemarin. Lily sudah tampak lebih segar meski masih sedikit pucat, sementara Elena dan Daniel sarapan bersama sebelum keberangkatan. “Jadi, hari ini kau benar-benar kembali ke Molgrad?” tanya Daniel sambil meletakkan cangkir kopinya. Elena mengangguk pelan. “Ya, pekerjaanku tidak bisa ditunda terlalu lama. Kalau aku ngga kembali, Pak Grant bisa-bisa marah besar.” Daniel menahan senyum sambil bergumam, “Hm, sepertinya ada yang terlalu peduli dengan bosnya.” Elena mendengus kecil. “Daniel, jangan mulai lagi.” Daniel hanya terkekeh. “Tenang aja. Aku hanya bercanda. Lagipula, aku sudah tahu posisiku… hanya asisten pribadi yang harus rela mengantarmu ke bandara.” Elena menatapnya tajam, tapi tak bisa menyembunyikan senyum tipis di bibirnya. Keramaian bandara membuat suasana jadi berbeda, tapi Daniel tetap berjalan di sisi Elena, membawakan tas kecilnya. Setelah melewati

  • Menikah Karena Visa   BAB 195 : Lily Sudah Dewasa

    Di ruang tunggu kantor polisi, setelah interogasi selesai, keluarga Arvin duduk bersama Elena dan Daniel. Ibu Arvin tampak gusar, matanya masih berkaca-kaca. “Pak, anak itu hampir membunuh putra saya! Saya minta dia dihukum seberat-beratnya,” ucap ibu Arvin penuh emosi kepada salah satu penyidik. Kakak Arvin lebih tenang, meski nadanya dingin. “Kami tidak mau masalah ini dianggap main-main. Anak itu harus bertanggung jawab sepenuhnya.” Penyidik berusaha menenangkan. “Tenang, Bu. Proses hukum tetap berjalan. Kami sudah punya bukti CCTV, kesaksian, dan pengakuan awal dari Clara. Tinggal menunggu proses lebih lanjut. Tapi keputusan hukuman tetap di pengadilan.” Daniel ikut bicara, suaranya mantap. “Saya harap kasus ini tidak ditutup dengan alasan ‘anak masih muda’ atau ‘hanya emosi sesaat’. Kalau sampai begitu, nyawa yang sudah hampir melayang siapa yang akan tanggung jawab?” Elena menambahkan dengan nada tegas namun terukur, “Apalagi korban di sini bukan hanya Arvin, tapi juga

  • Menikah Karena Visa   BAB 194 : Cerita Anak Remaja

    Beberapa menit terasa begitu lama. Lily duduk diapit Elena dan Daniel, kedua tangannya terus bergetar. Ketika akhirnya pintu IGD terbuka, seorang dokter keluar sambil melepas masker. “Siapa keluarga pasien?” tanyanya. Spontan Lily berdiri, suaranya terbata, “Saya… eh, teman dekatnya, Dok. Bagaimana keadaan Arvin?” Dokter itu menatap mereka bertiga, lalu menjelaskan dengan tenang, “Syukurlah, luka yang dialami tidak terlalu parah. Ada patah ringan di lengan kirinya akibat benturan, serta beberapa memar di tubuh. Tapi tidak ada pendarahan dalam. Untuk sementara, dia harus dirawat inap beberapa hari agar kondisi stabil.” Lily menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis lega. Daniel merangkul bahu adiknya, “Dengar, kan? Dia selamat.” Elena ikut menghela napas lega, lalu menambahkan, “Kita tetap harus menjaga dia. Kalau bukan karena dia, kamu yang mungkin dalam kondisi itu, Lily.” Tak lama kemudian, perawat memanggil mereka untuk melihat Arvin yang sudah dipindahkan ke ruang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status