Kaori masuk ke dalam rumah sambil bersenandung kecil. Tumben, jam segini Davin sudah di rumah, biasanya juga pulangnya jam enam sore, atau kalau lagi sibuk-sibuknya, dia akan pulang larut malam. Mobilnya masih parkir di halaman, itu sebabnya Kaori bertanya-tanya.
Ketika melewati jendela panjang transparan yang menjadi dinding pembatas dengan kolam renang, langkah Kaori berhenti. Dia memutar kepalanya ke arah sama, lantaran melihat Davin sedang berenang dan ditemani oleh seorang wanita berkulit putih yang duduk di pinggir kolam.
Kaori mulai bertanya-tanya, siapakah orang itu?
Perlahan, Kaori melangkahkan kakinya ke sana, lalu berseru, "Hai."
Davin yang berhenti di pinggir kolam menoleh dan melambaikan tangan. "Oi!"
Kaori lantas menoleh menatap perempuan yang juga sedang menatapnya itu. Kaori memperhatikannya dengan seksama. Seperti kenal...
"Hai, Ri. Apa kabar?"
🌺Kaori mendelik begitu melihat Davin berjalan bersisian dengan Maya, sementara dirinya berjalan di belakang keduanya. Cara Davin berinteraksi dengan Maya pun membuat Kaori sedikit agak gimanaaa gitu. Dibilang mesra sih enggak, tapi apa ya...? Kayak ada manis-manisnya gitu."Kita makan di sana aja, yuk!" Maya menunjuk salah satu tempat makan yang ada di dalam Mall.Davin mengangguk setuju. "Gimana, Ri? Mau nggak makan di sana?" tanya Davin pada Kaori."Gue sih ngikut aja."Davin tersenyum kecil. "Okey."Setelah tiba di tempat makan tersebut, Maya mengambil kursi lebih dulu, tepat di sebelah Davin. Kaori yang melihatnya hanya mendengus, dan duduk di kursi seberang mereka.Tiba-tiba, Kaori merasa menyesal dengan keputusannya untuk ikut dengan mereka. Mendingan dia di rumah, rebahan di kamar sambil nonton Drakor sampai larut
****"May, biar aku aja. Mendingan sekarang kamu pulang." Davin meraih piring kotor yang akan dibawa Maya ke tempat pencucian piring."Nggak pa-pa, biar aku aja. Kamu siap-siap aja dulu. Mau ke cafe, kan?" tolak Maya sambil tersenyum manis."Iya, tapi aku nggak enak aja. Lain kali, kalau mau ke sini, kamu bilang dulu, ya. Entar ada yang baper."Maya mengangguk. "Okey.""Sip. Aku siap-siap sebentar." Davin lantas beranjak menuju kamarnya.Pada saat Davin menanggalkan pakaiannya, Maya tahu-tahu membuka pintu kamar."May? Ngapain ke sini?" tanya Davin. Ia mengambil kemeja dan memakainya.Maya mendekat, tatapannya dalam, membuat perasaan Davin tak nyaman."Dav, kamu tau kan, aku nggak bisa kehilangan kamu?"Davin mengulum bibir, lalu berkata, "May, kita udah bicarakan ini baik-baik, kan?"
Halo, apa kabar? 🤭🤭🤭****"Ri, lo lihat sepatu futsal gue nggak?" Davin bertanya sambil berjalan menuju ruang keluarga, di mana beberapa menit yang lalu dia melihat Kaori sedang menonton di sana."Lah? Malah tidur...." Davin mendekati Kaori yang tengah tertidur pulas di atas sofa. "Tumben jam segini udah tepar? Biasanya juga masih gentayangan tengah malam."Davin melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan malam. Sebenarnya dia ada janji untuk main futsal dengan teman-temannya malam ini. Namun melihat Kaori tidur sekarang, membuatnya enggan meninggalkan Kaori sendirian di rumah."Oi, bangun! Tidur itu di kamar," ucap Davin, berniat membangunkan Kaori untuk menyuruhnya pindah ke kamar dan mengunci pintunya. Dengan begitu, Davin tidak akan begitu khawatir meninggalkannya sendirian.Tapi, tubuh itu tidak bergerak."Ri, gue mau keluar sebentar. Lo
Koreksi kalau ada kesalahan, aku nggak baca ulang, hehehe.****Kaori terbangun saat merasakan ada sesuatu yang menekan wajahnya. Sesuatu yang berat dan berbulu. Ketika dia membuka mata lebar-lebar, barulah dia tahu itu apa. Kaki Davin, yang entah bagaimana ceritanya bisa berada di wajahnya. Kaori lalu mengambil posisi duduk dan terkejut bukan main sewaktu melihat Davin berada di kasurnya.Sejak kapan mereka tidur seranjang???Kaori menarik bulu kaki Davin kuat-kuat sampai si empunya kaki terbangun dan meringis kesakitan."Aduh!" Davin menarik kakinya dan terduduk. Dengan terkantuk-kantuk, dia menoleh ke sekeliling. "Kenapa sih?!""Ngapain lo tidur di kasur gue? Sampe tuh kaki ke muka gue lagi!" semprot Kaori.Davin mengerjapkan matanya. "Masa?""Iya! Lo kemarin cuma modus doang, kan? Ngaku nggak lo udah ngapain gue tadi malam? Lo nggak gr
Halo, yang lupa ceritanya gimana, baca ulang ya wkwkwkwkw.***Sepuluh menit berlalu, tapi Davin dan Maya belum juga keluar rumah. Apa mereka masih di dapur? Atau jangan-jangan sudah pindah ke kamar? Huft! Pikiran Kaori benar-benar kacau. Kenapa dia selalu berpikir macam-macam tentang mereka berdua sih? Gimana enggak? Mereka itu kan pernah pacaran. Secara juga putus pas lagi sayang-sayangnya. Nah, kalau ada kesempatan, bisa saja kan mereka saling memberi harapan lagi?"Ri, kenapa? Kok, melamun?" tegur Kafka sehingga membuat Kaori terkesiap."Eh, ini, kepalaku tiba-tiba pusing. Terus, aku mual juga."Padahal, sebenarnya tidak. Hanya alasan semata. Pikiran Kaori sekarang tertuju pada Davin dan Maya. Sedang apa mereka di dalam sana? Suaranya juga nggak kedengaran. Mencurigakan...."Ya udah, mendingan sekarang kamu masuk deh. Aku pulang aja.""Serius, nggak ap
Davin cepat-cepat turun dari atas tubuh Kaori lalu bangkit dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Kaori pun langsung bangkit dan berdiri di sebelah Davin dengan salah tingkah. Dia menginjak kaki Davin dan menekannya kuat sampai-sampai Davin meringis kesakitan, tapi Kaori tak menghiraukannya."Eh, Mama sama Mami dateng!" seru Kaori dan menghampiri keduanya. Dia menoleh sesaat ke arah Davin dan melotot."Kamu udah sembuh, Ri?" tanya Kintan."Udah, sih. Cuma agak lemas aja, Mi.""Oh, gitu. Kamu nggak kerja, Dav?"Davin mendekat seraya menjawab, "Enggak, Mi. Mau di rumah aja jagain Kaori. Kasihan kalo ditinggal sendirian."Kaori menyipitkan mata dan tersenyum. "Mama sama Mami dari mana?""Tadi habis nyalon. Jadi, sebelum pulang, kami mampir dulu ke sini lihat kamu. Kan kemarin sakit. Tapi, Alhamdulillah kalo kamu udah merasa lebih baik sekarang,
**Hasil perjuangan nulis setelah drama bocil yang membagongkan. Selamat membaca gais! *** Kaori membuka mata ketika merasakan suhu kamarnya meningkat. Bukan hanya menjadi pengap, sekelilingnya pun berubah gelap gulita. Mati lampu? Sekarang jam berapa? Kaori pun perlahan bangkit dan mencari ponselnya di sekitar kasur. Seingatnya, tadi sehabis mandi sore, dia menaruhnya di atas bantal. "Mana, sih?" cetusnya kesal. Akhirnya, Kaori pun beranjak dari sana lalu berjalan sambil meraba-raba untuk mencari pintu. Di luar, sepertinya hujan sangat deras dan sesekali terdengar suara petir menyambar. Mungkin itulah sebabnya ada pemadaman listrik. "Pintunya mana lagi?" Kaori meraba dinding dan belum juga menemukan di mana pintu kamarnya berada. Davin mana, ya? Apa dia di rumah? Soalnya, seingat Kaori, tadi sehabis makan siang di
Setelah semalaman tidur dalam keadaan gelap gulita dan digigiti nyamuk, akhirnya pada jam tujuh pagi listrik sudah kembali menyala. Saat itu, Kaori belum sepenuhnya bangun, dia masih rebahan di ranjang sambil memeluk guling. Kaori masih belum ingat kalau dia sedang berada di kamar Davin sampai pria itu keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk. Kaori mengendus ketika mencium aroma cologne yang segar dan manis, namun matanya belum membuka sepenuhnya lantaran silau akan sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela kaca yang terbuka lebar. Selain mencium aroma yang mencurigakan, Kaori juga mendengar ada suara seseorang sedang bernyanyi kecil, juga suara lemari dibuka dan ditutup. Kaori kemudian membuka matanya lebar-lebar dan terkejut begitu melihat Davin berdiri di depannya dengan bertelanjang dada. Cowok itu bahkan sedang memegang underwear berwarna hitam ketika mereka saling menatap. "Lo ngapain?!" teriak Kaori lantang, seolah-olah nyawanya s