Share

Menikah dengan CEO Dingin
Menikah dengan CEO Dingin
Author: Salwa Maulidya

Cek Satu Miliar!

“Ma-maksud Bapak apa ya? Saya tidak mengerti apa yang Bapak bicarakan,” katanya tergagap. “Da-dari mana Bapak tahu ... jika ayah saya memiliki utang?" tanya Jasmine lagi dengan semua kebingungan yang ada pada dirinya.

"Menikah denganku, dan kamu tidak perlu memikirkan utang orang tuamu lagi. Perlu kamu ketahui, aku tidak akan mengatakannya lagi. Jadi, buat keputusanmu sekarang juga!" 

Meski sedang duduk berhadapan dan terhalang sebuah meja, Jasmine bisa membayangkan postur tegap dan atletis lelaki tampan di hadapannya itu. Sepasang mata elang, hidung mancung, dan bibir tanpa senyum itu menguarkan aura yang sulit diabaikan.

Tapi, bukan ini yang dibayangkan Jasmine ketika menerima tawaran interview kerja. Baru beberapa menit duduk di hadapan calon bosnya ini, bukannya mendapat pertanyaan seputar pengalaman kerja, dia malah dilamar! Apakah dia sudah gila?

Kevin Prakarsa—pemimpin perusahaan retail Diamond Group yang sudah berdiri sejak dua puluh tahun lamanya—melipat tangan dengan angkuh. 

'Kamu belum berubah juga,' ucapnya dalam hati. Kemudian menghela napas kasar menatap wajah Jasmine.

"Kamu tidak perlu tahu saya tahu dari mana. Katakan saja! Berapa utang yang ayah kamu miliki?" Pria itu berucap dingin dan tidak sabaran, menciptakan atmosfer menegangkan di ruangan itu.

Gadis cantik berambut panjang itu tidak langsung menjawab. Sepasang mata teduhnya mengedip-edip bingung.

Jasmine terlalu terkejut dengan situasi yang dihadapinya sekarang. Ditambah tatapan tajam Kevin yang terus tertuju padanya, membuat Jasmine merasa terintimidasi.

Kevin Prakarsa bukan tanpa alasan ingin menikahi Jasmine. Setelah dua tahun lamanya menjadi duda lantaran malas mencari pasangan dan juga trauma akan pernikahan yang sempat gagal itu, ia akhirnya memutuskan untuk mencari calon istri lagi.

Pria itu ingin terhindar dari gangguan Desi, mantan istri yang terus mengganggunya, berharap Kevin mau kembali padanya.

“Maaf, Pak, jika saya lancang. Tapi kita bahkan belum pernah bertemu sebelumnya…,” ucap Jasmine setelah beberapa saat terdiam. Dia menatap pria tampan di hadapannya dengan tatapan penuh selidik. “Bapak kenal saya?”

Jasmine sungguh tidak mengerti mengapa Kevin tiba-tiba melamarnya dan bagaimana dia tahu tentang situasinya. Tapi yang jelas, ini benar-benar tidak masuk akal.

“Tidak. Saya memang tidak mengenal kamu, tapi saya tahu segala sesuatu tentang kamu,” jawabnya, menatap Jasmine tepat di manik matanya.

Jawaban lugas dari Kevin justru membuat Jasmine semakin bingung dan rasa curiga perlahan tumbuh dalam benaknya.

Dia tahu pasti pria di hadapannya ini adalah salah satu petinggi perusahaan, dilihat dari penampilan dan juga sikapnya yang bossy. Terlebih lagi, ruangan yang seharusnya menjadi tempat wawancaranya berada di ruangan eksekutif. Sudah barang pasti, Kevin Prakarsa adalah orang penting di perusahaan ini.

Tapi tetap saja, tidak ada hubungannya dengan menikah!

Kevin yang sadar betapa curiganya Jasmine padanya, tersenyum miring. “Saya bukan penipu,” katanya singkat, membuyarkan lamunan Jasmine seketika.

“Jadi? Berapa utang ayah kamu?” Kevin kembali bertanya, setelah Jasmine tidak berhenti memberikan tatapan menilai.

"Ha-hampir satu milyar, Pak," ucap Jasmine dengan pelan. Rasanya malu, karena sudah menyebutkan nominal utang yang dimiliki ayahnya itu di hadapan pria yang baru saja dia kenal. Apalagi pria itu bermaksud menikahinya dan bahkan melunasi semua utang yang entah kapan bisa ia lunasi sendiri.

Kevin manggut-manggut. "Sebanding dengan semua yang akan saya lakukan pada kamu," ucapnya.

Jasmine benar-benar tak tahu harus menjawab apa. Apakah pria ini benar-benar sudah gila? Utang ayahnya hampir satu miliar dan Kevin bersedia melunasinya hanya dengan menikah?

"Tapi, Pak…"

Kevin menganggukkan kepalanya sekilas, memotong ucapan Jasmine. "Saya paham. Sebenarnya saya juga tidak ingin membuat kamu kena serangan jantung tiba-tiba."

Jasmine semakin tak mengerti dengan ucapan yang membuat kepalanya pusing. 'Maksudnya apa coba. Ini orang kenapa sih? Otaknya geser kali ya?' Jasmine berucap dalam hati.

"Jasmine?"

“I-iya, Pak?" ucapnya terkejut.

"Kamu ... ingin utang ayah kamu lunas, kan?" tanya Kevin kembali.

Jasmine mengangguk pelan. Tentu saja dia ingin utang ayahnya lunas. Sebab itulah dia ke sana-sini untuk mencari pekerjaan.

"Tentu saja, Pak. Saya mencari kerja karena ingin melunasi utang ayah saya. Tapi tentu bukan dengan cara menjual diri,” ucap Jasmine sambil menekankan ujung kalimatnya.

Kevin agak terkejut mendengar ucapan Jasmine. Memang benar, secara tidak langsung dia membeli gadis ini, tapi toh tidak ada yang dirugikan dari penawaran ini bukan?

“Dengar, Jasmine. Saya tahu situasi kamu sedang sulit. Penawaran saya justru akan sangat membantu kamu, bukankah begitu?”

Jasmine tidak menjawab.

“Saya paham kalau kamu terkejut, dan mungkin juga sedang dilema. Tapi kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Kamu hanya perlu menikah dengan saya, dan semua utang ayah kamu akan saya lunasi. Adil, kan?”

Penuturan Kevin mau tidak mau membuat Jasmine kembali berpikir.

“Tapi… kenapa harus saya?”

Kevin menghela napas lagi. Kesabarannya benar-benar mulai menipis dan gadis di hadapannya ini masih saja bertele-tele.

“Tidak harus kamu. Hanya saja, saya mulai lelah mencari calon istri!” ujar Kevin dengan ketus. “Jadi bagaimana? Anggap saja saya menolong kamu, dan kamu menolong saya.”

Dari sekian banyak kandidat calon istri yang dicari oleh asistennya, Kevin merasa Jasmine adalah kandidat yang paling memungkinkan untuk menerima tawarannya.

Setelah ia selidiki, Jasmine punya latar belakang yang cukup baik. Dia tidak pernah bermasalah. Ya, minus utang ayahnya. Utang itu juga sebenarnya karena ayahnya jadi korban penipuan.

Dan yang paling penting, Jasmine tidak terlibat hubungan dengan siapa-siapa saat ini.

Kevin kemudian menjelaskan bagaimana dia mengetahui semua tentang Jasmine. Dia mengaku telah menyeledikinya sebelum mereka bertemu hari ini.

Hal itu tentu saja membuat Jasmine merasa tidak nyaman dan kalau bisa ia ingin menuntut Kevin karena sudah melanggar privasinya. Tapi di mana lagi dia bisa mendapatkan satu miliar dengan mudah?

"Saya ... boleh pikir-pikir dulu nggak, Pak?" tanya Jasmine setelah terdiam cukup lama. Tawaran Kevin memang terdengar menggiurkan, tapi Jasmine tidak mau gegabah. Bisa saja lelaki itu punya maksud jahat.

Kevin berdecak kesal. "Saya tidak suka menunggu. Kalau kamu setuju, kita ke rumah kamu sekarang juga. Kalau tidak, silakan keluar dari ruangan ini!”

Jasmine menelan saliva. Dia tahu ini sangat konyol. Tapi satu miliar adalah angka yang jauh di luar jangkauannya. Menikah dengan pria tampan nan dingin ini tentu tidak akan sesulit mencari uang satu miliar, kan?

“Ta-tapi bagaimana saya tahu kalau bapak tidak menipu saya? Bagaimanapun juga kita tidak saling mengenal,” kata gadis itu takut-takut. Dia bahkan tidak berani menatap Kevin.

Kevin menghela napas kasar, kesabarannya tinggal seujung kuku. Dia mengambil cek di laci mejanya, lalu menulis nominal yang dibutuhkan Jasmine. Ia menyerahkan cek yang sudah ia tanda tangani pada gadis itu.

“Cek satu miliar ini jadi milik kamu. Anggap saja saya membeli kamu untuk menjadi istri saya. Selamanya. Seumur hidup!" ucapnya penuh penekanan.

Jasmine semakin tegang mendengar ucapan Kevin. Bukan hanya menikah sementara, tapi seumur hidup? Dia pasti sedang bercanda!

Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Supriyonosusanto
jadi penasaran saya
goodnovel comment avatar
Wikasumi Sumiwika
cerita nya sangat menarik dan membuat saya semakin penasaran dgn cerita ini.
goodnovel comment avatar
Nur Komariyah
baru bisa mampirr thor......
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status