Beranda / Romansa / Menikahi Ayah Angkat / BAB 6 : Keras Kepala

Share

BAB 6 : Keras Kepala

Penulis: Namaku Malaja
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-19 23:59:28

Tidak ingin Damar mengikuti dan mengetahui tempat tinggalnya, Shanna mempersiapkan perlengkapan untuk dirinya menyamar. Sayangnya sudah empat hari berlalu, Damar tidak pernah menemuinya lagi.

Kecewa?

Tentu saja! Namun, sebisa mungkin dia menekan perasaannya. Mungkin ini yang terbaik untuk mereka. Bukankah memang ini yang dia inginkan?

Sayangnya, semakin Shanna mencoba mengabaikannya, perasaan rindunya kepada pria itu semakin menyiksa dirinya. Belum lagi rasa bersalahnya karena telah meninggalkan Damar begitu saja empat hari yang lalu.

Shanna menghela napas pelan.

“Shanna, Bu Widia memintamu datang ke ruangannya,” ucap seorang pengurus panti asuhan ketika melihatnya sudah pulang.

“Untuk apa Ibu memanggilku malam-malam begini?” kening Shanna berkerut penuh tanda tanya.

“Aku tidak tahu. Lebih baik kamu langsung ke ruangan beliau saja.”

“Terima kasih, Kak.”

Shanna bergegas menuju ke ruangan Widia. Betapa terkejutnya Shanna ketika mendapati Damar juga berada di sana.

Widia menatap Shanna dengan senyum kecil dan berkata, “Akhirnya kamu pulang. Babamu sejak tadi menunggumu.” Dia menatap Damar. “Kalau begitu saya pamit dulu, Pak Damar.”

Widia segera pergi dari ruang kerjanya setelah mendapatkan jawaban dari Damar untuk memberikan privasi bagi mereka berdua.

“Bagaimana baba tahu aku tinggal di sini?” meskipun nadanya datar saat bertanya, tetapi di dalam hatinya, Shanna ingin sekali memeluk pria itu untuk melepaskan rasa rindunya.

Shanna sendiri tidak mengerti dengan hatinya. Di saat dirinya berhadapan dengan Damar, hatinya selalu memberontak dan ingin meninggalkan pria itu. Namun, saat dia tidak melihat pria itu walau sesaat, hatinya mulai gelisah dan merindukan pria itu.

“Maafkan, Baba.” Damar bangkit dari duduknya dan menghampiri putrinya. “Baba tidak peduli kamu marah atau membenci baba. Karena baba tahu kamu tidak akan memberi tahu tempat tinggalmu, jadi kemarin baba sengaja mengikutimu pulang bekerja. Dan sekarang baba datang ke sini ingin menjemputmu pulang. Ayo kita pulang!”

Shanna menghindar ketika Damar hendak menyentuhnya. Dia menatap lekat-lekat pria di hadapannya. “Baba, sudah berulang kali kukatakan, aku nggak akan pulang. Jadi aku mohon, Ba, berhentilah menggangguku.”

Terdengar munafik karena apa yang diucapkan sangat bertolak belakang dengan hati nuraninya, tetapi tidak ada pilihan bagi Shanna.

Perasaan marah marah dan kesal kepada Damar menjadi satu dalam diri Shanna. Di saat dirinya sudah bertekad untuk melupakan Damar, pria itu selalu saja datang ke hadapannya. Membuat usahanya untuk melupakan pria itu terasa sia-sia.

“Begitu pun dengan baba. Baba tidak akan berhenti untuk membujukmu pulang. Bagaimanapun kamu adalah putri baba dan sudah menjadi kewajiban baba untuk menjagamu,” ucap Damar keras kepala.

Shanna menatap wajah Damar tepat di mata pria itu. Mata yang selalu memancarkan pandangan teduh setiap kali dia melihatnya.

“Terserah baba mau melakukan apa.” Shanna berkata tegas. “Yang jelas, aku nggak akan ikut baba pulang. Jadi lebih baik sekarang baba pulang aja. Sekarang sudah larut malam dan aku mau istirahat. Soalnya besok aku masih ada kuliah.”

“Baiklah. Kalau begitu baba akan pulang dulu. Kamu istirahat, ya.” Damar mencium kening Shanna dan langsung pergi setelah mengucapkan selamat malam.

Shanna memandang kepergian Damar dengan penuh keheranan. Tidak meyangka Damar akan pergi begitu saja. Padahal dia sudah siap berdebat dengan pria itu jika Damar tetap bersikeras ingin mengajaknya pulang.

Untuk sesaat Shanna terdiam sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu, pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Mengingat apa yang baru saja diucapkan oleh ayahnya, Shanna tahu bahwa pria itu bersungguh-sungguh. Terbukti keesokan harinya, Damar kembali datang menemuinya. Bukan di panti asuhan, tetapi datang ke tempat kerjanya tepat pukul delapan malam.

Shanna melepas sabuk pengaman dan menatap Damar. “Nggak peduli sekeraskepala apa baba membujukku, aku tetap nggak akan kembali bersama baba. Jadi lebih baik baba nggak perlu membuang-buang waktu untuk membujukku pulang. Selain itu baba juga nggak perlu mengkhawatirkan aku. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Jadi berhentilah datang ke tempat kerjaku dan mengantarku pulang.”

Shanna keluar dari mobil tanpa menunggu jawaban Damar. Dia tidak ingin Damar melihat matanya yang mulai berkaca-kaca saat mengatakan kata-kata yang menurutnya tidak seharusnya dia katakan kepada pria itu.

Shanna tahu kalau tidak seharusnya dia mengucapkan kata-kata yang mungkin menyakiti perasaan Damar. Tidak seharusnya juga dia memperlakukan orang yang sudah merawat serta menjaganya dengan sikap kasar. Namun, ini semua Shanna lakukan demi kebaikan mereka. Dia sangat menyayangi Damar dan tidak ingin pria itu menderita. Jika hidup bersamanya membuat pria itu tertekan, maka dia rela meninggalkan Damar walau hatinya yang terluka.

“Maafkan aku, Baba,” gumam Shanna lirih dan sarat akan perasaan bersalah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 104 : Rumah Penuh Kenangan

    Pagi-pagi sekali Damar meninggalkan rumah bersama Shanna dan Tessa. Sementara Ardo sudah menunggu mereka di bandara.Damar yakin orang yang mengawasi mereka tahu kalau di rumah hanya ada mereka bertiga. Mereka pasti akan curiga kalau melihat mereka pergi berempat. Karena itulah, untuk menghindari kecurigaan para pengintai itu, malam tadi Damar meminta Ardo untuk berangkat lebih dulu ke bandara sambil membawa barang-barang mereka.Sesampainya di bandara, Damar langsung mengajak Shanna ke terminal keberangkatan. Di mana Ardo menunggu mereka.“Pak, ini kunci mobilnya.” Ardo menyerahkan kunci mobil kepada Damar. “Koper bapak dan Shanna sudah saya masukkan di bagasi mobil.”“Terima kasih.” Damar menatap Shanna. “Sayang, ayo kita ganti pakaian.”Damar dan Shanna pun bergantian untuk berjaga-jaga. Setelah itu mereka meninggalkan terminal ke berangkatan dan menuju parkiran bandara, di mana Ardo memarkir mobil sewaan yang diminta Damar malam tadi.“Aku nggak menyangka akan seribet ini hanya u

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 103 : Dalang di Balik Penguntitan Shanna

    Setelah mendengarkan keluhan serta melakukan pemeriksaan, dokter menyarankan Shanna untuk menjaga pola makannya. Dokter meminta Shanna untuk memakan makanan yang kaya akan vitamin dan nutrisi yang diperlukan janin.Shanna lega mendengarnya. Begitu juga dengan Damar yang ikut senang sebab istrinya tidak harus tersiksa karena meminum susu ibu hamil.“Kita makan siang dulu sebelum pulang,” ucap Damar begitu mereka keluar dari rumah sakit.Damar membawa Shanna ke sebuah restoran. Mereka mengikuti pelayan yang membawa ke ruang private room. Shanna terkejut saat memasuki ruangan dan mendapati Galang dan Devara sudah berada di sana. Tapi dia senang, mengingat hari ini adalah ulang tahun suaminya. Di mana Damar memang selalu mengajak Galang dan Devara makan bersama di setiap hari ulang tahunnya.“Kamu kelihatan bahagia sekali, Dam?” ucap Galang begitu Damar duduk di hadapan mereka.“Apa terlihat jelas?” bukannya menjawab, Damar justru memberikan pertanyaan kepada Galang.“Ya.”“Tentu aja Baba

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 102 : Gagal Memberi Kejutan

    Sejak kecil, Shanna tidak suka minum susu. Tidak jarang Shanna suka membuang susu yang selalu dia buatkan. Sebagai gantinya, Damar terpaksa memberikan Shanna suplemen setelah berkonsultasi dengan dokter. Dan kemarin pagi, Damar merasa aneh saat mendapati bubuk susu di toples saat dia hendak membuat minum. Ditambah dia juga tidak sengaja melihat kotak susu ibu hamil di tempat sampah. Karena itulah Damar tahu kalau Shanna sedang hamil saat ini. Sebab tidak ada perempuan lain di rumah mereka selain Shanna.Shanna menghela napas, kecewa. Niat awalnya ingin memberi kejutan, tetapi justru gagal karena keteledorannya. Seharusnya dia langsung membuang kotak itu ke tempat sampah depan.“Padahal aku ingin memberimu kejutan, tapi selalu saja berakhir gagal,” gumam Shanna penuh keluhan.Shanna tidak mengerti, kenapa dirinya begitu sulit untuk memberikan kejutan atau hadiah kepada suaminya itu. Dulu, setiap kali Shanna ingin memberikan kejutan di malam ulang tahun Damar, pria itu selalu berhasil me

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 101 : Mengungsi Untuk Sementara

    Ardo yang mendapat perintah dari Damar, meminta orang kenalannya untuk membelikan perangkat CCTV dan mengirimnya malam itu juga. Dan malam itu juga Ardo memasang semua CCTV di setiap tempat untuk memantau di sekitar rumah.Begitu juga dengan Adara. Pria itu datang ke rumah mereka pagi-pagi buta dengan tiga orang pria yang akan bertugas menjaga rumah mereka. Tidak lupa Damar meminta Adara menyelidiki semua musuh-musuh bisnisnya. Sedangkan untuk Nadia dan Darian, dia meminta Ardo yang menyelidikinya.“Ba, apa ini nggak berlebihan?” tanya Shanna saat mereka berada di meja makan untuk sarapan. Dia merasa tidak nyaman melihat begitu banyak pria di rumah mereka.“Tidak. Ini semua demi keamananmu.”“Tapi aku merasa nggak nyaman, Ba,” ucap Shanna jujur. “Sekarang di rumah banyak diisi laki-laki, hanya aku sendiri yang perempuan. Aku merasa nggak nyaman, Ba.”Damar tersentak. Ditatapnya Shanna lekat-lekat untuk beberapa detik sebelum berkata dengan lemah, “Bagaimana lagi? Ini semua demi kebaik

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 100 : Penguntit

    Sesampainya di rumah, Shanna langsung istirahat. Selain karena perintah Damar, Shanna juga tidak ingin anaknya kenapa-kenapa. Tadi dokter memang memintanya untuk lebih banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas berat yang menguras tenaga, sebab kandungannya yang lemah.Saat Shanna bersantai menonton televisi, dia dikejutkan dengan kedatanag Devara yang tiba-tiba. Kekhawatiran tampak jelas di wajah cantik Devara.Shanna mengubah posisis berbaringnya di sofa menjadi duduk kala Devara menghampirinya. “Tante.”“Tadi Damar meneleponku. Dia memberitahuku kalau kamu sakit,” ucap Devara cepat.“Baba?” ulang Shanna.“Iya. Damar bilang kamu sakit karena kecapekan. Dia memintaku untuk tidak mengajakmu bepergian dulu.”Pelipis Shanna berkedut, kesal. Suaminya itu sangat berlebihan.“Tante, aku baik-baik aja. Aku nggak sakit, kok. Aku cuma kecapekan aja. Aku juga sudah periksa ke dokter, nggak ada yang serius.” Shanna berusaha menghibur Devara yang mengkhawatirkan dirinya. “Tante nggak usah de

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 99 : Hamil

    Damar membantu Shanna duduk di kursi. Kekhawatiran tampak jelas di wajahnya. Pasalnya sudah tiga hari Shanna selalu memuntahkan setiap makanan yang dimakannya.“Kita pergi ke rumah sakit, ya? Kalau kamu terus mengeluarkan makanan yang kamu makan, kamu bisa sakit nanti. Lihat penampilanmu sekarang, kamu kelihatan kuyu,” ucap Damar.“Ya, nanti aku pergi ke rumah sakit sama Kak Ardo,” jawab Shanna patuh. Badannya memang sangat lemas karena hampir tidak ada makanan yang bisa masuk, kecuali buah-buahan.“Bukan nanti, tapi sekarang,” ucap Damar tegas. “Ayo!”Shanna menatap Damar dengan mata sayunya. “Ba, sekarang masih terlalu pagi. Aku janji aku akan periksa ke dokter nanti jam sembilan sama Kak Ardo. Sekarang sudah jam setengah delapan, lebih baik kamu berangkat kerja aja. Bukannya mala tadi kamu bilang kalau pagi ini ada rapat?”“Rapat bisa ditunda, tapi kesehatanmu tidak bisa ditunda. Ayo kita pergi ke dokter sekarang!”Damar takut Shanna tidak akan pergi ke dokter, karena itu dia ingin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status