Home / Rumah Tangga / Menikah dengan CEO Dingin / Akting Kamu Bagus sekali, Pak Kevin

Share

Akting Kamu Bagus sekali, Pak Kevin

last update Last Updated: 2023-06-12 16:48:19

Ucapan Kevin selalu berhasil membuat jantung Jasmine berirama dengan cepat. Selalu memberikan kode pada perempuan itu. Seolah Kevin akan menyentuhnya kelak. Sampai kapan, ia pun tak tahu.

'Kenapa harus menginginkan itu, jika tidak akan perasaan cinta untuk saya, Pak. Lebih baik kita bersandiwara saja. Saya lebih menyukai itu. Walau harus berakting setiap hari, seolah kita saling mencintai.' Jasmine berucap dalam hati.

Rasanya tak sanggup membayangkan bagaimana jadinya, bercinta tanpa ada rasa cinta di dalamnya. Ia masih gadis, butuh pengalaman yang bisa membuatnya tertarik untuk melakukannya lagi.

Tapi, jika Kevin terus bersikap dingin padanya. Bahkan saat melakukan hubungan tersebut, sudah pasti Jasmine akan merasa sia-sia. Kesuciannya seperti direnggut dengan paksa oleh Kevin. Padahal, pria itu adalah suaminya.

Begitulah yang dipikirkan Jasmine. Hingga kini, mereka sudah berada di dalam mobil. Pergi ke rumah lama milik Desi dan Kevin. Sebelum akhirnya Kevin memutuskan untuk berpisah. Lalu keluar dari rumah itu. Rumah yang kini ia tinggali, adalah rumah baru setelah satu tahun mereka bercerai.

"Mama Jasmine?" panggil Arshi kemudian. Memecah keheningan yang sempat terjadi.

"Heum. Kenapa, Sayang?" tanya Jasmine sambil mengusapi rambut Arshi.

"Mama sayang kan, sama Papa?"

Jasmine terdiam sejenak. Mata itu melirik Kevin yang sedang mengendarai mobil tersebut. Lalu, mengulas senyum kepada Arshi. "Sayang. Sama Arshi juga sayang. Kenapa memangnya?"

Arshi menggeleng. "Jangan sakiti Papa ya, Ma. Cukup Mama Desi aja yang udah nyakiti Papa."

Jasmine terhenyak. Anak kecil itu bahkan tahu, siapa yang sudah menoreh luka di dalam bahtera rumah tangga Kevin dan Desi. "Eeuh ... iya, Sayang. Mama tidak akan menyakiti Papa. Begitupun sebaliknya. Kami akan saling menjaga dan mencintai."

Arshi mengangguk dengan antusias. "Terima kasih, Mama. Jangan lupa kasih adik buat Arshi ya, Ma."

Jasmine mengatup bibirnya. 'Ayah dan anak kok bisa kompakan gini sih. Aku kan belum siap. Harus hamil dan menghadapi sikap dingin Pak Kevin. Yang ada stress aku,' ucapnya dalam hati.

Lalu, perempuan itu mengulum senyum. Mengusapi pucuk kepala Arshi. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Mengiyakan permintaan Arshi dan Kevin, belum bisa ia lakukan. Terlebih, ia teringat bisikan Desi padanya di acara pernikahan kemarin.

Melarang dirinya memberi keturunan pada Kevin. Dan maksud dari itu semua, Jasmine dibuat bingung oleh mantan istri suaminya itu.

'Hal apa saja yang akan menimpaku. Bisakah aku bertahan dengan ini semua?' Jasmine menghela napasnya dengan pelan.

Setibanya di kediaman Desi.

Mereka bertiga turun dari mobil. Arshi menggenggam tangan Kevin. Melangkahkan kakinya ke dalam rumah tersebut.

"Eeum … Arshi. Papa hanya bisa antar kamu sampai di sini aja. Soalnya Papa mau ke rumah Omma dan Oppa," kata Kevin setelah mereka tiba di depan pintu utama.

Sebenarnya pria itu malas jika harus bertemu dengan Desi atau Gemma. Melihat mereka berdua, selalu membuatnya teringat akan masa lalu yang pernah terjadi di dua tahun yang lalu.

"Oh, gitu ya, Pa. Ya udah kalau gitu. Arshi masuk ke dalam ya, Pa." Beruntung, anak kecil yang memiliki hati lembut itu selalu menurut. Sehingga tak perlu banyak alasan untuk Kevin, agar anaknya mau mengerti.

Pria itu mencium kening Arshi. "Papa pulang ya, Sayang. Nanti, kapan-kapan kita main bareng lagi."

"Iya, Papa. Hati-hati di jalan, yaa. Dadah Mama Jasmine. Jangan dibikin nangis ya, Papa Arshi."

Jasmine terkekeh dengan pelan. "Oke, Sayang. Nggak akan dibikin nangis kok, papanya. Janji." Jasmine memberikan kelingkingnya pada Arshi. Sehingga anak kecil itu membalasnya.

Lalu, Kevin dan Jasmine pergi dari rumah itu. Rumah lama, hadiah pernikahan Kevin dan Desi dari orang tua Kevin. Namun, semua itu hanya tinggal kenangan. Desi sudah menghancurkan semuanya.

Selama perjalanan menuju rumah orang tua Kevin, tak ada satu pun yang mengeluarkan suara. Semua diam. Kevin, jangan ditanya. Dia memang pria dingin, yang hanya menjawab jika ada yang bertanya.

Demikian pula dengan Jasmine. Tidak mau salah berucap. Biarkan keheningan itu hadir di dalam mobil, selama perjalanan menuju kediaman orang tua Kevin.

Setengah jam berlalu.

Kevin dan Jasmine tiba di rumah orang tuanya. Pria itu tidak turun terlebih dahulu. Matanya menoleh ke arah Jasmine yang sedari tadi menunduk.

"Bersikaplah layaknya pengantin baru pada umumnya. Jangan sampai Mama atau Papa curiga terhadap kamu yang terlalu kaku ini," kata Kevin dengan datar.

Jasmine menganggukkan kepalanya. "Ba-baik, Pak. Saya akan berusaha semaksimal mungkin, agar terlihat mencintai Bapak."

Kevin menelan saliva dengan pelan. "Satu hal lagi. Jangan panggil saya dengan sebutan bapak. Baik di depan orang tua saya, maupun hanya kita berdua. Panggil saya Mas Kevin. Jangan bapak."

"Eeuh ... i-iya, Mas Kevin." Jasmine sangat tidak nyaman memanggil pria itu dengan sebutan 'Mas.' Tapi, harus ia lakukan. Mengingat, ia sudah berjanji akan mematuhi perintah suaminya itu.

"Satu lagi. Saya harap kamu tidak banyak gerak."

"Apa itu, Pa ... eeh, Mas?" tanya Jasmine. Jelas, perempuan itu ingin tahu, apa yang diinginkan suaminya itu."

Kevin mendekatkan wajahnya kepada Jasmine. Lalu, menarik ceruk leher perempuan itu. Mata Jasmine lantas membola dengan sempurna. Apa yang dilakukan Kevin benar-benar membuat tubuh Jasmine seketika menjadi kaku.

Kevin membuat tanda di leher perempuan itu. Apa maksud dari itu semua, Jasmine hanya bisa menunggu sampai Kevin mau menjelaskan untuknya. Hingga beberapa tanda di bagian leher sudah dicetak oleh Kevin. Pria itu mengusap leher Jasmine menggunakan tissue.

"Agar orang tua saya mengira kalau kita habis melakukan hubungan suami-istri," kata Kevin menjelaskan.

Sementara Jasmine hanya melongoh. Setelahnya, Kevin keluar dari mobil tersebut. Diikuti oleh Jasmine dengan wajah yang masih saja terkejut. Tangannya meraba lehernya. Namun, tangan Kevin tiba-tiba menyingkirkan tangannya dari leher jenjang itu.

"Jangan disentuh!" titah Kevin kemudian.

"I-iya, Mas." Jasmine menurut. Kemudian mengikuti langkah Kevin ke dalam rumah yang tak kalah megahnya dengan rumah yang ditempati Kevin saat ini.

"Halo, mantu Mama yang cantik dan baik hati. Selamat datang di kediaman kami. Rumah Mama adalah rumah kamu juga. Jadi, jangan sungkan untuk tinggal di sini, jika Kevin sedang pergi dinas luar." Ranti, mama Kevin yang menyambut dengan antusias kehadiran Jasmine.

Perempuan itu lantas menerbitkan senyumnya. "Iya, Ma. Terima kasih, karena sudah menerima saya dengan baik."

Ranti mengusapi lengan menantu barunya itu. "Sudah lama pacaran, tapi Kevin tidak pernah mengenalkan kamu pada Mama. Dia takut, Mama menolaknya katanya. Karena kamu berasal dari keluarga sederhana."

Ranti tersenyum miris. "Padahal, dari kalangan seperti itulah, tingkah laku manusia tidak akan semena-mena. Maaf, karena sudah menyinggung kesederhanaan. Kamu luar biasa. Karena sudah bisa membuka pintu hati Kevin. Akhirnya, bisa move on dari mantan istrinya itu."

Ranti sangat bersyukur, atas kehadiran Jasmine di hidup anaknya. Sementara Kevin hanya mengulas senyum. Pun dengan Jasmine. Hanya memberikan senyum kepada Ranti.

"Eeum, Jasmine. Kamu ... akan tetap kerja, atau di rumah saja?" tanya Ranti kemudian.

"Sepertinya tetap kerja saja, Ma. Setidaknya saya ada kegiatan, kalau memilih tetap kerja. Tapi, semuanya kembali lagi pada Mas Kevin. Mengizinkan atau tidak, saya bekerja."

Ranti manggut-manggut. "Bagaimana Kevin? Kalau menurut Mama sih, lebih baik biarkan istri kamu kerja. Belajar dari masa lalu kamu, Kevin." Ranti tak ingin anaknya mengalami gagal rumah tangga lagi. Sehingga ia meminta agar Kevin membiarkan Jasmine tetap memilih untuk bekerja.

Kevin terdiam sejenak. Lalu menoleh ke arah Jasmine dan menganggukkan kepalanya. "Ya sudah. Kalau kamu memilih untuk tetap bekerja, silakan. Tapi, jangan lupakan status kamu sekarang. Sudah menjadi seorang istri."

Jasmine mengangguk. "Iya, Mas. Saya tidak akan melupakan status saya."

Kevin mengusap pucuk rambut istrinya itu. Senyumnya mengembang. Dan, baru kali ini Jasmine diberikan senyum semanis itu oleh Kevin. Jelas sekali, jika Jasmine memang hanya akan baik di depan orang tuanya saja.

'Akting kamu bagus sekali, Pak Kevin. Sepertinya kamu sudah latihan tiga minggu sebelum kita menikah, yaa,' ucap Jasmine dalam hati.

"Oh, iyaa. Jasmine. Nanti, kalau sudah hamil, lebih baik istirahat di rumah saja, yaa. Mama rasa, kalian sangat menikmati malam pertama kalian," kata Ranti sembari menerbitkan senyum nakalnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
banget, akting kevin sempurna
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikah dengan CEO Dingin   Tamat!

    Justin mengangguk setuju. “Kamu bener, Jasmine. Si Kevin bakal rugi kalau nggak mau Gita dijodohin sama anakku. Orang ganteng-ganteng gini. Iya, nggak?”Jasmine terkekeh sembari menganggukkan kepalanya. “Yang ini namanya siapa, Pak? Kan, sudah ada di sini.”“Anak yang pertama yang mana, yaa?” tanya Justin. Ia pun bingung mana anak pertama dan anak kedua.“Yang pertama yang sedang diberi ASI, Pak. Yang ini anak kedua,” kata perawat memberi tahu Justin.“Awas! Jangan sampai keliru. Wajahnya nggak mirip banget kok, Mas. Yang pertama lebih mirip kamu.”Justin menggaruk rambutnya kembali. Ia masih belum bisa membedakan kedua anaknya itu. Kemudian memberikan cengiran kepada istrinya itu.“Nanti beli baju dikasih nama masing-masing. Pesan dua ratus jenis baju beda-beda. Terus border, biar nggak keliru. Aku belum bisa membedakan mana yang pertama dan mana yang kedua,” ucapnya jujur.Selena menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kocak suaminya itu. “Terserah kamu aja!”Justin kembali m

  • Menikah dengan CEO Dingin   Sudah kodratnya, Selena

    Rosita menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Iya, Pa. Semoga nggak gila kayak papanya aja.”Kini, Antony tak bisa menahan tawanya. Mentertawakan Justin, kapan lagi. Sementara orang yang sedang mereka bicarakan tidak peduli bahkan tidak menyadari.“Justin!” panggil Antony kemudian.Justin menatap sang papa dengan malas. “Ada apa sih, Pa?” tanyanya dengan lemas.“Nama anak-anak kamu, sudah kamu siapkan?”Justin mengangguk pelan. “Udah. Kasih tau kalau Selena udah bangun.”“Dua jam lagi bangun, Justin. Kamu hitung saja. Tebakan Papa pasti bener.”Justin tak peduli. Yang ia pedulikan kini menatap Selena agar tidak tertinggal saat Selena membuka matanya.Kevin dan Jasmine baru saja tiba di rumah sakit setelah mendengar kabar dari orang tua Justin mengenai Selena yang sudah melahirkan kedua anaknya itu. Sementara orang tua Selena masih di jalan menuju rumah sakit."Belum sadar juga?" tanya Kevin kepada ada kedua orang tua Justin. Karena ia tahu Justin tidak akan menjawab pertanyaannya.Ros

  • Menikah dengan CEO Dingin   Welcome to the World

    Pria itu lantas mengecup kening sang istri. “Kita akan segera melihat bayi-bayi kita. Walaupun harus melakukan perawatan terlebih dahulu di ikubator. “Selena mengulas senyum tipis. “Jangan ke mana-mana, Mas. Temani aku saat operasi nanti.”“Of course, Sayang. Aku akan menemani kamu sampai si twins keluar. Kamu jangan khawatir. Sebelum kamu meminta, aku sudah berniat akan menemani kamu.”Hati Selena sangat tenang mendengarnya. Ia kemudian menjatuhkan kepalanya di bahu Justin. “Terima kasih untuk cinta dan sayang kamu, Mas Justin. Kamu adalah alasan aku untuk bertahan dan berjuang untuk bayi kembar kita.”Justin mengusapi perut buncit Selena dengan lembut. “Anak-anak, Papa. Kita akan segera bertemu. Jangan buat Mama sakit lagi ya, Sayang-sayangnya Papa.”Selena mengulas senyum tipis kala mendengar percakapan Justin dengan bayi-bayi di dalam perutnya.“Maaf ya, Mas. Aku hanya bisa memberi kamu dua anak. Nggak akan bisa lagi kasih kamu anak lagi,” ucap Selena dengan pelan.Justin terseny

  • Menikah dengan CEO Dingin   Mulas

    Justin menutup wajahnya dengan kedua tangannya sembari menangis sesenggukan. Pun dengan Selena. Lebih berduka karena kehilangan Diandra yang belum sempat berbaikan itu.“Justin! Selena! Di mana Diandra?”Kevin dan Jasmine baru tiba di rumah sakit setelah mendengar kabar dari Selena.“Kenapa kalian menangis? Apa yang terjadi dengan Diandra?” tanya Kevin kembali. Kemudian menoleh ke arah Dokter Felix. “Ada apa dengan Diandra, Dok?”Dokter Felix menghela napas pelan. “Bu Diandra sudah pergi menyusul kakaknya, Pak Kevin.”Kevin menganga. Begitu juga dengan Jasmine. Kevin tersenyum pasi seolah tak percaya dengan ucapan Dokter Felix.“Anda sedang bercanda? Diandra baik-baik saja, Dok! Mana mungkin pergi!” ucap Kevin tak percaya.Dokter mengangguk-anggukan kepalanya. “Saya paham. Kalian semua pasti tidak akan percaya dengan ucapan saya jika tidak melihat langsung jasad Bu Diandra yang masih berada di dalam.”Kevin menoleh ke arah pintu ruang operasi. Kemudian masuk ke dalam dengan tergesa-ge

  • Menikah dengan CEO Dingin   Kondis Diandra Sangat Buruk.

    Justin mengendikan bahunya. "Hanya Giandra yang tahu. Walaupun aku bilang nggak siap, ternyata Giandra siap. Mungkin bisa kamu tanyakan saja pada Giandra langsung.""Nggak mau!""Ya udah kalau nggak mau. Aku gak maksa juga."Selena mengerucutkan bibirnya kemudian menoleh ke arah Diandra. Perempuan itu ternyata melihat kehadiran mereka. "Mas?" panggilnya kemudian."Heung? Kenapa, Sayang?"Selena menunjuk Diandra. "Dia sudah terlanjur melihat kita. Sebaiknya kita masuk ke dalam, Mas. Setidaknya memberi semangat untuk perjuangannya."Justin menoleh ke arah Diandra kemudian menatap Selena kembali. "Ayok!" Justin menggenggam tangan Selena lalu masuk ke dalam ruangan persalinan Diandra.Pria itu menepuk bahu Giandra yang tengah duduk di samping Diandra. "Udah bukaan berapa?" tanya Justin kemudian."Baru dua," ucapnya dengan pelan.Justin manggut-manggut. Sementara Selena menghampiri Diandra yang tengah menahan rasa sakit. Namun, tak bersuara sedikit pun. Hanya mengulas senyumnya kepada Sele

  • Menikah dengan CEO Dingin   Diandra akan Menceraikan Giandra

    Giandra menghela napas pelan. "Dari mamanya. Amanda datang ke rumah gue sambil bawa Gino. Kasih tau ke Diandra kalau itu anak gue. Bahkan, dia berani tes DNA kalau gue gak mau mengakuinya."Justin menaikkan alisnya sebelah. "Apa maksudnya si Amanda datang ke rumah? Elo gak pernah nengokin anak elo sih! Jadi marah kan, si Amanda."Giandra menelan salivanya. "Gue gak pernah tengok Gino karena ada Fery. Dia yang bilang kalau gue udah gak punya urusan lagi sama Gino. Ya udah, gue menuruti perintah si Fery. Tapi, ternyata dia jebak gue."Justin manggut-manggut. Ia paham maksud arti dari kata menjebak. Karena pada akhirnya Amanda datang ke rumahnya, membawa Gino yang akhirnya membuat Diandra murka karena tidak tahu menau perihal Giandra memiliki anak dari perempuan lain."Terus, kondisi rumah tangga elo gimana sekarang?" tanya Justin kembali.Giandra mengendikan bahunya. "Dari awal Diandra memang gak pernah cinta sama gue. Gue yang udah jatuh cinta sama dia. Bisa dianggap kalau cinta itu be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status