Share

Beri Adik untuk Arshi

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-12 16:47:50

Setelah Kevin sudah memasuki kamar mandi, Jasmine memilih untuk segera mengganti pakaiannya. Mencari pakaian yang layak untuk ia kenakan. Mengganti gaun pengantin yang masih menempel di tubuhnya.

"Aku belum siap. Aku belum siap. Aku harus mencari cara supaya malam ini Pak Kevin tidak menyentuhku. Kenapa harus menyiapkan diri? Bukankah dia hanya menginginkan pernikahan ini."

Jasmine hampir putus asa. Ia yang kini tengah mencari cara itu terus memikirkan agar tubuhnya tidak dijamah oleh suaminya itu. Khawatir akan ucapan Andrian. Bisa kalap dan hilang kendali.

Kemudian, perempuan itu memilih untuk pura-pura tidur. Sebab waktu pun sudah menunjuk angka sebelas malam. Sudah waktunya istirahat. Ditambah kondisi tubuhnya yang lelah akibat menerima tamu undang yang banyak itu.

Ternyata, bukan karena pura-pura tidur. Justru Jasmine terlelap dalam beberapa menit setelah menutup matanya. Rupanya, lelah itu mengantarkan dirinya untuk membawanya ke alam mimpi.

Lima belas menit kemudian. Kevin keluar dari kamar mandi. Sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, pria itu menatap Jasmine yang sudah berbalut selimut. Matanya tertutup, tidur sangat lelap.

Kevin mengulas senyum tipis. "Tidur rupanya. Ya sudah. Tunggu besok saja. Biarkan dia istirahat terlebih dahulu. Mempersiapkan dan menyetujui semua yang aku perintahkan padanya," gumamnya kemudian.

"Semoga apa yang saya harapkan dari kamu, bisa kamu laksanakan dengan baik. Jangan jadikan pernikahan sebagai balas utang budi. Karena saya sudah melunasi utang orang tua kamu. Melainkan, jadilah istri yang baik untuk saya."

Kevin sangat berharap penuh jika pernikahan keduanya ini abadi, langgeng dan tentunya menemukan kebahagiaan sebagaimana mestinya. Ia sangat berharap jika Jasmine akan menurut, melayaninya dengan baik, serta menjadi istri yang bisa ia banggakan.

**

Pagi hari.

Jasmine terbangun. Namun, tubuhnya merasa tertindih oleh beban yang sangat berat. Akhirnya, mata itu menoleh ke arah samping. Kevin, sang suami rupanya tengah memeluknya. Entah sengaja atau memang karena tidur yang terlalu lelap.

Jasmine terkejut. Namun, masih ia tahan. Tak mungkin pula jika ia harus berteriak. Kevin tidak melukainya, ataupun sedang mengerjainya. Mata yang selalu sayu itu masih tertutup rapat.

'Kalau dilihat dari dekat, wajah Pak Kevin jauh lebih tampan. Wajah asli manusia bisa dilihat saat ia tertidur. Dan inilah wajah asli Pak Kevin.' Jasmine berucap dalam hati.

'Laki-laki tampan seperti Pak Kevin harus mengalami kepahitan dalam rumah tangganya. Dikhianati oleh istri tercintanya adalah sebuah kesakitan yang luar biasa, yang Pak Kevin alami dulu.

'Semoga saya bisa menjadi istri yang baik untuk Pak Kevin. Walau tak akan ada ruang di hati Pak Kevin untuk saya. Karena, saya yakin ... Pak Kevin masih menyimpan nama mama dari anak semata wayang kalian.'

Jasmine tak akan berharap penuh. Akan adanya cinta di dalam rumah tangganya kini. Ia hanya perlu memerankan statusnya sebagai istri Kevin. Menggantikan posisi Desi yang sudah berhasil meruntuhkan bahtera rumah tangga.

Tok tok tok!

"Papa ... Mama ... udah bangun belum?" teriak Arshi di luar sana.

Jasmine terkesiap. Dengan sangat hati-hati, perempuan itu memindahkan tangan serta kaki yang sedari tadi menindihnya. Ingin membukakan pintu untuk Arshi yang tengah menunggu mereka keluar.

"Ada apa, Sayang?" tanya Jasmine sembari mengusap rambut anak tirinya itu.

"Mama ... ayok sarapan bareng!" kata Arshi antusias.

Jasmine terdiam. Dirinya dipanggil mama oleh Arshi menimbulkan perasaan yang bercabang. Bahagia dan takut akan Desi yang tidak bisa menerima itu semua.

"Euum ... Arshi. Diminta siapa, panggil saya dengan sebutan mama?" tanya Jasmine dengan lembut.

"Kata Papa. Sekarang, Arshi kan udah punya dua mama dan dua papa. Sama papa baru juga Arshi manggil papa." Anak berusia enam tahun itu sangat polos.

Hati Jasmine mencelos. Ada rasa kasihan pada anak sekecil itu harus merasakan jadi anak broken home. Tapi, Arshi tak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Mereka sangat menyayangi Arshi.

"Oh begitu. Mau sarapan bareng ya, Sayang? Papanya belum bangun. Gimana dong?"

"Ya udah. Biar Arshi aja yang bangunin," ucapnya dengan semangat.

"Eehh ... jangan, Nak. Nanti papanya marah." Jasmine mencoba menghalau Arshi yang ingin membangunkan papanya itu.

"Gak akan, Ma. Papa tidak pernah marah kalau Arshi bangunin. Kalau Papa marah, Arshi akan pulang dan tinggal sama Mama aja."

Jasmine meringis pelan. "Ya sudah. Kalau begitu, silakan bangunkan papanya," ucapnya dengan pelan.

Lalu, anak kecil itu berlari menuju sang papa yang masih tertidur di atas tempat tidur. Menggoyangkan tubuh sang papa sambil memanggil, membangunkannya.

"Papa, ayo bangun. Kita sarapan bareng," kata Arshi sambil menggoyangkan lengan Kevin.

Kemudian, pria itu membuka matanya setelah bising dari mulut manis sang anak yang terus membangunkannya. "Heung?" Suara seraknya hanya berucap itu saja.

"Ayo sarapan, Papa. Udah lama banget Arshi nggak pernah sarapan bareng Papa," kata Arshi kemudian duduk di perut sang papa.

Lalu, Kevin bangun dari tidurnya. Mencium kening sang anak sembari mengulas senyumnya. "Oke, Sayang. Kita sarapan bareng. Arshi tunggu di meja makan. Papa mau mandi dulu."

Arshi mengangguk. Bergegas keluar dari kamar sang papa sambil melambaikan tangannya pada Jasmine, yang masih berdiri di ambang pintu kamar. Kemudian, menghampiri Kevin yang masih duduk di tepi kasur.

"Mau saya siapkan air hangat, Pak?" tanya Jasmine pelan.

Kevin menggeleng. "Saya tidak pernah mandi pakai air hangat. Poin penting yang harus kamu ingat!" ucapnya kemudian beranjak dari duduknya. "Ada beberapa poin yang harus kamu lakukan setelah menjadi istri saya. Kita bicarakan setelah mengantar Arshi pulang."

"Baik, Pak. Tapi, kalau boleh tahu ... kenapa Arshi dibawa pulang ke mamanya? Maaf, jika saya sudah lancang menanyakan itu pada Bapak," ucapnya dengan hati-hati. Ia sangat menjaga ucapannya agar tidak membuat Kevin marah padanya.

"Hak asuh anak jatuh ke tangan mamanya. Tidak diambil hak sebelum Arshi beranjak dewasa. Setelah dewasa, biarkan Arshi yang memilih." Kemudian, pria itu berlalu pergi menuju kamar mandi. Membersihkan diri terlebih dahulu sebelum sarapan bersama anak dan istri barunya.

Setelah keduanya selesai mandi. Pasangan pengantin baru itu mengayunkan langkahnya menuju meja makan. Menghampiri Arshi yang dengan setianya menunggu orang tuanya yang akhirnya hadir di sana.

"Maaf ya, sudah menunggu lama," kata Jasmine kepada Arshi.

Arshi manggut-manggut. "Nggak apa-apa, Mama. Arshi selalu diajarkan bersabar menunggu oleh Papa."

Jasmine mengulum senyumnya. Lalu, melirik ke arah Kevin yang hanya menerbitkan senyum lebar untuk anaknya itu. Tak ada respon apa pun darinya. Benar-benar membuat Jasmine harus membiasakan diri dengan sikap dingin suaminya itu.

"Hari ini Arshi pulang. Besok sekolah soalnya. Nanti, Mama Jasmine akan jemput kamu kalau Papa sudah izin sama Mama Desi untuk ketemu sama kamu," kata Kevin berbicara kepada anaknya itu.

"Iya, Papa. Sama Papa kan, jemputnya? Masa ... Mama Jasmine sendirian?"

Kevin tersenyum tipis. Lalu, melirik Jasmine sebentar, sebelum akhirnya dia menganggukkan kepalanya. "Iya, Sayang. Nanti Papa dan Mama Jasmine akan jemput kamu bareng-bareng. Tapi, kalau Papa lagi sibuk di kantor, nggak apa-apa kan, dijemput sama Mama Jasmine aja?"

Arshi yang penurut itu lantas menganggukkan kepalanya. "Siap, Papa," ucapnya dengan riang.

Sehingga membuat Jasmine spontan mengusap rambut anak kecil itu. Tak lama tersadar. Tindakannya terlalu berlebihan. Sehingga membuatnya menjadi tak enak hati kepada Kevin dan Arshi. Seolah-olah dia sangat memerankan statusnya yang kini menjadi mama sambung Arshi.

"Maaf, Pak. Saya hanya spontan saja. Karena gemas," ucapnya dengan pelan.

Kevin mengangguk. "Biasakan diri kamu untuk hal itu juga. Anggap Arshi sebagai anak kamu. Sampai nanti, kita bisa memberikan adik untuk Arshi."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
wehh langsung nih adik buat arshi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menikah dengan CEO Dingin   Tamat!

    Justin mengangguk setuju. “Kamu bener, Jasmine. Si Kevin bakal rugi kalau nggak mau Gita dijodohin sama anakku. Orang ganteng-ganteng gini. Iya, nggak?”Jasmine terkekeh sembari menganggukkan kepalanya. “Yang ini namanya siapa, Pak? Kan, sudah ada di sini.”“Anak yang pertama yang mana, yaa?” tanya Justin. Ia pun bingung mana anak pertama dan anak kedua.“Yang pertama yang sedang diberi ASI, Pak. Yang ini anak kedua,” kata perawat memberi tahu Justin.“Awas! Jangan sampai keliru. Wajahnya nggak mirip banget kok, Mas. Yang pertama lebih mirip kamu.”Justin menggaruk rambutnya kembali. Ia masih belum bisa membedakan kedua anaknya itu. Kemudian memberikan cengiran kepada istrinya itu.“Nanti beli baju dikasih nama masing-masing. Pesan dua ratus jenis baju beda-beda. Terus border, biar nggak keliru. Aku belum bisa membedakan mana yang pertama dan mana yang kedua,” ucapnya jujur.Selena menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kocak suaminya itu. “Terserah kamu aja!”Justin kembali m

  • Menikah dengan CEO Dingin   Sudah kodratnya, Selena

    Rosita menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Iya, Pa. Semoga nggak gila kayak papanya aja.”Kini, Antony tak bisa menahan tawanya. Mentertawakan Justin, kapan lagi. Sementara orang yang sedang mereka bicarakan tidak peduli bahkan tidak menyadari.“Justin!” panggil Antony kemudian.Justin menatap sang papa dengan malas. “Ada apa sih, Pa?” tanyanya dengan lemas.“Nama anak-anak kamu, sudah kamu siapkan?”Justin mengangguk pelan. “Udah. Kasih tau kalau Selena udah bangun.”“Dua jam lagi bangun, Justin. Kamu hitung saja. Tebakan Papa pasti bener.”Justin tak peduli. Yang ia pedulikan kini menatap Selena agar tidak tertinggal saat Selena membuka matanya.Kevin dan Jasmine baru saja tiba di rumah sakit setelah mendengar kabar dari orang tua Justin mengenai Selena yang sudah melahirkan kedua anaknya itu. Sementara orang tua Selena masih di jalan menuju rumah sakit."Belum sadar juga?" tanya Kevin kepada ada kedua orang tua Justin. Karena ia tahu Justin tidak akan menjawab pertanyaannya.Ros

  • Menikah dengan CEO Dingin   Welcome to the World

    Pria itu lantas mengecup kening sang istri. “Kita akan segera melihat bayi-bayi kita. Walaupun harus melakukan perawatan terlebih dahulu di ikubator. “Selena mengulas senyum tipis. “Jangan ke mana-mana, Mas. Temani aku saat operasi nanti.”“Of course, Sayang. Aku akan menemani kamu sampai si twins keluar. Kamu jangan khawatir. Sebelum kamu meminta, aku sudah berniat akan menemani kamu.”Hati Selena sangat tenang mendengarnya. Ia kemudian menjatuhkan kepalanya di bahu Justin. “Terima kasih untuk cinta dan sayang kamu, Mas Justin. Kamu adalah alasan aku untuk bertahan dan berjuang untuk bayi kembar kita.”Justin mengusapi perut buncit Selena dengan lembut. “Anak-anak, Papa. Kita akan segera bertemu. Jangan buat Mama sakit lagi ya, Sayang-sayangnya Papa.”Selena mengulas senyum tipis kala mendengar percakapan Justin dengan bayi-bayi di dalam perutnya.“Maaf ya, Mas. Aku hanya bisa memberi kamu dua anak. Nggak akan bisa lagi kasih kamu anak lagi,” ucap Selena dengan pelan.Justin terseny

  • Menikah dengan CEO Dingin   Mulas

    Justin menutup wajahnya dengan kedua tangannya sembari menangis sesenggukan. Pun dengan Selena. Lebih berduka karena kehilangan Diandra yang belum sempat berbaikan itu.“Justin! Selena! Di mana Diandra?”Kevin dan Jasmine baru tiba di rumah sakit setelah mendengar kabar dari Selena.“Kenapa kalian menangis? Apa yang terjadi dengan Diandra?” tanya Kevin kembali. Kemudian menoleh ke arah Dokter Felix. “Ada apa dengan Diandra, Dok?”Dokter Felix menghela napas pelan. “Bu Diandra sudah pergi menyusul kakaknya, Pak Kevin.”Kevin menganga. Begitu juga dengan Jasmine. Kevin tersenyum pasi seolah tak percaya dengan ucapan Dokter Felix.“Anda sedang bercanda? Diandra baik-baik saja, Dok! Mana mungkin pergi!” ucap Kevin tak percaya.Dokter mengangguk-anggukan kepalanya. “Saya paham. Kalian semua pasti tidak akan percaya dengan ucapan saya jika tidak melihat langsung jasad Bu Diandra yang masih berada di dalam.”Kevin menoleh ke arah pintu ruang operasi. Kemudian masuk ke dalam dengan tergesa-ge

  • Menikah dengan CEO Dingin   Kondis Diandra Sangat Buruk.

    Justin mengendikan bahunya. "Hanya Giandra yang tahu. Walaupun aku bilang nggak siap, ternyata Giandra siap. Mungkin bisa kamu tanyakan saja pada Giandra langsung.""Nggak mau!""Ya udah kalau nggak mau. Aku gak maksa juga."Selena mengerucutkan bibirnya kemudian menoleh ke arah Diandra. Perempuan itu ternyata melihat kehadiran mereka. "Mas?" panggilnya kemudian."Heung? Kenapa, Sayang?"Selena menunjuk Diandra. "Dia sudah terlanjur melihat kita. Sebaiknya kita masuk ke dalam, Mas. Setidaknya memberi semangat untuk perjuangannya."Justin menoleh ke arah Diandra kemudian menatap Selena kembali. "Ayok!" Justin menggenggam tangan Selena lalu masuk ke dalam ruangan persalinan Diandra.Pria itu menepuk bahu Giandra yang tengah duduk di samping Diandra. "Udah bukaan berapa?" tanya Justin kemudian."Baru dua," ucapnya dengan pelan.Justin manggut-manggut. Sementara Selena menghampiri Diandra yang tengah menahan rasa sakit. Namun, tak bersuara sedikit pun. Hanya mengulas senyumnya kepada Sele

  • Menikah dengan CEO Dingin   Diandra akan Menceraikan Giandra

    Giandra menghela napas pelan. "Dari mamanya. Amanda datang ke rumah gue sambil bawa Gino. Kasih tau ke Diandra kalau itu anak gue. Bahkan, dia berani tes DNA kalau gue gak mau mengakuinya."Justin menaikkan alisnya sebelah. "Apa maksudnya si Amanda datang ke rumah? Elo gak pernah nengokin anak elo sih! Jadi marah kan, si Amanda."Giandra menelan salivanya. "Gue gak pernah tengok Gino karena ada Fery. Dia yang bilang kalau gue udah gak punya urusan lagi sama Gino. Ya udah, gue menuruti perintah si Fery. Tapi, ternyata dia jebak gue."Justin manggut-manggut. Ia paham maksud arti dari kata menjebak. Karena pada akhirnya Amanda datang ke rumahnya, membawa Gino yang akhirnya membuat Diandra murka karena tidak tahu menau perihal Giandra memiliki anak dari perempuan lain."Terus, kondisi rumah tangga elo gimana sekarang?" tanya Justin kembali.Giandra mengendikan bahunya. "Dari awal Diandra memang gak pernah cinta sama gue. Gue yang udah jatuh cinta sama dia. Bisa dianggap kalau cinta itu be

  • Menikah dengan CEO Dingin   Dari Mana Diandra Tahu

    Kevin memiringkan kepalanya menatap Justin. “Ketemu Diandra di toko donnut? Beliin Selena?”Justin mengangguk. “Iyalah. Buat siapa lagi!”Kevin tersenyum miring. “Ketemu Diandra, terus nyapa elo? Biasanya gak pernah nyapa sama sekali bahkan kata elo udah kayak warga negara asing? Cukup aneh. Mau minta maaf kali, ke elo.”“Minta maaf kok gak bilang waktu ketemu.”“Siapa tahu lupa.”“Mana mungkin lupa. Minta maaf itu harus pake niat. Otomatis pasti akan keinget terus.”“Ya udah. Gue juga gak tahu alasannya kenapa. Yang penting elo bersikap biasa aja sama Diandra.”Justin menghela napas pelan. “Kalau dia mau damai sama gue, semuanya selesai. Tapi, kalau damainya karena lagi berantem sama Giandra, patut dicurigai.”“Pinter! Jangan sampai elo tergoda oleh bujuk rayunya Diandra. Selena jauh lebih baik dari dia. Diandra juga baik. Tapi, istri elo saat ini Selena, bukan Diandra. Dia hanya masa lalu elo. Jangan goyah hanya karena tahu Diandra lagi marahan sama lakinya.”Justin menganggukkan ke

  • Menikah dengan CEO Dingin   Bohong

    Kini, kondisi Selena sudah terlihat sedikit lebih baik. Hanya main sekali tidak masalah menurutnya.Selena menganggukkan kepalanya. “Silakan, Mas Justin!” ucapnya dengan lembut.Justin lantas mengecup kening Selena dan mengulas senyumnya. “Terima kasih, Sayang. Aku janji, hanya kelembutan yang akan aku lakukan padamu.”Selena mengangguk. “I trust you!”Justin pun memulainya. Membuka seluruh pakaian yang ia kenakan. Kemudian pakaian Selena. Penetrasi terlebih dahulu tentunya. Walau sinyal itu sudah terpancar begitu terang, Justin tidak akan selonong boy begitu saja.Memanjakan istri juga harus. Agar menggapai kenikmatan masing-masing. Tak ingin egois adalah salah satu sikap Justin yang paling baik jika dalam hal berhubungan intim.**Pagi hari telah tiba. Terik matahari mulai menyinari bumi. Mengintip di balik tirai jendela, mencoba masuk ke dalam tirai jendela kamar. Tidur terlelap setelah pergumulan semalam yang menurut Selena begitu indah.Penuh dengan kelembutan sesuai dengan janji

  • Menikah dengan CEO Dingin   Sure!

    Justin menghela napasnya. “Surat ini … sengaja dia kasih ke kamu agar kamu membalas cinta dia? Selama ini kamu pura-pura cinta sama aku, padahal mencintai Andrian. Begitu?”Jelas perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tangannya beradu karena harus mencari alasan yang logis agar Justin tidak marah padanya.“Lalu apa, Selena?” tanya Justin dengan suara menekan.Selena menghela napas pelan. “Maaf, Mas. Aku hanya ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan dari dia. Nggak ada lagi selain itu. Soal cinta, aku hanya mencintai kamu. Nggak ada lagi selain kamu.”Selena menatap Justin agar pria itu tahu, dia sedang berbicara dengan serius. Agar Justin paham dan mengurungkan niatnya untuk memarahinya.Justin memang tak berani memarahi Selena dalam keadaan hamil seperti ini. Yang dia lakukan hanya memutus kalung tersebut kemudian membuangnya dengan kasar ke lantai.Mata Selena hanya bisa menatap kalung yang kini sudah hancur itu. Sementara Justin pergi dari kamar tersebut. Namun, saa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status