Share

3. Meilani

Author: Indy Shinta
last update Huling Na-update: 2022-07-16 00:36:09

Meilani. Cuma itu saja namanya. Singkat dan padat. Sesingkat dan sepadat jawabannya setiap kali Juna menanyakan sesuatu padanya semasa SMA dulu, “Mei ..., lihat Raya nggak?”

Gadis itu cuma menjawab, ‘ke kantin’ atau ‘nggak tahu’. Kadang malah menunjuk langsung arah keberadaan Raya tanpa menoleh sama sekali pada Juna, sedangkan tatapannya tetap terpaku pada buku yang dibacanya.

“Woi, gue ini lagi tanya ya, ... bukannya lagi mau minta sumbangan. Pelit amat sih lu kalau ngomong!” Juna mendengkus sambil berlalu pergi. Tapi Juna tak pernah kapok menanyai Mei tentang Raya, lagi dan lagi, sambil menyodorinya sebatang coklat, baru Mei menoleh dan tersenyum kepadanya. Setidaknya Mei bakal menjawab dengan jujur dan apa adanya meski irit kata, tak seperti teman-teman Raya lainnya, yang kerap menatapnya dengan sorot mata menghakimi dan mencemooh upaya pendekatannya. Padahal Raya yang Juna kejar-kejar, bukan mereka.

Brug!

“Makanya ..., lihat-lihat dong kalau jalan,” goda Juna suatu kali, sengaja mengerjai Mei yang sedang asyik membaca sambil berjalan menuju kantin. Juna sengaja menghadang jalannya secara tiba-tiba, dan Mei betulan menabraknya. Lalu gadis itu tergagap sambil buru-buru membungkuk, mengambil novelnya yang terjatuh.

Eh. Sorry ...,” ucap gadis itu sambil melaluinya. Bikin Juna garuk-garuk kepala, heran menerima respons datar Meilani.

Ah. Mengusili Mei ternyata nggak seru!

Lalu Juna menemukan sepucuk kertas yang terlipat di lantai koridor. Dia yakin itu punya Mei, sepertinya tadi terjatuh dari bukunya. Juna pun iseng membaca puisi yang tertulis di sana,

‘Dear, K .... Kutulis namamu di atas pasir, tapi ombak menghapusnya. Lalu kutulis namamu di atas awan, namun angin meniupnya pergi. Maka ... kutulis namamu dalam hatiku saja, dan di sanalah namamu terpatri selamanya.’

"Ciee ..., dalem banget. Fall in love lu, Mei?" Juna nyengir sambil menoleh ke arah Mei yang sudah berjalan menjauh.

Juna berniat mengembalikan kertas itu, berlari-lari kecil di belakang Mei. Rupanya Mei menuju lapangan basket, bukan ke kantin. Mei bergabung dengan Raya and the geng yang asyik menonton Kevin lagi main. Tangan Juna mengepal cemburu mendapati Raya terus-terusan memberi sorakan dukungan buat Kevin, hingga kertas di tangannya ikut teremas.

“Kev!” panggilnya seraya berlari-lari ke tengah lapangan dan memungut bola yang sedang menggelinding ke arahnya. “Lawan gue!” katanya demi merebut perhatian Raya sang gebetan. Tentu saja Juna yang akhirnya memenangi pertandingan, sebab permainan basket sudah jadi makanannya sejak kecil. Beda dengan Kevin yang baru kenal bola basket kemarin sore. Cowok rumahan itu kan  masih baru belajar gaul. Cuma ahli pegang stik PS, bukan ahlinya pegang bola basket.

Juna puas berhasil mengalahkan Kevin dengan telak, lalu nyengir pada Raya yang tersenyum cantik seraya bertepuk tangan untuknya. Saat itulah tanpa sengaja Juna menangkap ekspresi Mei yang sendu sambil menancapkan tatapannya dalam-dalam pada Kevin. Tapi saat Kevin balas menatapnya, gadis itu buru-buru membuang pandangannya ke arah lain. Dan hal itu terjadi berulang kali, membuat Juna tertawa geli. Aha! Dari sanalah Juna menebak, jika inisial K dalam puisi tadi itu tadi adalah nama Kevin. Rupanya, Mei naksir Kevin.

***

Raya tertawa lirih. “Ck. Norak banget sih mereka berdua. Please, deh,” gumamnya, kemudian meletakkan ponselnya ke atas nakas dan merebahkan tubuhnya yang lelah di ranjang hotel yang empuk.

Kevin ikut merebahkan diri di sebelah Raya. “Kenapa, sih?”

“Kamu buka aja group chat angkatan kita. Lagi pada heboh, bahas soal Juna sama Mei tadi. Ada yang share video pas mereka kissing tadi.”

Kevin menatap dan membelai-belai pipi Raya. “Memang sejak kapan mereka jadian? Selama ini Mei dan Juna nggak kelihatan kayak orang yang lagi punya hubungan?

Entahlah.Raya mendesah. Ada gelenyar tak enak yang merambati perasaannya. Dia merasa dikhianati. Bukankah selama ini Juna cuma bucin padanya? Juna selalu mengemis cintanya. Bahkan pria itu masih gigih memintanya kembali saat Raya sudah bertunangan dengan Kevin.

"Ray, I love you so much ...,” ratap Juna malam itu, membuat bibir Raya terkatup rapat. Sebenarnya Juna pria yang baik. Kesalahan Juna hanyalah terlalu lengket padanya. Kelewat bucin. Sampai Raya risih. Tapi bucin pada Raya seperti sudah menjadi panggilan jiwanya. Sulit dicegah. Tak bisa diperbaiki karena itu bukan suatu kerusakan. Sayangnya, cowok bucin dan imut bukan tipe Raya. Dia suka cowok yang tampak dingin di luar, tapi sebenarnya hangat di dalam. Seperti Kevin.

Lalu. Sejak kapan tiba-tiba Mei memasuki hidup Juna? Dan kenapa harus Mei? Lagi-lagi Mei. Kenapa Mei selalu terlibat dengan lelaki yang menyukai Raya sih? Raya pikir cuma Kevin, tapi ternyata diam-diam temannya itu juga menyukai Juna? Wah, ... luar biasa!

“Loh. Gimana sih, tadi kan kamu ngasih buket bungamu itu ke Juna? Kupikir kamu memang sudah tahu tentang mereka. Kevin terpancing penasaran.

Raya mendesah pelan. “Pas Juna foto bareng kita tadi, suddenly dia bilang mau melamar seseorang. And than, dia minta agar buket bungaku itu buat dia aja pada saat acara lempar bunga. Aku oke-oke ajalah. But, I didn’t know who that girl is. Ternyata ..., Mei.

“Berarti selama ini mereka sengaja backstreet.” Kevin menyimpulkan.

Raya membuang napas. “But ..., why?” desahnya tak habis pikir Meilani sanggup menyembunyikan rahasia sepenting itu. ‘Tapi. Aku juga telah menyembunyikan hubunganku dengan Kevin darinya selama ini,’ pikir Raya sedikit merasa bersalah dan tak enak hati kepada teman dekatnya sendiri. Dia merasa seperti tukang tikung pacar orang saja.

“They have a reason,” sahut Kevin dengan seulas senyum, menutupi kecut dalam hatinya. Bukankah selama ini tatapan Meilani hanya untuknya? Perhatian yang diam-diam wanita itu sematkan, bisa Kevin rasakan dengan jelas. Rasanya tak mungkin jika semua perhatian Meilani padanya itu cuma halusinasi Kevin semata. Tidak. Kevin bisa melihat jelas sorot kagum dan pantulan cinta yang memenuhi tatapan Meilani setiap kali mata mereka bertemu. Tatapan seperti itu tak pernah Mei tunjukkan pada pria lain selain dirinya. Kevin yakin itu. Tapi sejak ciuman Mei dengan Juna tadi, serta merta membuat Kevin kehilangan keyakinannya selama ini.

Kevin tertawa lirih, menertawakan masa lalu yang tertinggal di belakangnya. Sudahlah. Sekarang dia sudah punya Raya, wanita yang sah menjadi istrinya. Sedangkan Meilani bukan siapa-siapa lagi baginya. Meskipun dalam hati Kevin yang terdalam mengakui, masih ada jejak kisahnya bersama Meilani yang belum sanggup dia hapus sampai detik ini. 

Raya memalingkan wajah saat Kevin mulai mencium dan menyurukkan hidung ke ceruk lehernya, sambil menelusupkan tangan ke dalam branya yang berenda. Ah. Raya bukannya tak ingin, hanya saja sangat letih dan mengantuk. Dia kurang tidur karena sibuk dan juga cemas menjelang pernikahannya. 

“Aku ngantuk, Kev.”

“Are you sure?” Kevin ganti berbisik tanpa menghentikan belaiannya ke sekujur tubuh Raya. Ini adalah malam pertama pernikahan mereka. Kevin tak akan menyerah hanya karena Raya bilang tidak. Kevin yakin, Raya pasti akan memberikannya.

“Kev ...,” desahan Raya beberapa menit kemudian membuat Kevin tersenyum puas. Reaksi Raya tepat seperti yang dia pikirkan. Lalu Kevin merunduk, mencium, dan melumat bibir Raya. Dan tiba-tiba kilasan ciuman pertamanya melintas begitu saja. Ciumannya dengan ... Meilani.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Kevin klo kmu tau Meylani bucin sama kmu kenapa kmu pura2 g tau klo meylani cinta k kmu .dn juga Raya kmu tau kevin cinta pertama meylani kenapa malah kmu deketin kevin ..
goodnovel comment avatar
Wanda Natasya
ok bosku d lanjuutytttttttt
goodnovel comment avatar
Arief Mixagrip
kayaknya seru
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    Mei meletakkan Cinta di box tidurnya secara perlahan setelah selesai mengganti diapers untuk bayi cantiknya yang menggemaskan itu, kini anak keduanya itu sudah berusia 3 bulan. Juna menepuk-nepuk lembut pipi puterinya. “Selamat bobok, cintanya mami dan papi,” bisiknya dengan hati berbunga-bunga. Setelah memastikan Cinta tidur nyaman, Juna menoleh kepada Mei yang sedang memerah ASI. Air susu Mei melimpah ruah, sampai-sampai Mei membeli kulkas baru khusus untuk menyimpan stok ASI bagi sang buah hati. Mei bertekad akan memberi Cinta ASI eksklusif selama 6 bulan, sama seperti Vi dulu. “Masih lama, Mi?” Juna manyun memerhatikan Mei sibuk dengan alat perahnya. “Bantuin sini, malah bengong! Biar cepat beres ini,” omel Mei. Juna pun nyengir dan membantu Mei menuliskan tanggal hari ini di setiap label botol ASI itu, kemudian memasukkannya ke dalam kulkas yang ada di dalam kamar mereka. Sementara Mei membereskan alat-alat pemerah ASI, mencuci, mengelap, dan menyimpan kembali dengan rapi. “S

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    “Mami, bangun! Ini sudah jam berapa?” Juna menarik selimut Mei, menepuk-nepuk istrinya yang malah lebih erat lagi memeluk guling. Juna geleng-geleng kepala. Sepertinya Mei bangun kesiangan lagi, padahal biasanya Mei itu morning person. Istrinya itu sigap melayani apa saja kebutuhannya dan juga Vi. Rajin mempersiapkan keberangkatan Juna ke kantor, dan juga mempersiapkan sendiri box makanan untuk Vi. Tapi sudah seminggu ini, makanan untuk Vi diurus pegawainya. Demikian pula persiapan sarapan untuk mereka. Juna rindu sarapannya dipersiapkan sendiri oleh sang istri tercinta. “Banguun, ... Maemunah.” Juna menarik guling Mei, tapi kemudian Mei mengalungkan lengannya di leher Juna. Membuat Juna terkekeh dan menciumi wajah istrinya. “Jun, ngantuk banget gue loh. Masih kepingin bobok.” Juna pun mengecupi pipi istrinya yang masih memejamkan mata. Mei kelihatan sangat mengantuk memang. Juna jadi tak tega menyuruhnya bangun dan menyelimutinya lagi. Juna mandi pagi dan berganti pakaian, memasa

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    Mei tersenyum puas usai melakukan rapat final dengan manager pengelola gedung Utomo Group. Mei menyabet tempat di lantai dasar gedung Utomo Group yang sebelumnya disewa oleh sebuah restoran franchise asing. Mei ingin menancapkan taring bisnisnya di gedung utama milik kakek suaminya sendiri.Juna pikir istrinya kian menggilai bisnis dan ingin semakin banyak mereguk laba berlipat-lipat. Namun Juna dibuat terkejut saat Mei memaparkan sesuatu kepadanya, bahwa Mei akan memberikan diskon khusus bagi para pegawai Utomo Group yang makan di restoran itu dalam jangka waktu selama mereka berstatus pegawai Utomo Group, yaitu diskon 90% bagi kalangan pegawai kelas bawah semisal security, OB, cleaning service, dan diskon 60% bagi kalangan staf biasa.“Biar apa gitu, Mei?”“Biar mereka merasa dihargai, dan mereka bisa pakai diskonannya buat kepentingan mereka yang lain, atau buat ditabung. Soalnya, Jun, ... gue pernah jadi pegawai rendahan kayak mereka, budget makan siang itu mehong dan berasa bange

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    “Mei, serius ... elu nggak kepengen ngadain resepsi buat pernikahan kita ini?” Juna diam-diam ingin mewujudkan pesta pernikahan impian yang ingin digelarnya secara mewah. Sebagai wujud kegembiraannya memenangkan hati Mei kembali.“Ogah. Kan udah gue bilang ogah. Berisik amat sig elu masih nanyain melulu, Jun?”Juna manyun. “Emang kenapa sih, Mei?” rengeknya sambil memeluk Mei dari belakang, sementara Mei sedang sibuk meracik bumbu untuk makan malam mereka nanti.“Buat apa elu buang-buang duit cuma buat menjamu para sosialita yang fake itu, heh? Gue ingat banget ya, pas gue lagi melarat gimana sikap mereka ke gue. Gue tuh kayak sampah tahu nggak di mata mereka. Anna dan teman-temannya itu! Papasan sama gue di mall kagak ada yang mau noleh barang seorang, padahal gue udah sapa duluan baek-baek,” oceh Mei sambil menggeprek lengkuas sekuat-kuatnya sampai penyet, seakan lengkuas itu adalah perwujudan Anna dan teman-temannya.Jantung Juna nyaris mencelat kaget mendengarnya. ‘Dih, serem juga

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   EPILOG

    Mei dan Juna menginap di sebuah presidential suite. Di sinilah mereka pernah melewati malam pertama pada pernikahan mereka yang terdahulu. Pada malam rujuknya mereka kali ini, Mei dan Juna kembali memilih ruangan yang sama, ruangan yang menyimpan sejuta kenangan tentang mereka. Ruangan ini menjadi saksi bisu, bahwa ada rasa membara yang mengikat Mei dan Juna, sejak dulu sampai sekarang, tak pernah padam. Jika keduanya dulu merasa canggung saat memasuki ruangan ini dalam balutan gaun pengantin, sekarang tidak lagi. Begitu Juna menutup pintu hotel, dia langsung mengangkat tubuh istrinya itu ke ranjang, melucuti pakaian Mei dengan tak sabar. Sudah halal, bukan? Tangan Juna bergerak cepat menyingkirkan segala macam penghalang, dan matanya berbinar-binar begitu tubuh polos Meilani kini terpampang nyata. Mei ternyata masih tetap luar biasa dan semengagumkan dulu. “Bisa-bisanya Mei, elu udah jadi emak-emak tapi body masih mulus langsing singset kayak gini?” pujinya sambil membelai perut Mei

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   184. Demi Juna

    “Buset, ribet amat sih mau rujuk kebanyakan syarat administrasi! Nggak bisa nikah di KUA hari ini dong gue? Mau tuntasin ibadah nikah yang mulia kok ada-ada aja ya ujiannya?” oceh Juna saat menelepon Jonathan. “Ya udah, Jon, elu buruan daftarin dan urusin semua persyaratan rujuk buat gue dan Mei di KUA. Gue sama Mei nikah siri aja dulu hari ini! Biar cepat sah dan halal,” pungkasnya. Mei tertawa mendenngar ocehan Juna yang teramat ramai. “Beneran mau nikah hari ini? Ntar ajalah ... tanggung, nikah di KUA yang resmi sekalian, tunggu Jojon kelar beresin syarat administrasinya dulu, Jun.” “Eits, nggak bisa! Ibadah loh ini, Maemunah ...! Ibadah itu jangan ditunda-tunda. Jangan dengerin bujuk rayu setan buat nunda-nunda ibadah kita.” Mei terpingkal-pingkal. “Cih. Bisa aja nih orang modusnya, ... bilang aja udah nggak tahan pengen grepe-grepe gue!” cibirnya. Juna nyengir. “Itu kan ibadah juga, Mami sayang, ... yang membedakan kita sama kucing! Kucing mau kawin tinggal kawin, kalau kita

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   183. Yes or No

    Mei buru-buru ke dapur, meneguk segelas air untuk membasahi kerongkongannya yang kering karena menahan gondok kepada Juna yang malah mengusilinya soal penggrebegan tadi. Wajah Mei jadi merah padam, bukan hanya karena marah pada keadaan. Tapi dia juga bingung bagaimana caranya menjelaskan ke Vincent? Tadi dia mengecek i*******m dan benar saja, kejadian tadi sudah tayang di I* TV milik Anna dan meraih banyak penonton. “Tuh, kan. Netizen malah belain kita dan kasih selamat sekalian. Orang-orang sekarang sudah tahu soal anak kita, Mei. Juga tentang kita yang sudah rujuk. Dahlah ... yuk, jadiin real aja?” Juna meletakkan ponsel setelah ikut mengecek dan membaca komentar yang berseliweran di I* itu. Juna kemudian merangkul Mei yang duduk menunduk di sofa sambil memegangi kepalanya yang pening. Juna memijiti pundak Mei hingga wanita itu terlihat sedikit nyaman. Mei menangis sambil mengatakan kalau dia takut Vincent marah, takut Vincent kecewa kepadanya. Mei juga meminta saran dan pendapat

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   182. Kesempatan dalam Kesempitan

    “Gue kangen banget sama Vi, Mei. Please? Gue sekarang tahu kenapa gue langsung jatuh cinta sama Vi sejak awal ketemu dulu. Dan semakin ke sini gue semakin sering kangen sama dia. Ternyata itu yang namanya ikatan batin. Iya ‘kan? Elu sendiri tadi bilang, bakal beri gue ruang buat mencurahkan kasih sayang gue ke Vi?” Mei memutar bola mata. “Iya, tapi nggak gini juga keleus ..., lu lihat ini jam berapa sekarang? Jam 12 malam. Gila lu mau masuk-masuk kamar janda tengah malam gini.” Juna tertegun. Setelah pembicaraan seriusnya tadi, sekarang Mei dengan cepat kembali ke mode cablak. Juna garuk-garuk kepala. “Dih, cepat juga waktu berlalu ya, Mei?” “Ya iyalah, dodol. Situ aja nangisnya berapa jam sendiri?” “Njirr ..., jangan cerita ke siapa-siapa ya, Mei. Tengsin gue.” “Wani piro?” Lalu Mei terkekeh jahat. “Cih. Lu kayak John Wick aja, Mei!” seloroh Juna. Karena John Wick suka menantang imbalan Juna dengan dua kata yang sama itu, ‘wani piro’. “John Wick? Keanu Reeves?” Mei kebingunga

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   181. Tak Cukup Hanya Cinta

    Juna merengkuh kedua tangan Mei. Tangan Mei terasa hangat dalam genggaman Juna yang dingin. “Mei ...,” panggil Juna seraya mengecup lembut punggung tangan wanita itu, “gue udah tahu semuanya, ... siapa sebenarnya Vi,” ucapnya begitu lirih. “Sorry ..., I’m too late.” Juna mendesahkan sejuta penyesalan. Juna berlutut di depan Mei seraya mendongak, mempertemukan tatapan mereka. “Mei ...,” panggilnya lagi, karena wanita itu tak jua bersuara sejak tadi. Mei membeku dalam kediaman panjangnya. “Gue sungguh-sungguh minta maaf. Mungkin permintaan maaf gue ini nggak sepadan dengan penderitaan yang sudah elu lewati seorang diri selama ini.” Juna mengetatkan genggamannya seiring pecutan sesal yang kian melecut-lecut dalam hatinya. Juna baru tahu dari Anjani ..., jika ternyata Mei dalam kondisi mengandung darah dagingnya saat Juna menceraikannya dulu. Saat Juna mengusirnya siang itu, meninggalkan rumahnya di bawah terik cahaya mentari yang membakar kulit, dengan berjalan kaki. Ya ..., berjalan ka

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status