Share

Bab 7

last update Last Updated: 2024-10-19 23:00:08

Pak Jonathan tersenyum. Sementara tangannya sibuk memarkirkan mobilnya dalam sederetan mobil lainnya di basement rumah sakit. Aku bisa membayangkan jawaban yang pasti keluar dari mulutnya. Tentu saja dia tidak akan menolaknya. Tentu saja dia tidak ingin mengecewakan aku dengan menolak permintaan semudah ini. 

“Tidak.” Lelaki itu menatapku dengan matanya yang tajam. “Aku nggak bisa mentolerir siapapun yang mencontek apalagi yang berusaha membeli soal.” 

Aku mencebikkan bibirku dengan kesal. “Bapak suka ya, kalo aku nggak lulus? Gimana pikiran Om Darius sama papa kalo liat nilaiku ntar. Suaminya guru matematika, tapi kok istrinya nilai matematikanya jeblok?” 

Pak Jonathan mengangkat telunjuknya dan menekan keningku. “Makanya belajar!” 

Ish! Nyebelin banget nih orang. Seandainya saja dia nggak punya pengaruh buat nilai rapotku, pasti aku nggak akan segan buat balas perlakuannya. 

Lelaki itu turun dari mobilnya. Tentu saja aku cepat-cepat turun mengikuti langkahnya. Kaki-kaki panjangnya membuatku sedikit sulit mengikuti langkah panjangnya. 

“Pak Jonathan,” panggilku dengan sedikit terengah karena harus melangkah dua kali lebih cepat dari biasanya, “Bu Ella naksir Bapak, kan? Apa nggak sebaiknya aku tukeran posisi sama dia?” 

Lelaki itu sama sekali tidak memperlambat langkahnya. Namun ia justru berhenti dan gerakan tiba-tiba itu membuat kepalaku terbentur pada dadanya yang terasa cukup keras. 

“Kamu pikir kakek bisa semudah itu tertipu? Dia sudah tahu wajahmu,” sahut Pak Jonathan, “dan … apa kamu kira, aku mau menikah dengan Bu Ella tanpa cinta?” 

Kalimat itu terlalu aneh bagiku. “Tapi Bapak juga menikah denganku tanpa cinta.” 

“Tapi kamu nggak bakal salah paham. Bagaimana dengan dia?”

Ah … benar juga. Bu Ella pasti tak akan pernah mau melepaskan Pak Jonathan seandainya dia ada di posisiku. 

Lelaki itu memegang kedua pundakku. Tatapannya terlihat begitu serius, bahkan terlihat begitu mengintimidasi. 

“Kita masuk ke dalam. Jangan bicara yang aneh-aneh. Kalau terjadi sesuatu sama kakek, aku nggak bakal maafin kamu.” 

Aku benar-benar tak menduga jika guru terkejam di sekolahku itu sangat menyayangi kakeknya, hingga rela dinikahkan dengan wanita yang sama sekali asing baginya.  

Deg! 

Deg!

Deg!

Debaran jantungku terasa begitu kencang ketika Pak Jonathan mengucapkan kalimat qabul di hadapan penghulu yang sengaja di undang ke rumah sakit itu. 

“Saya terima nikahnya Alea Putri binti Harya Wenang dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar sepuluh juta rupiah dibayar tunai,” ucap Pak Jonathan dengan satu tangan bertaut dengan tangan papaku. 

“Bagaimana para saksi?”

Para tamu yang menjadi saksi peristiwa itu saling berpandangan seolah mendiskusikan apa yang mereka lihat saat itu. Dan tak lama kemudian suara mereka pu terdengar mengamini pertanyaan sang penghulu. 

“Sah!” 

“Sah!”

Ucapan para saksi terdengar silih berganti mengamini acara ijab yang berlangsung seadanya itu. Ruang kamar VVIP itu terasa begitu syahdu saat ucapan syukur berkumandang memenuhi ruangan. “Alhamdulillah!”

Semua terlihat bahagia, seolah pernikahan ini benar-benar hal yang mereka inginkan. Tak terkecuali papaku. Ia sama sekali tak terlihat mencemaskan aku yang bahkan sudah menolak rencana ini dari awal berita ini kuketahui. 

Kuamati wajah lelaki tua yang terbaring dengan banyak alat bantu terjalin di tubuhnya. Suara mesin yang terdengar dinamis dengan ritme yang teratur memperlihatkan kondisinya yang stabil. 

Kutarik sudut bibirku, untuk memaksakan seulas senyuman saat para tamu undangan satu demi satu meninggalkan ruangan kamar itu. Hingga tersisalah Om dan Tante keluarga Darius yang masih sibuk bercakap dengan papaku. 

“Dik Wenang, terima kasih loh. Sudah mengijinkan Alea menikah dengan Jonathan. Papa kita pasti bahagia karena sudah menuntaskan ikrar yang mereka buat dulu,” ucap Om Darius seolah papa memberikan seekor kucing pada keluarganya. 

“Ah, saya yang terima kasih. Kalau Alea sama Nak Jonathan, sudah pasti Alea akan terhindar dari pergaulan anak muda sekarang yang semakin menggila,” sahut papaku yang terdengar seolah pemuja seorang Jonathan. 

“Syukurlah, kami nggak berani menunggu kedatangan kakaknya Jonathan. Kami takut nggak sempat, karena kesehatan papa yang terus menurun,” sambung Tante Indah, istri Om Darius. 

Ah … jadi itu alasannya Pak Jonathan kesal. Ia ogah menggantikan kakaknya untuk menikah denganku. Tapi … seperti apa kakak Pak Jonathan? Mungkin dia seorang lelaki tua berusia empat puluhan atau bahkan menjelang lima puluh. Astaga …. Tiba-tiba saja rasa syukur hinggap di pikiranku, karena lolos dari sosok lelaki tua yang seharusnya menjadi jodohku. 

“Nah …. Alea, tante sama om titip Jonathan ya. Kalau dia macem-macem, jangan ragu buat bilang sama kami,” ucap Tante Indah dengan ramahnya. 

“Iya Tante.” 

“Loh, kok masih panggil tante sama om,” protes Om Darius, “sekarang kamu itu putri kami juga. Panggil papa sama mama, ya.” 

“Eh … iya, Pa. Ma,” ucapku dengan perasaan canggung. 

Tante Indah memelukku dengan erat. Rasa hangat mengalir di tubuhku, pelukan itu seolah pelukan mama yang selalu kurindukan belakangan ini. 

“Lea, sekarang kamu sudah jadi istri Jonathan,” ucap papa tiba-tiba. 

Aku melepaskan pelukanku saat kurasakan tepukan lembut di punggungku. 

“Jadi sebagai seorang istri, sudah seharusnya kamu tinggal bersama suami kamu, saling membantu dan melengkapi satu sama lain,” sambung papa.

Aku langsung berbalik menatap papaku. Kulebarkan kedua mataku, sengaja memberinya kode bahwa aku tidak menyukai aturan ini. 

Menikahi guru sekolahku, aku sudah menyanggupinya. Tapi … tinggal bersamanya, itu tidak ada dalam perjanjian kami. 

“Pa, tapi aku masih ingin tinggal sama Papa,” ucapku merajuk. 

“Kamu sudah menjadi istri Jonathan. Bahkan untuk pulang ke rumah Papa, kamu harus minta ijin sama dia. Dia adalah imammu, kepala di keluarga barumu, Alea,” sahut Papa, “dan mulai sekarang Papa nggak lagi kasih kamu uang saku. Papa cuma kasih kamu SPP, karena itu masih kewajiban papa sebagai orang tua.” 

Aku mengerucutkan bibirku dengan kesal. Kesalahan apa yang sudah kuperbuat hingga aku harus menanggung semua ini? Bahkan aku hampir tidak pernah melakukan kesalahan selama delapan belas tahun hidupku. Ah … mungkin hanya kenakalan-kenakalan kecil semasa aku sekolah dasar dulu. 

“Pa ….” 

“Alea, nggak papa. Jonathan nggak bakal nyakitin kamu, kok,” bujuk mama Indah seolah menyadari ketakutanku sebagai remaja yang belum cukup matang, “kamu boleh telpon mama kapan aja kalo suami kamu ini bandel. Mama sendiri yang bakal jewer kupingnya kalo itu terjadi.” 

“Mana ada,” bantah Jonathan, “yang ada dianya yang bandel. Belum juga nikah sama dia, eh … Jo sudah dimintain bocoran soal ulangan besok.” 

Mendengar kalimat itu, aku langsung mendelik kesal. Bisa-bisanya dia ceritakan semua percakapan pribadi, ah yang sebenarnya lebih mengarah ke transaksi mutualisme antara aku dan dia kepada orang tuaku. 

“Alea ….” 

Aku menarik sudut bibirku, memamerkan sederetan gigiku pada mereka semua. 

"Iya ... iya, aku tinggal sama Pak Jonathan, deh."

Chocoberry pie

Hai semua, kali ini Choco bikin karya yang bakal bikin kalian gedhek. Gedhek karena tingkah si bocah Alea yang terpaksa nikah sama guru yang sebenarnya dia benci. Sebenci apa sih? Ntar deh, kalian bisa kebayang kan tom sama jerry. Tom sama jerry tuh musuhan tapi saling sayang. Wkwkkwk... ini versi manusianya deh. Selamat menikmati.

| 10
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
owala ditolak mentah-mentah keinginan Alea minta bocoran ulangan .beh gagal ya Al mana di kasih tau ke papa dan mama kalian berdua lagi. selamat ya Alea dan pak Jonathan udh sah jadi suami istri.
goodnovel comment avatar
annisa syifa
ahahaaa...akhirnya sahh...nih jadi istri pak guru sendiri
goodnovel comment avatar
Nurhayati
akhirnya kamu sudah sah jadi istri pak Jonathan lea. akur2 ya kalian nantinya, kan bakal tinggal bareng.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikahi Guru Killer   Bab 142

    Kurasakan hangatnya hembusan napas di leherku. Seperti menyapu di setiap inci kulit leherku, memagut dengan liar bersama napasnya yang memburu. Tangannya dengan gesit menarik lepas kaos berukuran jumbo yang kupakai. Gegas aku menyilangkan kedua tanganku, menutupi sepasang gundukan kenyal, tempat Kiara biasa mendapatkan nutrisinya. “Kamu makin seksi, Alea.” “Ish! Emang dulu enggak?” “Semakin berisi dan menggemaskan,” godanya sembari menarik tanganku yang berusaha menyembunyikan puncak dadaku. Bagian berwarna merah itu saat ini sedang membengkak lebih dari biasanya karena Kiara sering kali menggigitnya, dan aku malu untuk sekedar memperlihatkannya. Tapi … Pak Jonathan justru tersenyum saat melihatnya. Dan, sumpah! Itu membuatku semakin nggak percaya diri. Tapi lagi-lagi Pak Jonathan justru menahan tanganku agar aku tak bisa lagi menyembunyikannya. Tangannya menggapai dan mengusap di puncaknya, menciptakan sensasi yang membuatku tak mampu menahan desah yang keluar dari bibirku.Sen

  • Menikahi Guru Killer   Bab 141

    Suara tangis itu menyadarkan aku. Samar kulihat bayi dengan kulitnya yang merah menangis dengan kencangnya. “Bayi perempuan yang cantik. Semuanya lengkap, sempurna.” Seorang perawat memperlihatkan bayi itu kepadaku. Namun aku merasa tanpa daya, bahkan untuk mengucapkan sebuah kata. Ingin kusentuh makluk mungil itu, namun aku tak sanggup untuk meraihnya. Mungkin efek dari anestesi itu benar-benar kuat di tubuhku. Dan aku kembali ke alam bawah sadarku.Saat aku terjaga, aku telah berada di dalam ruang kamar inapku. Ruangan dengan wallpaper bernuansa merah jambu itu seperti sengaja di desain untuk penghuninya. Rasa dingin itu terasa sampai ke tulangku. Aku benar-benar menggigil seperti sedang berada dalam lemari pendingin. Bahkan selimut yang menutup tubuhku seperti tak berarti. “Alea … kamu sudah sadar?” tanya Pak Jonathan sembari menggenggam tanganku. Wajahnya terlihat sangat cemas. “Dingin,” ucapku. Pak Jonathan segera menekan tombol di dinding untuk memanggil tenaga medis.“Ap

  • Menikahi Guru Killer   Bab 140

    “Dia menendangku! Aku bisa merasakannya!” teriak Pak Jonathan dengan wajah sumringah seakan baru pertama kalinya merasakan gerakan bayi di dalam perutku. Tentu saja, ini bukan yang pertama kalinya. Apalagi di usia kehamilanku yang sudah sembilan bulan ini. Ia bukan hanya menyentuh dan mengamati perutku sekali ini saja, tapi hampir setiap malam!Kini hanya tersisa beberapa hari sebelum jadwal kelahiran putra pertama kami. Sepertinya ia lebih kerap memperhatikan perutku. Gerak yang membuat perutku menjadi tak simetris pun, tak luput dari pandangannya. “Kamu nggak takut, kan?” tanyanya.“Jujur. Aku takut.” Pak Jonathan tersenyum, namun terlihat canggung. “Aku … sebenarnya aku juga. Aku mungkin … justru lebih takut dari kamu, Alea.” “Takut?” “Iya, aku takut tidak bisa menjadi suami yang baik. Aku takut tidak bisa menjadi sosok ayah yang baik buat anak kita. Aku takut gagal menjadi seorang imam dalam keluarga kecil kita,” sahutnya.Aku menarik sudut bibirku. “Kamu itu suami yang palin

  • Menikahi Guru Killer   Bab 139

    “Jujur, katakan sama aku. Kamu masih ada perasaan kan, sama dia?” tanyaku dengan perasaan tak karuan. Mungkin seharusnya aku tak pernah mengatakan pertanyaan seperti ini. Pertanyaan yang justru seperti bom waktu yang kupasang di antara kami. “Masih.” Jawaban itu seakan membuat jantungku berhenti berdetak. Aku masih menatapnya dalam diam. Sebuah jawaban yang akan menentukan nasib sebuah pernikahan. “Tapi perasaan yang berbeda dengan yang kurasakan untukmu,” lanjutnya, “dan aku sadar … dulu maupun sekarang, hubungan kami bukan tentang cinta.” “Lalu apa kalau bukan cinta? Tapi, kalian pacaran, kan. Mana mungkin nggak cinta?” cecarku. “Kamu mau dengar ceritaku?” tanyanya.Aku mengangguk dengan perasaan ragu. Tentu saja karena aku tidak yakin akan cerita yang akan dituturkannya. Bisa saja semua itu hanya karangannya agar aku memaafkannya. Tapi tak urung, aku ingin mendengar pembelaannya. Apa yang sebenarnya dirasakannya pada perempuan itu.Pak Jonathan menarik kursi dan duduk tepat

  • Menikahi Guru Killer   Bab 138

    Setelah mengatakan semua yang mengganjal di hatiku, aku segera menutup panggilan itu. Napasku bahkan terengah hanya karena menyampaikan emosiku yang meluap hebat. Bagaimana bisa dia menuduhku seperti itu, sementara dirinya sendiri melakukan hal yang tak berbeda. Hah! Seandainya saja dia tahu kalau Doni bahkan sudah tak ada lagi di hatiku. Seandainya saja dia tahu kalau perasaanku hilang begitu saja setelah mengenal keluarganya, setelah aku merasakan betapa takutnya kehilangan dirinya saat ditahan dulu. Seandainya saja dia tahu, bahwa aku bahkan hanya mengurung diri di kamarku sejak kedatanganku, menikmati kesendirianku. Seandainya saja dia tahu bahwa kenyataan bahwa keantusiasannya datang ke acara itu telah menorehkan luka di hatiku tentang masih adanya jejak cinta di hatinya. “Ah, pusingnya kepalaku,” keluhku. Kuangkat tanganku dan mulai memijit keningku yang terasa berdenyut. Suara telepon kembali terdengar. Kali ini sengaja aku tidak mengangkatnya. Kepalaku semakin terasa pusin

  • Menikahi Guru Killer   Bab 137

    “Aku ada ide!” teriak Vena tiba-tiba. Suara cempreng itu membuatku melompat saking terkejutnya. Ditambah lagi tepukannya di pundakku yang membuat jantungku berdegup lebih cepat. “Kamu pergi aja sama Kak Bernard!” “Vena …. Kali aja dia nggak marah, ngeliat aku sama kakak kamu,” keluhku, “kamu inget kan, terakhir kali mereka ketemu juga berantem. Aku nggak mau Kak Bernard terluka cuma gara-gara jagain aku.”“Lah … memang mesti ada pengorbanan buat mencapai suatu tujuan, kan. Seperti Kak Bernard, ngelakuin itu pasti ada tujuan. Walau nggak semua tujuan itu bakal tercapai,” ucapnya, “butuh effort buat mencapai sesuatu yang kita ingini, Al.” “Iya, kamu benar. Tapi aku tetap harus memperhitungkan kerugian apa yang bakal aku terima kalau melakukan semua itu, kan?” Vena mengedikkan pundaknya. “Jadi … kamu nggak mau datang ke acara itu?” Aku menghela napas dan menggeleng pelan. “Mungkin aku akan membuat kekacauan besar, yang bisa menahannya agar tidak bisa datang ke acara itu.” “Kekacau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status