Share

SEORANG PAHLAWAN

"Argh!" eram seseorang kehabisan napas.

Suara eraman itu bukan berasal dari Levin yang terluka, tetapi si gendut yang memegangi lehernya. Sesuatu telah menjerat leher pria itu hingga dia jatuh tersungkur di atas lantai. Tidak hanya tubuh gendutnya saja, tetapi juga senjata tajam yang dia pegang ikut terlempar.

'Prang!'

"Si-siapa kau-” Pria yang wajahnya mengenakan penutup hitam menoleh ke belakang. Dia melihat Kainan sekuat tenaga menarik sebuah tali. Tali itu adalah tali dari tas yang digunakan untuk menjerat pria gendut itu.

"Rasakan itu!" cemooh Kainan memastikan pria itu benar-benar sudah tak berdaya. Tidak puas menjerat, Kainan memberi tendangan untuk akhir dari serangannya. Tendangan kecil itu membuat ujung gaun merah miliknya terangkat dan mengumbar bagian paha dari kaki jenjang Kainan.

Tanpa disadari, Levin terperangah menyaksikan perbuatannya. Wanita yang dianggap lemah dapat melakukan hal di luar dugaan.

Sayangnya, tendangan kainan tidak terlalu kuat. Namun, heels yang dipakainya membuat pria itu terkapar di tanah dalam keadaan meringkuk kesakitan.

"Argh! Wanita sialan!" umpat pria itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kainan berdiri menatapnya dari atas. Dengan wajah terangkat dia mengibas kedua tangannya.

"Kau terlalu meremehkan seorang wanita!" seru Kainan penuh kebanggaan. Dia kembali memberi tendangan lagi sampai pria gemuk itu tak sadarkan diri.

Tatapan wanita itu beralih pada Levin. Dia tidak bereaksi. Namun, jelas di wajahnya terkubur ribuan rasa kejut yang berasal dari wanita itu.

"Kau …." Ucapan Levin menggantung pada bibirnya. Kedua mata mereka saling bertatap pandang. Namun, Kainan tidak bereaksi lagi, dia hanya mendengus kesal.

"Diam saja dan jangan berkomentar!"  berang Kainan yang menampakkan sisi kuatnya.

Meski sudah mengalahkan pria gendut itu, jantung Kainan tetap berdebar tidak tenang. Kainan memegangi dadanya yang hanya dapat menyimpan sedikit oksigen. Ruang dari paru-paru wanita itu sudah penuh sesak dari sisa ketakutannya.

Belum juga Kainan dapat bernapas lega, adrenalinnya kembali diguncang oleh kedatangan seseorang. Tanpa disadari, pria tinggi-jangkung sudah ada di muka pintu. 

"Hei, Bung! Bos sudah menunggu di tempat yang sudah dijanjikan." Suara si jangkung yang ditujukan pada kawannya. Tatapan pria itu melesat ke dalam ruangan. Dia sedang mencari keberadaan pria gendut yang sudah dilumpuhkan Kainan. Mendadak, mata cekung dari pria jangkung itu terbelalak saat  melihat teman satu profesinya sudah terkapar tak sadarkan diri.

"Hei! Apa yang terjadi padamu!" Pria itu mengoreksi keadaan kawannya. Dia mengguncang pelan tubuh gendut pria itu. Namun, hanya dengkuran yang terdengar dari mulutnya. Tidak lama, mata si jangkung beralih pada Kainan. Tatapan membunuh berselancar tajam pada wanita yang berdiri tak jauh darinya. 

"Rupanya ada satu lalat yang masuk ke dalam lubang sanitasi!" cemoohnya saat menangkap basah kehadiran Kainan.

"Gawat!" cetus Kainan mendadak panik. Alarm bahaya dari diri kainan berbunyi. Mata hazel itu sempat terbelalak sebelum akhirnya menetap ke segala arah.

Kainan sadar, dia tidak akan bisa melawan pria itu seorang diri. Apalagi, pria itu mengeluarkan sebuah pisau lipat pada pakaiannya yang serba hitam. Pria jangkung itu bergerak ke arah Kainan.

"Mati kau!" pungkas pria itu memamerkan ujung senjatanya. Kainan harus kabur secepat mungkin.

"Lari!" seru Levin dengan nada tinggi. Pria itu memberontak untuk melepaskan ikatannya, tetapi tali di tangannya tidak juga lepas. Padahal, Levin harus segera bisa lolos untuk menyelamatkan Kainan. Wanita itu membutuhkan pertolongannya.

"Argh!" jerit Kainan yang hampir tertangkap oleh si pria jangkung. Akan tetapi, tubuh rampingnya berhasil menghindar. Wanita itu segera tersadar  akan perintah Levin. Dia harus bergegas kabur.

Kainan berlari, tetapi langkahnya tidak menuju pintu. Wanita itu  lebih memilih menghampiri Levin.

"Kau harus bisa meloloskan diri!" ungkap Kainan pada Levin dalam keadaan genting. Napasnya menggebu seperti sedang diburu waktu. Dia mengusap wajah basahnya yang tetap tampak cantik. Kainan memandang Levin dengan  penuh keyakinan. Dia mengembalikan lighter  tepat pada tangannya.

"Kau-" Pria itu menatap lurus pada Kainan. Dia menggeleng tidak percaya bahwa wanita itu masih berusaha menyelamatkannya. Padahal, mereka tidak saling mengenal satu sama lain. 

"Apa yang kau lakukan?" Kini ucapan Levin meninggi penuh kekhawatiran. Namun, wanita yang dikhawatirkan Levin tidak menanggapinya. Dia hanya tersenyum kecil dan berpaling pergi.

Pria jangkung itu terus mengejar Kainan. Tinggal menunggu waktu untuk menangkap targetnya. Laju lari wanita itu tidak sekencang lawannya. Dia tertangkap dan ….

'Plak!'

Ujung dari sepatu heels Kainan melayang dan mendarat tepat pada pria itu. Pukulan Kainan begitu keras sehingga lawannya tersungkur sesaat.

"Jangan pernah remehkan barang-barang milik perempuan!" ejek Kainan merendahkan pria itu.

"Argh! Kurang ajar! Wanita sialan! Aku akan melenyapkanmu bersama pria itu!" raungnya segera bangkit.

Pada detik-detik itulah Kainan dapat merenggangkan jarak untuk kabur. Dia berlari secepat mungkin. Bangunan yang tidak berpenghuni ini memudahkan kainan untuk berlari mencari jalan keluar dari tempat itu.

"Kau tidak bisa kabur dariku!" Terlihat jelas amarah si pria jangkung tertuang pada setiap kata darinya.

Kata-kata menakutkan pria itu menyadarkan Kainan bahwa dia tidak bisa lari darinya. Wanita itu tidak lekas putus asa, dia lebih memilih untuk memutar otak. Matanya melambung ke segala arah.

Beberapa peti-peti terbengkalai terlihat menumpuk di sisi  dinding. Terbesit sebuah ide dari pikirannya. Dengan sekuat tenaga, Kainan menarik peti-peti itu untuk menghalangi langkah si jangkung.

'Brak! Brak! Gedubrak!'

Benar saja, pria itu terfokus pada laju larinya hingga tidak melihat perangkap yang dibuat Kainan.

"Argh! Wanita sialan!"

Namun, wanita yang dimaksudkan enggan menanggapi umpatan untuk dirinya. Dia keluar dari dalam bangunan itu dan melompat pada semak-semak.

Kainan duduk meringkuk sambil meratapi telapak kakinya yang berdarah. Dia menyesal telah menggunakan heels merah kesayangannya untuk dijadikan senjata. Sekarang kakinya terluka. Luka itu didapat dari tanah kerikil yang menghujam telapak kakinya ketika dia berlari tanpa alas. Namun, penyesalan Kainan tidak dapat dibenarkan. Berkat heels itu, dia bisa terlepas dari cengkraman para penjahat. Hanya saja itu tidak berlangsung lama, tetapi sementara.

“E-Elliot ….”

Hanya nama itu yang ada dalam benak Kainan. Dia teringat akan sekretarisnya yang pandai berkelahi. Elliot adalah pria yang dapat diandalkan, khususnya dalam situasi saat ini. Namun, Kainan menyadari bahwa dia tidak bisa menghubungi pria itu. Ponselnya ada di dalam tas. Sementara tas kecil miliknya sudah digunakan untuk menjerat leher pria gendut tadi.

“Argh! Dasar pria gendut pembawa sial!” Segala kekesalan Kainan tertuang pada umpatannya. Namun, wanita itu segera membungkam mulutnya sendiri.

‘Srak! Srak!’

Itu adalah suara rumput terinjak oleh langkah kaki. Tidak terlihat siapa yang ada di balik langkah itu. Entah, Elliot atau bahkan si jangkung yang tengah mengejar Kainan. 

“Wanita jalang! Kemana kau bersembunyi?” Suara mengerikan itu jelas bukan berasal dari pita suara Elliot. Rupanya orang yang tidak diharapkan Kainan justru menampakkan sosoknya terlebih dahulu. Itu membuat Jantung kainan berdebar kencang, bahkan terlalu kencang hingga membuatnya hampir meledak.

Suara yang terdengar semakin dekat itu benar-benar membuat Kainan hampir gila. Tidak ada yang bisa wanita itu lakukan selain menatap awas di sekitarnya. Kencangnya angin menimbulkan suara serupa, bahkan dia hampir tidak bisa membedakan suara langkah dari si jangkung.  

‘Srak!’

Itu adalah suara terakhir yang Kainan dengar sebelum berganti dengan gelak tawa seorang pria. Suara terbahak itu asalnya dari pria jangkung yang sudah ada di hadapan Kainan. Tempat persembunyian dari wanita itu sudah ketahuan. Kainan akan tertangkap! Dia akan mati!

“Aku sudah menemukan tikus yang menyusup di tempatku!” ungkapan itu tertuju pada Kainan. Dengan mata terbelalak dan bibir merah yang ternganga, wanita itu terperanjat kaget. Tubuhnya terduduk di atas rerumputan, sementara pria jangkung itu terus bergerak mendekatinya. Tidak lupa dengan ujung dari pisau lipat yang diarahkan pada wanita itu.

Kainan tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa mendorong tubuhnya untuk mundur. Namun, pria jangkung itu terus maju hingga membuat Kainan terpojok.

“Aku tidak bisa membiarkanmu hidup! Aku akan membunuhmu terlebih dahulu!” 

Itu adalah ungkapan pria jangkung yang tidak lama akan menjadi kenyataan. Salah satu tangan pria itu terangkat bersama ujung pisau yang siap ditancapkan pada Kainan. “Mati kau!”

Dalam detik-detik itu, Kainan tidak sanggup lagi melihat apa yang akan terjadi. Dia menutup wajahnya hingga hanya gelap yang terlihat. Tidak hanya itu saja, pikirannya menjadi kosong seketika. Bahkan, keinginannya untuk mencari toilet sirna sejak tadi. Semua dari diri Kainan perlahan samar, hanya satu nama yang terbesit dari ingatannya.

“Elliot!”

‘Srak!’ Ujung pisau sudah tertancap pada seseorang.

“Argh!” eram seseorang menahan rasa sakit. Namun, Kainan tidak merasakan sakit itu. Bahkan, pisau dari pria jangkung itu tidak tertancap di bagian tubuh Kainan mana pun.

Mata hazel wanita itu kembali terbuka. Dia harus memastikan apa yang terjadi saat setelah matanya terpejam. Namun, dia tidak mendapati apa pun selain punggung seorang pria di hadapannya.

“A-apa yang kau lakukan?” resah Kainan semakin menjadi setelah dia mengetahui pemilik dari punggung itu. Bukan lagi Elliot, tetapi dia adalah pria yang disekap dalam rumah itu.

Seharusnya Kainan dapat bernapas lega melihat Levin dapat meloloskan diri. Rupanya, lighter yang telah diberikannya tidak sia-sia. Pria itu menggunakannya dengan baik. Namun, saat ini wanita itu justru bertambah gusar. Kainan melihat sebuah pisau yang sudah tertancap di bahu kanan Levin.

“K-kau?” Itu adalah kata terbata yang keluar dari mulut Kainan. Levin sudah melindunginya dari tusukan pisau itu, tetapi pria itu hanya menoleh pada Kainan dengan ekspresi pahitnya. 

“La-ri!” lagi-lagi Levin memberikan perintah yang sia-sia. Tubuh Kainan tidak dapat bergerak. Hanya tatapan dari mata hazel milik wanita itu yang meluncur tajam tepat pada pergerakan pisau si jangkung. Rupanya, pria jangkung kembali mengangkat pisau yang masih digenggamnya. Tidak lama, pisau itu terlihat siap ditancapkan pada tubuh Levin lagi.

“Bersiaplah untuk mati!” Seruan dari si jangkung terdengar mencekam.

Tidak ada yang dapat Kainan lakukan selain melihat kejadian mengerikan itu tepat di hadapannya.  Wanita itu menahan teriakannya. Dia adalah orang yang sangat mengetahui dengan pasti ke arah mana ujung pisau itu akan ditancapkan. Si jangkung mengincar jantung Levin. Dia akan menusukkan pisaunya tepat pada dadanya. Dan ….

‘Srak!’

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mllapngst
Semangat kakk nulisnya......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status