Share

7. Kesalahan

Penulis: Niniluv
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-04 06:00:49

Sesuai permintaan Sehan, walau mereka belum menikah tapi Liona sudah membawa beberapa barang-barangnya ke rumah laki-laki itu.

Dia baru saja turun dari taksi, dengan membawa satu koper dan tas berukuran besar.

Sehan yang sejak tadi sudah menunggu kedatangan Liona, langsung membukakan pintu.

"Apa tidak masalah aku memindahkan barang-barangku ke sini sebelum kita menikah?"

"Memangnya siapa yang akan melarang? Ini rumahku."

Sehan masuk ke dalam lebih dulu, tanpa membantu Liona menyeret koper besarnya.

Perempuan itu kemudian duduk di ruang tengah untuk menghilangkan rasa lelahnya. Sehan lalu meletakkan sebuah undangan pernikahan di depan Liona.

"Apa ini?"

"Undangan pernikahan kita. Aku sudah menentukan tanggalnya, jadi saat keluarga kita bertemu nanti kita hanya perlu menunjukan undangan ini. Mereka pasti setuju-setuju saja. Lagi pula siapa yang berani membantah keinginanku?"

Liona sedikit terkejut. Ternyata Sehan sudah menyiapkan semuanya tanpa sepengetahuannya.

"Kebetulan, aku juga ingin memberitahu kabar pernikahan kita kepada kakek. Aku sudah sangat lama tidak menemui kakek. Jadi aku akan menemuinya nanti sambil membawa undangan ini."

Liona menatap undangan yang baru saja diletakkan di atas meja oleh Sehan. Dia penasaran, dan memutuskan untuk mengeceknya.

Sehan duduk di samping Liona, sambil meminum minuman kaleng yang dia ambil dari lemari es. Membiarkan perempuan itu meneliti undangan itu sesaat.

"Liona Arrabele?" Liona mengernyit bingung saat mendapati kejanggalan pada undangan tersebut.

Sehan nyaris saja menyemburkan minuman yang sudah ada dalam mulutnya. Dia segera merampas undangan tersebut dan melipatnya dengan asal. "Sepertinya salah ketik. Aku lupa, namamu ... Liona Atharya."

"Lupa?" Liona nyaris tak percaya. Bagaimana bisa Sehan lupa dengan nama calon istrinya. Tapi, Liona segera sadar dirinya bukan perempuan yang dicintai Sehan. Bahkan pernikahan mereka hanya berdasarkan bisnis. Tapi Liona masih saja bingung. "Siapa Liona Arrabele?"

"Ini kesalahan dari tempat yang mencetak undangan ini. Aku akan meminta mereka memperbaiki ulang."

Sehan segera beranjak pergi. Walau sudah dijelaskan oleh Sehan, tetap saja Liona masih penasaran.

"Tapi ... mungkin yang dikatakan Sehan memang benar. Pasti kesalahan dari orang yang mencetak undangan itu."

***

Malam harinya, seperti apa yang Liona katakan pada Sehan tadi. Dia akan menemui Atharya, kakeknya yang sudah lama tak Liona lihat.

Tapi sayang sekali, Atharya saat ini ditempatkan di sebuah rumah yang dijaga ketat oleh bodyguard dan perawat suruhan Darwin.

Terakhir Liona melihat kakeknya saat dia masih duduk di bangku kuliah, itu pun dia tak terlalu akrab dengan Atharya. Saat ini kakeknya sudah sangat tua dan mengidap demensia, jadi Darwin menjaga ketat Atharya dengan membayar beberapa orang.

Dan tak ada yang bisa menemui Atharya jika tanpa persetujuan Darwin atau Gretta. Bahkan saat ini, sebelum Liona ke tempat kakeknya dirawat dia harus ke rumah sang ayah lebih dulu untuk meminta ijin. Liona harap Darwin mengijinkannya karena niat baik Liona.

"Kau yakin, aku mengantarkan sampai sini saja?" tanya Sehan sebelum Liona keluar dari mobil.

Saat ini mereka sudah sampai di depan rumah Darwin. Tadinya Liona tak mau merepotkan Sehan, tapi karena laki-laki itu juga ada urusan di luar jadi sekalian saja memberikan tumpangan untuk Liona.

"Nanti setelah mendapat ijin dari ayah, aku akan mencari taksi untuk mengantarkanku ke tempat kakek."

"Kau yakin?" tanya Sehan sekali lagi untuk memastikan.

Liona mengangguk menyakinkan, lalu tersenyum senang. "Sehan, aku tau kita sudah berjanji untuk saling membantu. Tapi terimakasih, tidak perlu berlebihan seperti ini untuk mengkhawatirkanku."

Laki-laki itu kembali meluruskan pandangannya, lalu menghela nafas kasar. "Siapa juga yang mengkhawatirkanmu. Aku melakukan ini karena kau adalah partner kerjaku saat ini."

Liona tersenyum, dia sudah tau hal itu. "Kalau begitu aku keluar ya."

Sehan tak menjawab. Liona akhirnya keluar dari mobil.

Namun belum sempat sampai pintu utama rumah orang tuanya, dia justru berpapasan dengan Reno yang baru saja keluar dari rumah itu. Liona cukup terkejut. Langkahnya seketika terhenti.

Begitupun juga dengan Reno yang baru saja keluar dari rumah Darwin, tentu dia juga terkejut saat menemui Liona di luar rumah. Dia memutuskan untuk segera menghampiri.

"Liona, kemana saja kau selama ini?"

Liona mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak mau menatap laki-laki itu. Entah kenapa setiap melihat Reno hatinya masih saja teriris perih.

"Semenjak kau keluar dari rumah sakit aku sama sekali tidak melihatmu. Dan aku juga cukup kaget dengan berita akhir-akhir ini yang mengatakan kau akan menikah dengan Sehan. Pernikahan kita ditunda karena kau mengalami kecelakaan, tapi setelah sembuh kau justru membatalkannya demi menikahi pria lain. Kau mengkhianatiku Liona!

"Aku mengkhianatimu?" Liona tersenyum sinis. Dia nyaris tak percaya pada Reno, bisa-bisanya laki-laki itu menyalahkannya. Padahal yang merusak hubungan mereka lebih dulu adalah Reno. "Apa kau lupa, sebelum hari pernikahan kita, kau lebih dulu mengatakan mencintai perempuan lain? Kau mencintai Aoura dan memohon padaku agar tetap melaksanakan pernikahan demi membantumu untuk tetap dekat dengan Aoura. Kau sama sekali tidak peduli dengan perasaanku, dan sekarang kau menuduhku mengkhianatimu?"

Reno mendengus kesal. "Tapi, kau tidak bisa meninggalkanku begitu saja tanpa penjelasan dan tiba-tiba menikah dengan pria lain! Setidaknya kau harus mendiskusikan ini lebih dulu padaku."

"Itu hak ku, kau tak boleh ikut campur. Sekarang aku tidak mempunyai urusan lagi denganmu, jangan pernah berbicara lagi padaku!"

Liona nyaris melangkah meninggalkan Reno. Namun laki-laki itu segera mencekal pergelangan tangan Liona, menahannya.

"Lepas Reno!" Liona memberontak, namun Reno terus mencengkram tangan Liona dengan kuat.

"Liona, menikahlah denganku! Ibuku sudah sangat berharap bisa berbesanan dengan keluarga Atharya."

"Benarkah? Hanya ingin berbesanan dengan keluarga Atharya, kenapa tidak kamu nikahi saja Aoura? Kamu juga mencintainya kan?"

"Liona aku ingin mengatakan satu hal lagi padamu. Kau tidak pantas bersama Sehan, dia lebih pantas dengan Aoura. Dan ... Kenapa aku memilih menikah denganmu? Itu karena kita sama. Jika aku menikahi Aoura pasti itu juga terlihat tidak pantas, sama seperti kau berada di sisi Sehan. Aku sadar, jadi aku hanya bisa mengagumi Aoura dengan cara seperti ini. Tapi, kau ... apa tidak sadar jika semua orang menilaimu seperti memanfaatkan harta Sehan karena menikahinya?"

Mata Liona mulai memerah menahan air mata. Hatinya begitu sakit mendengar ucapan Reno. Dia kemudian tersenyum perih. "Aku tidak peduli orang menilaiku bagaimana. Aku akan berusaha membuat diriku terlihat sebanding dengan Sehan, tidak sepertimu yang memilih diam dan mengorbankan orang lain untuk mengagumi perempuan yang kau cintai."

"Liona -"

"Lepas Reno, kau melukai tanganku!"

"Liona, kau -"

"Lepaskan Liona!"

Reno terhuyung kebelakang, saat seseorang tiba-tiba datang dan mendorongnya dengan kasar. Dia melemparkan tatapan tajam pada Reno.

"P-pak Sehan?" Reno gugup. Dia tidak menyadari bahwa Sehan juga ada di sini, begitupun dengan Liona. Perempuan itu pikir Sehan sejak tadi sudah pergi, ternyata mobilnya masih terparkir di sekitar sana.

Tak mau berurusan dengan Sehan. Reno sadar dirinya adalah karyawan di perusahaan Wiratama group. Walau Sehan tidak termasuk anggota di perusahaan itu, tetap saja berurusan dengan laki-laki yang memiliki marga Wiratama itu juga sama saja telah melemparkan dirinya ke dalam bahaya.

Tatapan Reno kembali pada Liona, memberi peringatan. "Liona, jangan harap kau akan mendapat kebahagiaan jika kau saja tak pernah peduli dengan penderitaan orang lain."

Liona terdiam.

'Dulu saat aku menderita, semua orang yang melihatku terluka kenapa bisa bahagia?'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi CEO Tampan Untuk Balas Dendam   219. Bahagia - End

    Enam tahun kemudian ...Rumah keluarga Wiratama kini tampak ramai. Para tamu undangan mulai berdatangannya, dan banyak anak kecil membawa hadiah.Tepat hari ini, Arsen Wiratama berusia genap lima tahun. Semua orang merayakan ulang tahunya dengan kegembiraan. "Okey, selanjutnya adalah acara potong kue!"Semua anak dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah, saat sang MC membacakan urutan acara selanjutnya. "Potong kuenya!""Potong kuenya!"Sorak anak-anak yang ada di sana. Dibantu dengan sang papa dan mamanya, Arsen mulai memotong kue ulang tahun di hadapannya. "Baik, kuenya sudah dipotong. Sekarang, Arsen ingin memberikan suapan pertama kuenya ke siapa ya?" tanya MC membuat semua orang di sana jadi penasaran tak sabar. Arsen menoleh ke kenan dan kirinya sesaat, mulai bingung."Arsen pasti ingin memberikan suapan pertama pada mama kan?" bisik Liona berusaha merayu putra kecilnya te

  • Menikahi CEO Tampan Untuk Balas Dendam   218. Hukuman

    Ke esok harinya, Sehan dan Galen duduk di jok belakang mobil. Sedangkan Dua pria berbadan kekar kekar duduk di jok depan mereka, dan satu pria itu mengemudikan mobil.Di depan mobil mereka, juga ada satu mobil lain yang menunjukan arah sekaligus mendampingi Sehan dan Galen.Setelah cukup lama, mereka telah sampai di sebuah bangunan beton yang tampak kusam. Menuju ke sana memerlukan waktu hampir tiga jam, letakkan memang sangat jauh dari pusat kota.Dua bodyguard yang ada dalam mobil tersebut keluar lebih dulu, lalu berdiri di sisi mobil, dan mengawasi sekitarnya.Sehan tak langsung keluar, dia menoleh ke samping, menatap sang kakak. "Kak Galen tidak mau menemuinya bersamaan langsung denganku?"Galen menggeleng. "Aku akan berbicara dengannya setelah kau selesai. Aku hanya ingin memarahinya karena sudah berani membuat kakiku tidak berfungsi, sedangkan kamu pasti banyak hal yang ingin dibicarakan bukan?"Sehan mengangguk m

  • Menikahi CEO Tampan Untuk Balas Dendam   217. Pernikahan Aoura

    Di sebuah gedung besar, sebuah pesta pernikahan dilaksanakan dengan tema yang begitu sangat sederhana. Tamu undangan hanya terbatas, yaitu para rekan kerja dan sahabat-sahabatnya dari mempelai pria. Reno dan Aoura berdiri berdampingan, bersalaman dan menyambut para tamu dengan ramah.Hingga kedatangan Darwin bersama anak dan mantunya, berhasil mengalihkan perhatian semua orang di sana. Beberapa orang yang dilalui oleh mereka tersenyum menyapa. Tentu karena kebanyakan tamu undangan di sana adalah karyawan Wiratama group, jadi mereka begitu menghormati Darwin dan Liona, terutama Sehan.Melihat tiga orang penting itu berjalan ke arahnya, tangan Aoura mendadak berkeringat dingin. Dia lalu menyenggol lengan Reno di sampingnya, dan berbisik protes. "Kau juga mengundang ayah?""Tentu saja, bagaimana pun dia juga pernah menjadi ayah untukmu. Kita harus menghargainya dengan mengundangnya ke pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura pah

  • Menikahi CEO Tampan Untuk Balas Dendam   216. Membujuk

    Satu Minggu kemudian. Liona dan Sehan sudah berpakaian rapi, bersiap untuk berangkat ke acara pernikahan Aoura dan Reno. "Sudah siap?" tanya Sehan memastikan saat sang istri baru saja keluar dari kamar. Liona tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang."Sehan dan Liona berjalan keluar rumah. Saat ini mereka sudah berada di rumah mereka sendiri. Sehan memutuskan untuk kembali ke rumah mereka dua hari lalu, setelah Sehan berhasil meyakinkan Joana bahwa keadaannya sudah membaik.Mobil yang mereka tumpangi kini mulai melaju, meninggalkan halaman rumah. Tak langsung menuju gedung acara pernikahan, Sehan dan Liona meminta sang suami untuk mengantarkannya lebih dulu ke rumah Darwin. "Bukankah ayah pasti juga diundang oleh Aoura?" tanya Liona penasaran.Sehan menoleh sesaat, lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Entahlah, aku juga tidak tau. Bahkan setelah meninggalkan rumah ayahmu, seperti

  • Menikahi CEO Tampan Untuk Balas Dendam   215. Ingatan Itu sudah lama kembali

    Setelah sampai di depan kamar yang mereka sewa. Sehan menurunkan Liona dari gendongannya. Laki-laki itu kemudian membuka pintu di hadapannya menggunakan key card yang baru saja dia kantongi.Setelan pintu terbuka, Liona masuk lebih dulu ke dalam sana, diikuti Sehan di belakangnya. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, memperhatikan ruangan tersebut dengan seksama. "Sepertinya tidak ada yang berubah, ini masih sama seperti saat aku datang ke sini pertama kalinya."Sehan menghentikan langkahnya di samping sang istri, dia menatap wajah Liona yang tampak bahagia itu sesaat, sebelum akhirnya ikut memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Sehan memang tidak pernah merubah tampilan ruangan itu. Sejak dulu masih sama, tetap begitu-begitu saja. Namun Sehan tak pernah bosan dengan tampilan yang seperti itu. "Lagi pula, aku jarang ke sini lagi setelah menikah denganmu. Dulu, aku menyewa kamar ini untuk tempat istirahatku, ji

  • Menikahi CEO Tampan Untuk Balas Dendam   214. Reka Adegan

    Setelah pergi dari rumah Reno, Sehan dan Liona kembali melanjutkan perjalanannya. Kini mobil yang Sehan kemudikan telah sampai di depan gedung hotel Wiratama, seperti apa yang Liona minta. Entah, Sehan belum mengerti kenapa istrinya mengajaknya ke sana. "Apa yang sebenarnya kamu rencanakan Liona?" tanya Sehan yang semakin penasaran. Namun Liona masih tak mau menjawabnya, perempuan itu hanya tersenyum saja. Liona kemudian keluar lebih dulu dari mobil, Sehan hanya mengikutinya. Hingga mereka memasuki gedung tersebut, dan Sehan terus mengikuti Liona dari belakang. Perempuan itu berjalan menuju restoran yang ada di lantai dua hotel tersebut. Hingga sampai di salah satu kursi pengunjung yang terletak di dekat jendela kaca gedung tersebut, Liona menarik Sehan dan memaksa laki-laki itu untuk duduk di sana. Sehan yang sejak tadi masih kebingungan, hanya menurut mengikuti apa yang sang istri lakukan padanya. Setelah Sehan duduk di s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status