Home / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 3 Selamat Datang di Tenebris

Share

BAB 3 Selamat Datang di Tenebris

Author: Kim Hwang Ra
last update Last Updated: 2025-06-19 01:06:14

“Kenapa tidak bilang saja pesta pernikahannya di sini?”

“Tidak bisa, Ms. Callahan tidak mau hanya ucapan saja. Kau tidak lihat dia juga ikut untuk membuktikan apa yang kita katakan? Dia bilang foto bisa diedit,” di akhir ucapannya, Daniel sedikit menekankan bahwa ide ini adalah yang paling tepat dibandingkan ide Elena.

“Kenapa kau lebih semangat daripada aku?”

Saat memasuki pintu pesawat, Elena menyipitkan mata sambil sedikit kaget. Padahal seharusnya Elena yang lebih antusias karena ini menyangkut visa dan pekerjaannya. Tapi Elena tak ambil pusing, karena dia juga diuntungkan di sini.

“Kursi bisnis di negara ini memang bagus, tidak membuatku sesak.”

“Apa di negaramu sama?”

Elena tentu saja mengangguk, tapi ia menjelaskan bahwa warga di Cakrawana tidak semua sering menaiki pesawat seperti dirinya. Namun, Cakrawana memiliki bandara dan pesawat dengan kualitas bagus serta menjaga kenyamanan penumpang. Elena percaya diri.

“Aku sudah menghubungi keluargaku lebih awal. Mereka bilang akan mengadakan pesta kecil untuk menyambutmu, dan kau tidak masalah, kan?”

“Mungkin. Aku belum terbiasa pesta penyambutan seperti ini. Lagipula, kita memang harus bersandiwara, untuk meyakinkan wanita di depan sana.”

Elena menunjuk dengan ujung dagunya. Dia tak habis pikir kenapa wanita itu malah ingin ikut, seperti mencampuri urusan pribadinya, pikir Elena. Tapi bagaimanapun, dia harus menerima konsekuensi dari ide yang awalnya dia buat.

Mereka tiba, namun perjalanan panjang tersebut belum selesai saat mereka tiba di Tenebris. Masih ada perjalanan yang harus mereka tempuh lagi menggunakan pesawat kecil hingga benar-benar sampai di kampung halaman Daniel, yaitu Maple Hollow.

“Seberapa jauh, sih, rumahmu?”

“Bagiku tidaklah jauh. Namun melihat kau yang kesusahan membawa barang, tentu saja bagimu ini adalah perjalanan yang cukup menyusahkan,” balas Daniel, yang melihat Elena bersusah payah membawa barang di bandara kota Tenebris tersebut.

“Masih ada dua perjalanan lagi. Kau siap?”

“HAH?! Kau mau membunuhku?! Tidak bisa kita langsung mengambil tiket pesawat tepat di depan rumahmu saja?!”

Daniel hanya diam. Kali ini dia puas menjahili Elena yang biasanya selalu memerintah. Setelah mendengar ocehan Elena tentang pesawat ekonomi yang dipilih Daniel, pria itu menelpon ibunya dan mengatakan mereka akan segera sampai di Bandara Maple Hollow.

“Akhirnya diam juga,” gumam Daniel saat melihat Elena yang tertidur setelah 10 menit perjalanan. Memang, untuk orang yang tidak pernah mendatangi Maple Hollow akan berpikiran sama seperti Elena. Setelah sampai, dia membangunkan Elena dan membantunya turun dari pesawat. Ada ibu serta neneknya di sana yang sudah menyambut mereka berdua.

“Pasti kalian lelah. Nenek sudah siapkan semua yang kalian butuhkan, ayo,” ujar wanita lanjut usia tersebut yang ternyata nenek Daniel. Terlihat antusias menyambut Elena.

Tidak naik mobil atau pesawat untuk menuju rumah Daniel, tapi menggunakan perahu yang cukup untuk menampung empat orang termasuk nahkoda yang membawanya. Elena sampai berpikir, apa Daniel tinggal di desa terpencil yang jauh dari kota?

“Daniel, kamu bantu Elena bawa barangnya,” pinta ibunya saat melihat Elena kesusahan saat turun dari perahu menuju pelabuhan.

“Dia bisa mengurusnya sendiri. Dia terbiasa mandiri.” Ucapan Daniel dibarengi dengan senyum di ujung bibirnya yang terangkat. Lagi-lagi, dia puas menjahili Elena.

Elena dengan kesal membawa barang bawaannya yang cukup banyak, persis seperti orang yang akan pindah. Saat tiba di rumah Daniel, dia terkejut melihat banyak orang berada di sana sembari menyambut mereka dengan senyum bahagia.

“Sepertinya Anda disambut cukup hangat di keluarga ini.”

Elena hampir melupakan Ms. Callahan yang juga ikut bersama mereka. Setelah mengucapkan itu, wanita paruh baya tersebut malah ikut serta dengan sambutan dari keluarga Daniel yang sudah seperti hampir sebagian warga Maple Hollow.

“Ini yang kau sebut penyambutan kecil-kecilan?” tanya Elena menghampiri Daniel, yang juga sama terkejutnya. Ibunya meminta salah satu kerabat untuk membantu Elena membawa seluruh barangnya menuju ruang peristirahatan di salah satu rumah itu.

“Ibu, apa yang kau lakukan? Bukannya aku minta hanya keluarga kecil kita saja, kenapa kau mengundang hampir satu desa?”

Melihat raut wajah anaknya yang bingung, Maura ---ibunya Daniel-- menepuk pelan bahu putranya.

“Kau tahu, keluarga kita ini cukup dikenal di Maple Hollow. Tentu saja aku harus berbagi kebahagiaan dengan mereka.”

Daniel menghela napas setelah mendengarnya. Sesaat kemudian, Ms. Callahan mendekati ibu Daniel.

“Aku setuju dengan ide penyambutan seperti ini. Bukankah lebih bagus jika semua orang tahu kalian sudah menikah?”

Tambahan dari Ms. Callahan membuat mereka berdua terlihat seperti orang bodoh, apalagi ibunya tampak senang dengan pendapat wanita paruh baya itu. Melihat gerak-gerik Elena yang belum terbiasa dengan karakter keluarga Daniel, membuat Ms. Callahan menyipitkan matanya.

“Ayahmu ada di sana. Sudah lama kau tidak mengobrol dengannya,” ungkap ibunya tulus. Ada perselisihan yang belum selesai antara ayah dan anak sejak Daniel memutuskan pergi bekerja di Molgrad. Ayahnya memang sosok keras kepala seperti dirinya. Karena desakan ibunya, dia akhirnya mengalah.

Saat sosok elegan Elena yang berbeda dengan keluarga Daniel mengundang rasa penasaran, Lily, adik perempuan Daniel. Dia mendekati Elena yang sedang sendirian.

“Sepertinya kau tidak cocok dengan keluarga kami. Saat aku mendengar Kak Daniel tiba-tiba menikah, membuatku tidak percaya, apalagi yang dia nikahi gadis sepertimu.”

Ingin rasanya Elena memukul kepala gadis di depannya ini dengan kuat. Cara bicaranya yang tidak sopan hampir membuat Elena habis kesabaran.

“Kami tidak perlu pacaran untuk menikah. Bukankah orang dewasa hanya membutuhkan kepastian, bukan sekadar omongan?”

Elena menjerit bangga dalam hatinya. Dia ingin menunjukkan bagaimana menghadapi gadis remaja seperti Lily.

“Kak Daniel menyukai daging asap yang terkenal dari kota kami. Kau juga tahu itu, kan?”

Elena mengangguk cepat. Dia tidak tahu pasti bagaimana kehidupan asistennya itu. Yang pasti, dia akan setuju apa pun yang berkaitan dengan Daniel agar tidak dicurigai.

“Benarkah? Padahal Kak Daniel tidak suka ikan asap semenjak SMA. Apa benar kau menikahinya karena cinta?”

Lily mendekatkan wajahnya sambil menyipitkan mata. Jebakannya sukses membuat Elena grogi dan bingung. Dia tahu, pernikahan kakak laki-lakinya itu tidak masuk akal. Setelah lama tidak ada kabar, tiba-tiba saja menikah membuat Lily tidak percaya, tidak seperti ibu dan neneknya yang langsung senang begitu mendengarnya.

Tanpa disadari, Ms. Callahan yang kebetulan lewat langsung menguping dari balik dinding dekat mereka. Ia ingin mencatat berbagai hal yang berbau mencurigakan dari pernikahan mereka. Lily yang melihat ekor mata Elena seperti mencari sesuatu, tertawa mengejek.

“Apa kamu butuh bantuan Kak Daniel?”

Meski di dalam rumah itu ramai, namun Elena merasa sendiri dan terintimidasi dengan berbagai pertanyaan lain yang Lily ajukan. Apalagi dia belum melihat batang hidung Daniel.

“Lily, jika kau belum bisa menerimaku, setidaknya kau harus menghargai aku yang lebih tua darimu.”

Gadis itu menyela dengan pergi meninggalkan Elena, tak berapa lama tiba-tiba saja Rose ---nenek Daniel--- menarik lengannya ke tempat mereka berkumpul.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah Karena Visa   BAB 5 Kelicikan Ms. Callahan

    Usai pembicaraan semalam dengan ayah Daniel, Elena langsung mengajak Daniel ke kamar untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja, dia tidak setuju dengan keputusan ayah Daniel yang ingin mereka berdua tinggal di kota ini—apalagi jika itu berarti harus meninggalkan pekerjaan impian Elena. “Kau tahu kenapa aku melakukan ini, kan?!” “Tentu saja, tapi—” “Tidak bisa, Daniel. Aku tidak mau tinggal di sini.” “Aku tahu, tapi saat kau menunjukkan penolakan secara terang-terangan, itu bisa memancing kecurigaan dari ayahku.” Elena tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia mengambil ponselnya, melihat jangka waktu yang sudah ia tandai agar tidak lupa tujuan awal melakukan semua ini. Malam semakin larut. Lebih baik ia beristirahat untuk menjernihkan pikirannya yang masih pusing memikirkan keputusan ayah Daniel. “Tiga hari lagi ada kompetisi desain taman. Mungkin saja itu bisa menghiburmu,” ujar Daniel. Elena pura-pura tidak mendengar. Tubuhnya sudah tertutup selimut.

  • Menikah Karena Visa   BAB 4 Ratu Drama

    “Silakan ceritakan bagaimana kisah cinta kalian. Kami ingin mendengarnya,” ujar Nenek Rose, mengambil alih semua percakapan di ruangan itu. Tentu saja, semua orang yang hadir menyetujui apa pun yang dikatakan oleh wanita lanjut usia tersebut. “Anu... itu...” Elena tampak bimbang. Ia tidak tahu kisah seperti apa yang harus ia karang agar semua mata yang saat ini menatapnya percaya. Terlebih lagi, Daniel belum juga menampakkan diri. Habis sudah Elena! “Ayolah, kami sungguh ingin mendengarnya,” tambah Ms. Callahan. Ia tampak ingin melihat bagaimana Elena akan terjebak dengan kebohongan yang ia ciptakan sendiri. Situasi semakin tidak terkendali. Akhirnya, Elena memutuskan untuk berbicara. “Daniel adalah asistenku. Dia cukup mahir dalam pekerjaannya, bahkan saat membuatkan kopi untukku... meski sedikit pahit, hehe.” Tom Harper—ayah Daniel—yang baru saja tiba tak sengaja mendengarnya. Ia menyipitkan mata dan melangkah sedikit lebih dekat untuk mendengarkan dengan seksama.

  • Menikah Karena Visa   BAB 3 Selamat Datang di Tenebris

    “Kenapa tidak bilang saja pesta pernikahannya di sini?” “Tidak bisa, Ms. Callahan tidak mau hanya ucapan saja. Kau tidak lihat dia juga ikut untuk membuktikan apa yang kita katakan? Dia bilang foto bisa diedit,” di akhir ucapannya, Daniel sedikit menekankan bahwa ide ini adalah yang paling tepat dibandingkan ide Elena. “Kenapa kau lebih semangat daripada aku?” Saat memasuki pintu pesawat, Elena menyipitkan mata sambil sedikit kaget. Padahal seharusnya Elena yang lebih antusias karena ini menyangkut visa dan pekerjaannya. Tapi Elena tak ambil pusing, karena dia juga diuntungkan di sini. “Kursi bisnis di negara ini memang bagus, tidak membuatku sesak.” “Apa di negaramu sama?” Elena tentu saja mengangguk, tapi ia menjelaskan bahwa warga di Cakrawana tidak semua sering menaiki pesawat seperti dirinya. Namun, Cakrawana memiliki bandara dan pesawat dengan kualitas bagus serta menjaga kenyamanan penumpang. Elena percaya diri. “Aku sudah menghubungi keluargaku lebih awal.

  • Menikah Karena Visa   BAB 2 Pernikahan Kontrak

    Pagi sudah berlalu. Elena membatalkan keberangkatannya pagi ini karena harus menunggu Daniel yang tiba-tiba pingsan di samping mobilnya tadi malam. Untung saja ada seseorang di sekitar itu yang membantu Elena memapah Daniel ke rumahnya, dan akhirnya mau tak mau Elena terpaksa menginap di rumah pria itu. “Kau sudah bangun?” Elena menyadari gerak Daniel yang tampak terkejut saat melihatnya duduk dengan kedua tangan dilipat di atas dada. Untung saja ada kursi di sana. “K-Kenapa kau bisa ada di rumahku? Bukankah tadi malam—” “Kau mau aku jelaskan bagian kau pingsan atau bagian saat kau memuntahkan isi perutmu di depan pintu?” Daniel mencoba mengingat dengan cermat apa yang dikatakan bosnya. Meski masih pusing, dia mencoba duduk untuk mendengar alasan Elena membantunya tadi malam. “Kita buat kontraknya sekarang. Aku tidak punya waktu menunggumu sampai sadar.” “K-Kontrak apa?” Spontan, ingatan Daniel berputar tentang kejadian tadi malam. “Apa kau mau bertunangan denganku?

  • Menikah Karena Visa   BAB 1 Awal dari semuanya

    Elena berdiri menatap lantai ruang kerja atasannya, menunduk sambil sesekali memainkan ujung pakaiannya karena gelisah mendengar perkataan pria yang duduk di meja besar di depannya. “Aku memanggilmu ke sini untuk menyampaikan surat dari kantor Imigrasi.” Pria itu mendorong sebuah amplop dengan kop resmi ke arahnya, lalu mengetukkan jari telunjuknya di atas meja beberapa kali. “Tap—” Belum sempat Elena membuka suara, pria itu kembali berbicara. “Aku sudah memperingatkanmu dari beberapa bulan lalu untuk melepaskan proyek ini dan mengambil cuti untuk memperpanjang visa. Sekarang percuma, aku sama sekali tidak bisa membantumu. Kau bisa kapan pun dideportasi atau ditahan pihak Imigrasi.” “Maafkan aku. Kukira proyek ini akan siap minggu ini, dan aku bisa kembali ke Indonesia untuk memperpanjang visa.” Elena kembali menunduk, seakan ingin menjelaskan bahwa ia menyesal. “Aku sarankan kau segera memesan tiket kembali sebelum visamu kedaluwarsa.” Pria itu menghela napas,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status