ホーム / Romansa / Menikah dengan Musuh / 2. Jodoh dari lahir

共有

2. Jodoh dari lahir

作者: Pandanello
last update 最終更新日: 2021-05-11 11:57:52

Bab. 1\ Jodoh dari lahir

****

"Gimana kalau setelah tamat kuliah nanti, Davin sama Kaori kita nikahin?"

"Wah! Ide bagus itu, Say! Lagian, mereka kan udah dekat. Dari kecil sampai sekarang, sekolahnya juga bareng terus. Mungkin, memang udah jodoh."

Kaori mendelik, begitu pun Davin. Ketika Kaori menunjukkan ekspresi ingin muntah, Davin pun melakukan hal yang sama.

"Gimana, Pa? Setuju nggak kalau Davin nikahin Kaori? Davin kan juga udah punya usaha sendiri. Jadi, nggak harus nunggu dia kerja dulu buat ngelamar Kaori." Bella menoleh menatap Fatih, suaminya, yang kemudian mengangguk.

"Papa sih setuju-setuju aja. Yang penting, bibit, bebet, dan bobotnya sudah jelas."

"Kalau Papi, setuju nggak kalau misalnya Kaori ini jadi mantunya kita?" Gantian Kintan yang bertanya pada suaminya.

Surya mengangguk. "Papi sih semua terserah mereka. Kalau mereka saling suka, ya kenapa enggak?"

Kintan dan Bella tersenyum puas, lalu bertanya secara bersamaan. "Kalian mau nggak dijodohin?"

"Enggak!" jawab keduanya kompak.

"Loh? Kenapa?"

"Karena Kaori nggak mau punya suami kayak Davin. Pacarnya banyak tau, ada di mana-mana. Terus, jorok lagi suka ngupil, hiiih." Kaori bergidik sekaligus mengernyit jijik.

"Kayak situ nggak pernah ngupil aja," balas Davin datar dengan satu alis terangkat.

"Ya pernah, tapi nggak diolesin ke sembarang tempat juga dong! Kemarin lo ngapain coba gue tanya, colek-colek baju gue? Habis ngupil, kan, lo!"

Davin mendengus. "Kalau iya kenapa? Nggak bikin lo keracunan, kan?"

"Ih, Davin, masa sih kamu sejorok itu? Kan bisa diolesin di bawah meja. Gimana sih kamu...." Ibunya memukul pahanya dan meringis jijik.

"Makanya Tante, Kaori bukannya bermaksud lancang, tapi Kaori memang nggak mau nikah sama Davin. Terus, dua juga bukan tipe-nya Kaori."

"Sok cantik banget sih jadi cewek," cibir Davin pelan, akan tetapi Kaori mendengarnya dengan sangat jelas.

"Bodo amat," cetus Kaori tak peduli.

"Gini, loh, Vin. Mami sama Papi kan udah tua. Udah cocok banget punya menantu. Kami pengen banget cepat-cepat nimang cucu. Dan kamu tau sendiri, Tante Bella ini sahabatnya Mami dari kecil, jadi kami pernah membuat kesepakatan untuk menjodohkan kalian."

"Iya, Kaori. Kalian itu udah kami jodohkan selama masih di dalam perut loh. Setelah tau jenis kelamin kalian, kami langsung buat kesepakatan itu. Jadi, pliiis... kabulkan keinginan Mama ya, Sayang?"

Kaori mengaga tidak percaya. Yang benar aja deh! Dari perut udah dijodohin sama si Keong racun itu?

"Tapi, Ma, aku nggak suka sama dia," tekan Kaori sambil mendecih ke arah Davin. "Yang ada aku tuh kesel sama dia."

"Maaf, Tante, tapi Davin juga nggak mau nikah sama cewek manja kayak Kaori. Hmm, ya udah, kalau gitu, Davin permisi dulu, ya." Davin kemudian beranjak, meninggalkan pembicaraan itu begitu saja.

"Kaori juga permisi, ya," ucap Kaori dan bergegas pergi.

Di luar, Davin sedang menggaruk-garuk kepalanya yang pusing akibat rencana perjodohan itu. Yang benar saja! Kaori itu kan rubah betina. Apa kabarnya hidup Davin kalau jadi lakinya dia? Bisa-bisa, Davin dimakan hidup-hidup sama dia.

"Pokoknya gue nggak mau tau ya, Vin, ya. Lo harus tolak perjodohan ini!" ujar Kaori yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Davin tertawa mendengus. "Yang mau terima siapa juga, oi? Ngarep lo?"

"Jijik tau nggak! Mana mau gue nikah sama cowok yang udah celap-celup sana-sini!"

"Lo pikir gue teh celup?"

"Pikir aja sendiri!" Kaori pun pergi dengan masa bodohnya.

Davin menggeleng tak percaya. Sejak dulu, hubungannya dengan Kaori memang tidak baik, bahkan bisa dibilang kalau mereka itu bermusuhan. Meski kedua orangtua mereka sudah bersahabat sejak lahir, itu tetap tidak mempengaruhi hubungan keduanya. Kaori selalu saja memasang muka jijik setiap kali melihatnya, dan tak jarang adu bacot pun terjadi.

Kadang-kadang, Davin malu sendiri lantaran selalu saja membalas setiap ucapan Kaori yang sepedas mulut netizen, karena walau bagaimanapun juga, dia kan seorang cowok. Rasanya tak pantas kalau harus adu mulut dengan seorang cewek meskipun itu cewek jadi-jadian. Davin tidak mau dianggap pria bermulut lemes oleh fans-fansnya di luaran sana. Tapi, apa boleh buat, kalau dibiarkan, Kaori akan terus menginjak harga dirinya.

***

"Terus, kenapa lo nolak? Davin kan ganteng, terus tajir. Apa kurangnya coba?" tanya Putri, setelah mendengar curhatan teman baiknya itu. Siang itu mereka sedang berada di perpustakaan.

Kaori mengerling. "Ganteng sih ganteng, tapi kalau kerjaannya mainin cewek buat apa coba gue tanya? Lagian, dia kan suka tuh one night stand nggak jelas. Jangan-jangan dia punya penyakit kelamin lagi! Nggak mau gue nikah sama dia, sumpah!"

"Hmmm." Putri mengangguk-angguk, mulai sependapat. "Iya juga sih. Tapi, kalau gue sih mau-mau aja dijodohin sama dia. Habisnya, dia oke banget."

"Hadeeeh, apanya sih yang oke? Tuh, lihat tuh!" Kaori menunjuk Davin yang duduk di kursi tak jauh dari tempat mereka. Cowok itu sedang memasukkan jari telunjuknya ke hidung sambil membaca buku. "Yang kayak gitu lo bilang oke? Jyjyk, tau nggak! Ngupil sembarangan gitu, ih!"

Putri mendecakkan lidah tak peduli. "Ya ampun, Ri. Lo ngomong kayak gitu, seakan-akan ngupil itu kayak dosa besar tau nggak? Itu tuh manusiawi kaliii. Gimana sih lo. Kayak nggak pernah aja...."

"Ya minimal dia cari tempat kek buat ngupil. Nggak malu banget dilihatin orang rame...."

"Lagian ya, Davin itu, mau lagi ngupil atau lagi ngapain juga tetap ganteng kok."

"Tetap aja jorok!" tandas Kaori jengkel. "Tuh, lihat! Ada yang nyamperin lagi!"

Seorang cewek berambut pirang datang menghampiri Davin. Cewek itu tersenyum manis lalu mengulurkan tangannya ke hadapan Davin.

"Iyuuuuhh!" Kaori langsung meringis jijik ketika melihat Davin menyambut uluran tangan cewek itu dengan tangannya yang tadi dipakai buat ngupil.

"Hahahah, lucu ya Davin, kayak nggak ngerasa bersalah gitu dia."

Kaori mendelik mendengar respon Putri yang malah dengan entengnya bilang Davin lucu? Yang benar aja deh.

Beberapa saat kemudian, Davin dan si cewek yang tidak dikenal namanya itu melintas di depan mereka. Seperti biasa, ketika saling bertatap muka, keduanya saling melemparkan tatapan benci.

"Kok gue ngerasa kalau kalian itu bakalan jodoh, ya?" cetus Putri tak disangka-sangka, setelah Davin berlalu.

"Kenapa gitu?"

"Nggak tau. Tapi, feeling gue selalu benar loh, serius."

"Gue rela jadi perawan tua daripada harus ngasih keperawanan gue sama dia!"

"Aduh, Ri. Udah deh. Kisah kalian ini, kisah klasik. Ujung-ujungnya juga entar saling jatuh cinta. Makanya lo itu jangan terlalu benci sama si Davin. Nanti malah jadinya cinta mati."

Kaori menutup telinganya dan menggeleng-geleng. "Enggak! Nggak bakalan!"

Putri mengedikkan bahunya. "Kita lihat aja nanti."

Di mata Kaori Larasati, Davin Pratama adalah playboy kelas kakap yang harus dibumihanguskan. Sok ganteng, iya. Sok keren, juga iya. Sok punya segalanya, apalagi. Pokoknya, nggak ada satu pun alasan yang membuat Kaori mau berteman apalagi menikah dengannya. Bisa-bisa, Kaori langsung mati bunuh diri kalau jadi bininya dia. Lagipula, Kaori memang tidak respek dengan Davin sejak Kaori tahu kalau Davin sudah meniduri beberapa cewek sejak duduk di bangku SMA. Hal itu, terus terang saja membuat Kaori kecewa. Ya, Kaori kecewa karena Davin sudah berani melakukan hal yang di luar batasan dan tega mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Pria sejati itu tidak merusak wanitanya, melainkan yang melindunginya. Dari situ saja bisa dilihat kalau Davin bukanlah seseorang yang patut untuk diperjuangkan, bukan?

So, Kaori dengan lantang tetap akan menolak perjodohan itu apa pun caranya!

***

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Menikah dengan Musuh   40. Rujuk

    "Berapa kali gue bilang, jangan bawa sepatu ke dalam kamar!" Davin yang pagi menjelang siang itu masih berada di atas ranjang, perlahan membuka matanya karena samar-samar mendengar ada suara. Suara milik seseorang yang belakangan ini membuatnya sulit makan dan tidur. Seseorang yang dia rindukan siang dan malam. Dan satu-satunya orang yang mampu memporak-porandakan hatinya. "Itu juga isi lemari berantakan banget! Kalo ngambil apa-apa itu ditarik, jangan diangkat!" Suara itu terdengar semakin nyata. Davin sontak terduduk, kemudian melihat sekitar. Tepat di depan lemari pakaiannya, Kaori berdiri menghadapnya dengan bertolak pinggang. "Rumah berantakan! Sampah-sampah makanan berserakan! Bukannya dibersihin malah dibiarin!" Davin mengerjapkan matanya. Itu.... Kaori? "Habis pake handuk itu, digantung di tempatnya. Masa yang gitu-gitu harus diingetin mulu, sih?" Sesaat Davin terpelongo, mengucek mata berkali-kali lalu dengan tiba-tiba

  • Menikah dengan Musuh   39. Setelah talak

    "Ri.... Kamu kenapa? Mama perhatikan sudah seminggu ini kamu di kamar aja. Nggak mau keluar gitu jalan-jalan? Shopping, yuk, sama Mama?" bujuk Bella.Sudah seminggu Kaori terlihat murung. Dia lebih suka mengurung diri di dalam kamarnya sejak dia dan Davin bercerai. Hal itu tentu saja membuat Bella merasa khawatir, dia takut kalau lama-lama dibiarkan anaknya itu malah jadinya stres lantaran terlalu larut dalam kesedihan. Belum lagi Kaori juga jarang makan. Bagaimana kalau nanti dia sakit?Sampai sekarang pun, setiap ditanya apa alasan sebenarnya yang membuat mereka berpisah, Kaori tidak menjawabnya."Enggak pa-pa, Ma. Lagi males aja."Kaori juga sudah berhenti bekerja dan memutuskan untuk membuka usaha sendiri, yaitu membuat sebuah wedding organizer."Ri, tau nggak? Mama sama Papa dulu juga sempat berpisah, loh. Waktu itu kamu masih berumur dua tahun."Kaori terkesiap mendengarnya. "Mama serius?""Iya, Papamu itu jatuhkan talak ke Mama

  • Menikah dengan Musuh   38.

    Di kedai kopi miliknya, Davin duduk di meja paling pojok dekat jendela bersama Putri. Mereka memang sudah membuat janji untuk bertemu di sana sebelum jam makan siang.Davin memandangi undangan berwarna gold di tangannya lama-lama sambil tersenyum. Huruf inisial P & D jelas terpampang di bagian depannya, didesain sedemikian rupa sehingga tampak elegan.Davin tidak menyangka bahwa sebentar lagi Putri akan menjadi seorang istri, sementara dirinya baru saja menjadi duda. Kadang-kadang, takdir memang selucu itu.Diliriknya Putri yang tiba-tiba melepaskan cincin berlian yang melingkar di jari manisnya."Gue nggak bisa, Dav. Gue benar-benar nggak bisa," kata Putri sambil menggeleng kuat."Kenapa? Jangan dilepas cincinnya!" Davin menarik tangan Putri dan kembali memasukkan cincin tersebut ke jarinya. "Jangan sia-siakan orang yang sayang sama lo."Putri menarik napas dalam, memandangi jarinya yang tersemat cincin permata. "Tapi, gue nggak—"

  • Menikah dengan Musuh   37. Hari terakhir

    Hari ini, adalah hari terakhir pernikahan Kaori dan Davin. Mereka menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, persis seperti yang mereka lakukan beberapa bulan yang lalu. Pergi ke pantai, menonton film di bioskop, dan makan di tempat yang romantis.Namun, pada hari itu, Kaori tidak se-happy kemarin. Dia lebih banyak melamun, dan tentu saja hal itu membuat Davin bertanya-tanya. Meskipun kadang-kadang ada tawa yang keluar dari mulut Kaori, Davin bisa merasakan ada sesuatu di sana, tepat di matanya, yang seperti tidak sinkron dengan apa yang dilakukannya.Hingga malam pun tiba. Saat itu hujan lebat ketika mereka sampai di rumah. Keduanya sempat terkena hujan lantaran tadi berlari menuju mobil. Menunggu hujan reda punpasti akan memakan waktu yang lama, itu sebabnya mereka memilih menembus hujan demi tiba di dalam mobil lalu bergegas pulang.Di depan cermin besar di dalam kamarnya, Kaori bisa melihat kemunculan Davin yang

  • Menikah dengan Musuh   36.

    ****Tepat jam sepuluh malam, Davin pulang ke rumah. Biasanya, jam-jam seperti itu Kaori sudah mengunci pintu jika Davin pulang agak telat. Namun tadi, sewaktu Davin memasukkan kunci cadangan, pintu itu justru membuka ketika Davin tak sengaja mendorongnya."Ck! Kebiasaan banget Kaori nggak ngunci pintu. Padahal ini kan udah malam," gerutu Davin lalu melangkah masuk.Disampirkannya kemejanya yang tadi dipakainya ke bahu lalu celingukan, mencari keberadaan Kaori.Sebelum memanggil nama Kaori, Davin sudah lebih dulu mendapati wanita itu tengah tertidur pulas di atas sofa tepat di depan TV."Tuh, kan! Kebiasaan banget tidur pas pintu nggak dikunci gitu. Kalau ada orang jahat, gimana coba?" ujar Davin lalu mengambil posisi bertimpuh di sisi Kaori dan memandangi wajahnya lama-lama."Semoga setelah semuanya berakhir, lo dipertemukan sama orang yang tepat.

  • Menikah dengan Musuh   35. Sweet

    DAVIN penggemar film action, tetapi pada saat Kaori memintanya untuk menonton film komedi romantis, Davin mengiyakannya. Davin sebenarnya sudah akan menolak, namun tidak mungkin juga merusak suasana hati Kaori yang sedang baik hari ini. Lagipula, sebelum ke sini, Kaori juga sudah bilang kalau dia akan menonton film dengan genre itu. Jadi, ya sudahlah, tujuan liburan kilat ini kan juga buat Kaori….Tapi, masalahnya…. Davin tidak mengira kalau akan ada banyak adegan mantap-mantap di film yang akan mereka tonton itu. Bukan hanya memperlihatkan kedua pasangan yang nyaris telanjang, juga adegan ranjang yang benar-benar membuat darah Davin berdesir dan setika dia merasa suhu di ruang bioskop itu menjadi meningkat. Belum lagi suara desahan yang membuat Davin berkali-kali menahan napasnya.Davin melirik Kaori yang tampak serius menyaksikan adegan ciuman yang sedang berlangsung. Matanya tidak berkedip sama sekali dan dia tampak terkag

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status