Beranda / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 26 : Lily Sudah Buka Hati

Share

BAB 26 : Lily Sudah Buka Hati

Penulis: Kim Hwang Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-11 23:28:27
Daniel menghela napas pelan.

“Awalnya semua ini cuma soal formalitas, kan? Pernikahan kontrak. Kamu bosku, aku asistennya. Kita cuma kerja sama. Tapi sekarang... kamu mulai masuk ke keluargaku, bantu usaha keluarga, duduk makan bareng, ngobrol kayak gini...”

Elena diam. Ia tahu arah pembicaraan ini. Tapi ia tidak menyangka Daniel akan mengakuinya secara langsung.

“Aku jadi bingung harus narik batasnya di mana.”

“Dan kamu takut mulai beneran percaya?” tanya Elena pelan.

Daniel tidak langsung menjawab. Tapi cara ia diam, dan bagaimana ia menatap kebun seolah mencari jawaban dari sana, sudah cukup jadi jawaban.

Elena menghela napas, lalu berkata dengan suara rendah namun jelas,

“Kamu nggak harus percaya apa-apa, Dan. Kita tetap jalani ini sesuai kontraknya. Kamu cuma perlu fokus bantu keluargamu, dan aku akan lakukan bagianku.”

Daniel akhirnya menatap Elena.

“Tapi kalau kamu jadi lebih dari sekadar bagian kontrak itu?”

Elena menggeleng pelan.

“Jangan terlalu larut, D
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menikah Karena Visa   BAB 199 : Perasaan yang Belum Usai

    Elena meletakkan gelas air di meja tamu, lalu duduk di seberang Adi. “Jadi, kamu memang serius mau kerja di Molgrad?” tanyanya lagi, masih terdengar sedikit ragu. Adi mengangguk mantap. “Iya. Besok aku ada jadwal ke rumah sakit, katanya mereka butuh dokter tambahan. Jadi aku mau lihat dulu situasinya, baru ambil keputusan.” “Bagus juga kalau begitu.” Elena menyandarkan punggungnya ke sofa. “Tapi kenapa mendadak banget?” Adi tersenyum tipis. “Kadang keputusan yang mendadak itu justru lebih tepat. Lagi pula, aku memang sudah lama kepikiran pindah. Cuma baru sekarang dapat peluang bagus.” Elena mengangguk pelan. “Lalu, kamu tinggal di mana? Jangan bilang mau tidur di lobi apartemenku.” “Tenang aja,” Adi terkekeh. “Aku sudah pesan kamar hotel, nggak jauh dari sini. Jalan kaki pun bisa. Nanti gampang kalau mau ke rumah sakit besok.” “Oh, baguslah.” Elena tersenyum kecil, sedikit lega. “Aku kira kamu bakal minta numpang di sini.” “Kalau aku minta, kamu izinin?” tanya Adi sambi

  • Menikah Karena Visa   BAB 198 : Nostalgia

    Langit Molgrad sudah condong jingga ketika Elena tiba di apartemennya. Setelah menjemput Tango, kucing abu kesayangannya dari tetangga, ia masuk sambil menarik koper. Begitu pintu tertutup, suasana hening menyambutnya. Hanya suara dengkuran lembut Tango yang langsung naik ke sofa seakan menuntut dielus. Elena menghela napas panjang, mencoba merasakan kembali rumahnya setelah sekian lama. Baru saja ia menyalakan teko untuk membuat teh, suara ketukan terdengar. Tok… tok… tok. Elena menoleh cepat, alisnya berkerut. Dengan hati-hati ia mendekat lalu membuka pintu. Ternyata seorang petugas pos berdiri di depan, membawa sebuah amplop putih resmi. “Surat untuk Nona Elena,” katanya singkat sambil menyerahkan. Elena sempat lega. “Oh, terima kasih.” Begitu pintu ditutup, ia duduk di meja makan dan segera membuka amplop itu. Matanya terbelalak pelan saat membaca kop surat: Kantor Imigrasi Molgrad. Surat itu menyatakan bahwa permohonan perpanjangan visa Elena yang sebelumnya sudah

  • Menikah Karena Visa   BAB 197 : Arvin dan Hatinya

    Daniel masuk pelan ke ruang rawat. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Lily duduk di kursi samping ranjang, tersenyum kecil sambil mendengarkan Arvin bercerita. Sesekali Lily menanggapi, dan tawa ringan keduanya membuat suasana ruangan tidak terasa seperti ruang sakit sama sekali. Daniel mendekat sambil menaruh map izin kuliah di meja. “Sepertinya aku datang di waktu yang tepat. Kalian terlihat sangat… santai.” Lily menoleh sambil tersipu. “Kami cuma ngobrol biasa, Kak.” Arvin ikut tersenyum ramah. “Ya, hanya sekadar mengalihkan pikiran. Kalau terlalu serius mikirin sakit, nanti makin nggak sembuh-sembuh.” Daniel mengangguk, lalu mencoba menawarkan, “Kalau begitu, bagaimana kalau aku dan Lily keluar sebentar? Aku bisa belikan apa pun yang kau mau, Arvin. Makanan atau camilan. Anggap aja hadiah untuk pasien paling kuat di Maple Hollow.” Namun Arvin langsung menggeleng, masih dengan ekspresi lembut. “Terima kasih, kak Daniel. Tapi aku lagi ngga pingin apa-apa, ada Lily ud

  • Menikah Karena Visa   BAB 196 : Tak Pernah Habis

    Matahari pagi menembus jendela ruang makan. Suasana rumah terasa lebih hangat setelah malam penuh kecemasan kemarin. Lily sudah tampak lebih segar meski masih sedikit pucat, sementara Elena dan Daniel sarapan bersama sebelum keberangkatan. “Jadi, hari ini kau benar-benar kembali ke Molgrad?” tanya Daniel sambil meletakkan cangkir kopinya. Elena mengangguk pelan. “Ya, pekerjaanku tidak bisa ditunda terlalu lama. Kalau aku ngga kembali, Pak Grant bisa-bisa marah besar.” Daniel menahan senyum sambil bergumam, “Hm, sepertinya ada yang terlalu peduli dengan bosnya.” Elena mendengus kecil. “Daniel, jangan mulai lagi.” Daniel hanya terkekeh. “Tenang aja. Aku hanya bercanda. Lagipula, aku sudah tahu posisiku… hanya asisten pribadi yang harus rela mengantarmu ke bandara.” Elena menatapnya tajam, tapi tak bisa menyembunyikan senyum tipis di bibirnya. Keramaian bandara membuat suasana jadi berbeda, tapi Daniel tetap berjalan di sisi Elena, membawakan tas kecilnya. Setelah melewati

  • Menikah Karena Visa   BAB 195 : Lily Sudah Dewasa

    Di ruang tunggu kantor polisi, setelah interogasi selesai, keluarga Arvin duduk bersama Elena dan Daniel. Ibu Arvin tampak gusar, matanya masih berkaca-kaca. “Pak, anak itu hampir membunuh putra saya! Saya minta dia dihukum seberat-beratnya,” ucap ibu Arvin penuh emosi kepada salah satu penyidik. Kakak Arvin lebih tenang, meski nadanya dingin. “Kami tidak mau masalah ini dianggap main-main. Anak itu harus bertanggung jawab sepenuhnya.” Penyidik berusaha menenangkan. “Tenang, Bu. Proses hukum tetap berjalan. Kami sudah punya bukti CCTV, kesaksian, dan pengakuan awal dari Clara. Tinggal menunggu proses lebih lanjut. Tapi keputusan hukuman tetap di pengadilan.” Daniel ikut bicara, suaranya mantap. “Saya harap kasus ini tidak ditutup dengan alasan ‘anak masih muda’ atau ‘hanya emosi sesaat’. Kalau sampai begitu, nyawa yang sudah hampir melayang siapa yang akan tanggung jawab?” Elena menambahkan dengan nada tegas namun terukur, “Apalagi korban di sini bukan hanya Arvin, tapi juga

  • Menikah Karena Visa   BAB 194 : Cerita Anak Remaja

    Beberapa menit terasa begitu lama. Lily duduk diapit Elena dan Daniel, kedua tangannya terus bergetar. Ketika akhirnya pintu IGD terbuka, seorang dokter keluar sambil melepas masker. “Siapa keluarga pasien?” tanyanya. Spontan Lily berdiri, suaranya terbata, “Saya… eh, teman dekatnya, Dok. Bagaimana keadaan Arvin?” Dokter itu menatap mereka bertiga, lalu menjelaskan dengan tenang, “Syukurlah, luka yang dialami tidak terlalu parah. Ada patah ringan di lengan kirinya akibat benturan, serta beberapa memar di tubuh. Tapi tidak ada pendarahan dalam. Untuk sementara, dia harus dirawat inap beberapa hari agar kondisi stabil.” Lily menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis lega. Daniel merangkul bahu adiknya, “Dengar, kan? Dia selamat.” Elena ikut menghela napas lega, lalu menambahkan, “Kita tetap harus menjaga dia. Kalau bukan karena dia, kamu yang mungkin dalam kondisi itu, Lily.” Tak lama kemudian, perawat memanggil mereka untuk melihat Arvin yang sudah dipindahkan ke ruang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status