Home / Romansa / Menikahi Mantan / Menjadi Pusat Perhatian

Share

Menjadi Pusat Perhatian

Author: CEAVEN
last update Last Updated: 2024-06-11 21:57:15

MENJADI PUSAT PERHATIAN

" Kamu siapa?" tanya Jasmine pada Alan.

Saat melihat Alan, Jasmine sebenarnya mengingat sosok Alan yang menolongnya saat kecelakaan waktu itu. Jasmine juga mengingat ucapannya dirinya ketika reflek mengajak Alan menikah, sebelum pingsan.

Dua kata sakral yang pernah Jasmine ungkapkan murni diucapkan sebab kemunculan Alan yang  mirip dengan  mantan kekasihnya dahulu. Bohong jika Jasmine bilang sudah hilang rasa, nyatanya baru melihat pria yang mirip dengan masa lalunya saja langsung mengajaknya menikah.

Saat ini Jasmine terpaksa memilih berpura-pura lupa ingatan. Dirinya tidak mungkin bisa menahan malu, jika ketahuan kemarin dalam keadaan setengah sadar telah mengajaknya menikah.

Jasmine sebenarnya  tidak menyangka juga dipertemukan kembali dengan pria yang mirip mantan kekasihnya itu di sirkuit balapan motor sport. 

Jasmine mengira nama Alan yang di koar-koarkan penonton di arena balapan saat itu bukanlah Alan mantan kekasihnya.

Alan mematung mendengar pertanyaan Jasmine padanya. "Siapa aku?  Dia nggak inget aku? Mana mungkin? Dia mimi bukan? Ayolah jangan bercanda! Ini sungguh tidak lucu," Alan bermonolog sendiri. Wajah yang awalnya sumringah kini berubah kecewa.

Jasmine memindai penampilan Alan. Hatinya tiba-tiba ikut sakit melihat raut kekecewaan di wajah Alan ulah pertanyaannya.

" Apa rangkaian bunga itu untukku?" tanya Jasmine. Ia melihat buket bunga di balik tubuh tegap Alan.

"Oh, iya. Ini!" Alan memberikan buket bunga  yang dirinya bawa pada Jasmine.

Jasmine menyambut dengan suka cita lalu menghirup dalam-dalam aroma bunga favoritnya itu. 

Alan memperhatikan Jasmine. Melihat gadis itu menghirup aroma bunga pemberiannya, membuat memori Alan berputar pada kenangan mimi yang menghirup aroma bunga yang sama. " Dia Mimi!"seru Alan pelan, sangat pelan hampir tidak terdengar.

Jasmine yang merasa namanya dipanggil pun merespon"Ya ...! Apakah kamu pria yang mendonorkan darahnya untukku? Bunda tadi sudah sedikit bercerita tentangmu."

Jasmine menghirup lagi aroma bunga di tangannya sambil menunggu jawaban Alan. " Aku nggak nyangka, kamu masih ingat bunga yang aku suka," ucap Jasmine dalam hati. Hatinya sangat bahagia saat itu, mendapatkan rangkain bunga dari orang yang sama dari masa lalunya.

Tanpa Jasmine sedari cara ia menghirup aroma bunga sedari tadi menjadi perhatian Alan. " Kamu sungguh tidak mengenaliku?" tanya Alan akhirnya. Pria itu ingin memastikan sekali lagi.

Jasmine justru mengulurkan tangan kanannya. Sebelah tangannya lagi memeluk buket bunga pemberian Alan. "Namaku Jasmine. Kamu siapa?"

Senyum selebar mungkin terpaksa Jasmine lakukan saat ini. Sebenarnya kedua kelopak mata  Jasmine sudah memanas. Gadis itu berjuang mati-matian agar bulir bening yang mendobrak meminta ditumpahkan tidak keluar di hadapan Alan. Gadis itu tidak ingin rencananya gagal sebelum dirinya mulai.

" Alan! Ryota Alan Winata," jawab Alan. 

Pria itu membalas jabatan tangan Jasmine. Meski selalu menghindar dari wanita yang mengejarnya, Alan berniat menjadikan Jasmine sebagai pengecualian. Alan tidak ingin kehilangan Jasmine untuk kedua kalinya.

"Em ... maaf!" Jasmine menaikan kedua alisnya sebagai kode pada Alan, meminta tangannya dilepaskan.

Alan langsung melepaskannya. "Urung memeluk. Berjabat tangan secara sadar mungkin cukup,"  gumam Alan. Pria itu menertawakan kebodohannya sendiri yang mulai terbawa suasana.

"Kenapa tertawa? Ada yang lucu?," tanya Jasmine pada Alan.

Alan menggeleng. Kemudian melanjutkan tawanya.

" Kamu inget aku suka bunga ini?" tanya Jasmine," ma-maksud aku. Aku mau ucapin makasih banyak," ralat Jasmine. Gadis itu menyadari  keteledoran ucapannya. 

"Untuk?"

Alan yang mulai menaruh curiga pada Jasmine sengaja memberikan pertanyaan absurd.

Jasmine tidak langsung menjawab. Ia terlihat berfikir. " Alan mulai curiga nggak, ya?"

"Heii ...?" Alan mengulanginya.

Memejamkan mata sesaat guna membuang kegugupan, kemudian Jasmine menjawab cepat," untuk kamu yang sudah berkenan mendonorkan darah buat aku. Jika tidak ada kamu mungkin aku ...,"

Kalimat Jasmine terhenti ketika jari telunjuk Alan tiba-tiba mendarat di bibirnya. " Jangan asal bicara! Aku nggak suka," terang Alan.

Demi apapun saat ini jantung Jasmine rasanya ingin meledak saking tidak karuan rasa yang ia rasakan. Dari dahulu, sampai takdir saat ini mempertemukan mereka, usai terpisah sembilan tahun lamanya. Pria itu masih sama, selalu tidak pernah gagal membuat jantungnya berdegup kencang seperti ini.

Sayangnya kini Jasmine sedang berpura-pura lupa pada Alan. Jika tidak pasti Jasmine sudah memeluk pria yang teramat ia rindukan kehadirannya itu.

Alan menyingkirkan jarinya dari bibir ranum Jasmine.

Jasmine  sendiri saat ini memilih mengipas kipas wajahnya yang terasa panas. 

Ceklek!

Terdengar suara handle pintu ditekan dari luar yang berhasil memecah kecanggungan antara Jasmine dan Alan.

" Kamu baru saja siuman, lho! kenapa banyak sekali yang dimau, Mimi!" cicit Gina. Wanita dewasa itu menutup pintu ruang rawat  kembali.

"Mimi?" monolog Alan. Setahu Alan Mimi  adalah panggilan orang terdekat Jasmine, mantan kekasihnya dahulu.

"Jika mereka bukan orang yang sama, mengapa memiliki nama panggilan yang sama? Apakah sebuah kebetulan?"

Kembali kepala Alan dipenuhi tentang pertanyaan tentang wanita yang ada di hadapannya itu.

"Ups, sorry. Ternyata Kamu ada tamu? Haruskah aku kembali nanti?" tanya Gina pada Jasmine. Wanita kepercayaan Jasmine itu baru menyadari kehadiran Alan di sana usai menutup pintu.

" Tidak perlu. Saya juga harus pergi sekarang," jawab Alan. Ia rasa ini alasan yang tepat untuk Alan pergi dari sana.

Setelah berpamitan Alan pergi meninggalkan kamar rawat VVIP tempat Jasmine dirawat.

Satu bulan berlalu. 

Baik Jasmine maupun Alan sama-sama disibukan dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Namun, dalam diam Alan sudah meminta orang kepercayaannya, mencari tahu tentang Jasmine, gadis yang di tolongnya di sirkuit balapan dengan alibi bertanggung jawab telah membuatnya kecelakaan waktu itu.

Dari orang kepercayaannya itulah, Alan tahu keluarga Jasmine yang sekarang adalah seorang konglomerat dengan berbagai bisnis yang mendunia.

" Tadi malam nona Jasmine tidak pulang ke rumah bundanya tuan," ungkap orang kepercayaan Alan melalui sambungan telepon.

"Maksud kamu? Dia pulang ke mana?" tanya Alan.

Meski pelacakannya dalam sebulan terakhir belum membuktikan Jasmine yang ditolongnya adalah gadis yang sama dengan mantan kekasihnya. Alan tetap mengkhawatirkan keadaan dan ingin tahu aktifitas kesehariannya. Alan bahkan tidak tanggung-tanggung dalam mengeluarkan uang guna info yang dirinya dapat itu.

"Kemarin sore nona Jasmine kembali pergi balapan. Pulang balapan saya lihat dia dengan motor sportnya pulang ke apartemen yang tidak jauh lokasinya dari kantor miliknya," jawab orang kepercayaan Alan.

Akhirnya Alan meminta kabar segera jika mendapat info Jasmine kembali pergi balapan. 

Seminggu kemudian Alan mendapat info jikalau Jasmine di hari weekend akan pergi ke sirkuit balapan. Dengan penuh semangat Alan pun turut serta mempersiapkan motor sportnya. Alan berencana menemui Jasmine di sirkuit balapan besok.

Di hari minggu pagi sirkuit tempat mereka biasa balapan memang sudah ramai penonton yang akan menyaksikan sesi latihan rutin para pembalap motor sport.

Alan sendiri selama sebulan terakhir memang sering absen dari jadual latihan sebab kesibukannya di dunia bisnis. 

Para penggemar Alan kembali dibuat histeris  bukan main hari itu kala mengetahui pembalap favorit mereka hari itu kembali hadir disesi latihan.

"Alan!"

"Alan!"

Sorak riuh antusias penonton menyebut nama Alan.

Alan sendiri sudah tidak heran lagi dengan kejadian seperti itu. Menjadi pusat perhatian, di manapun dirinya berada.

Jasmine yang baru tiba di sirkuit untuk ikut sesi latihan sengaja mendekat dan memarkirkan motor sportnya dekat dengan Alan.

Jasmine membuka helm full face miliknya. Rambut indah itu tergerai menyempurnakan kecantikan gadis itu meski sudah dibalut baju savety balapan.

" Hai, apa kabar?" sapa Alan pada Jasmine.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Mantan   BONUS ENDING

    "Mau coba cek dulu? Kita berhenti di apotik beli tes pack dulu, ya? Kamu kapan terakhir halangan?" Alan memberondong Jasmine dengan pertanyaan, setelah wanita itu lebih dahulu mematikan sambungan teleponnya dengan Gina.Jasmine memiliki pemikiran yang sama. Namun, keinginannya makan rujak kedondong lebih dominan. "Ck! Cari rujak dulu, Al! Lagian belum pasti juga, kan aku hamil," jawab Jasmine, santai. Fokusnya kembali pada benda pipih di tangannya, mengetik huruf di papan pencarian menanyakan tempat yang mungkin menjual rujak kedondong di sana.Cukup lama tidak ditemukan karena waktu memang sudah cukup malam. Ada kedai rujak cukup jauh lokasinya juga ternyata sudah tutup. Akhirnya Jasmine tidak kehabisan akal, mengetik huruf kembali mencari toko buah yang mungkin menjual buah kedondong. Wanita itu berniat membuat rujak sendiri nanti di rumah. Akhirnya, mobil Alan belokan ke sebuah super market besar yang ada di kota itu. "Harusnya di sini ada buah yang kamu, mau," tuturnya.Sebelum

  • Menikahi Mantan   ENDING

    "Saya mendapatkannya," ungkap Rio pada Alan, yang baru sempat melakukan panggilan setelah kesibukannya di Singapura."Di mana dia sekarang?" tanya Alan, to the point."Di rumah sakit. Keadaannya kritis," jawab Rio. "Istri anda belum saya beri tahu, sesuai permintaan anda," lanjutnya.Alan memang memperingatkan Rio untuk tidak menginfokan apapun pada istrinya, sebelum dirinya kembali ke tanah air."Saya usahakan pulang secepat mungkin," kata Alan. "Tetap jaga istri saya dari kejauhan."Alan memilih segera mematikan panggilan, usai mengingatkan Rio kembali. Waktunya tidak banyak di sana agar lekas bisa kembali ke tanah air secepat mungkin. "Istri kamu belum tahu berita di sosial media tentang seseorang tertembak di sekitaran apartemen tadi pagi adalah ulah detektif swasta yang kamu sewa." Gina mengirimkan notifikasi pesan pada Alan. Membuat laki-laki itu langsung melakukan panggilan telepon pada sekretaris pribadi Jasmine. "Iya, Alan," sapa Gina dari seberang telepon sana."Gue se

  • Menikahi Mantan   Tidak Menyangka

    Pukul sembilan malam Alan Alan benar-benar pergi ke Singapura lagi, mengikuti penerbangan terakhir hari itu."Aku harusnya ikut antar kamu ke bandara," ungkap Jamsine pada Alan. Wanita itu hanya Alan perbolehkan mengantar sampai basement apartemen saja."Jangan lagi buat aku gak jadi terbang," ujar Alan, mengomentari ungkapan istrinya. Sebenarnya sedari di rumah baru tadi Alan sudah hampir mengikhlaskan tender besar yang di Singapure. Pria itu tidak bisa pergi meninggalkan Jamsine dalam situasi genting seperti saat itu. Namun, pada kenyataannya wanitanya itu pandai meyakinkan Alan untuk tetap berangkat, tentu setelah mengiyakan permintaan Alan pindah ke rumah baru mereka besok pagi."Asisten rumah tangga sesuai spesifikasi kamu datang besok pagi," ucap Alan, sambil menghujani wajah Jasmine dengan banyak kecupan di sana.Jasmine mengangguk, "makasih, ya! Kalo sudah sampai segera kabari aku."Jasmine tahu Alan sedang berat meninggalkannya, sehingga wanita itu memilih tidak banyak menan

  • Menikahi Mantan   Kursi Tantra

    "Mau kasih lihat apa?" rengek Jasmine. Menarik-narik tangan Alan, meminta pria itu lekas memberitahunya. "Sebentar lagi, kamu tahu," ujar Alan. Membawa wanitanya ke sebuah kamar yang sudah ia dekorasi sedemikian rupa."Tutup mata! Dalam hitungan ke tiga baru kamu buka!" titah Alan pada Jasmine.Jasmine mengangguk patuh, mulai memejamkan mata.Ceklek!Handle pintu Alan tarik ke bawah, pintu kamar pun terbuka. Semerbak aroma kelopak bunga mawar seketika memenuhi indera penciuman Jasmine ketika baru memasuki ruangan itu."Satu ... dua ... tiga!"Jasmine membuka mata perlahan, tepat setelah Alan selesai menyebutkan angka tiga. Betapa bahagia hati wanita itu, dalam kesibukan Alan masih sempat menyiapkan ini semua untuknya.Jasmine merasa benar-benar beruntung dipertemukan kembali dengan mantan kekasih yang sekarang justru menikah dengannya. "Kamu udah nentuin kamar utama, kenapa tadi masih nanya?" beber Jasmine. "Sengaja mau ngetes?" imbuhnya.Alan hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.

  • Menikahi Mantan   Datang Ke Rumah Baru

    "Ini apa?" tanya Jasmine. Alan yang mendengar pertanyaan itu langsung membungkukkan badan, melihat dengan seksama apa yang wanitanya pertanyakan."Paper bag lagi? Bunga itu," ucap Alan, pelan. Pergerakannya secepat mungkin ke arah luar mobil. Menyelisik ke sekeliling, mencari keberadaan orang yang mengirim itu. "Mungkin belum jauh?""Tadi dikunci, kan mobilnya sebelum masuk cafe?" tutur Jasmine, ingin memastikan."Tio yang bawa mobil. Tapi aku yakin dia udah kunci," jawab Alan, yang mengetahui sahabatnya itu bukanlah tipikal pribadi yang teledor.Alan masih mengedarkan matanya ketika menjawab pertanyaan Jasmine. Sayangnya Alan tidak bisa menemukan siapapun di sana. Tidak terlihat ada orang mencurigakan di area parkir dan sekitarnya. "Apa ini diletakan sedari tadi?" Tidak ingin menduga-duga seorang diri, Alan memilih mengambil benda pipih nya dari saku celana. Mencari nama Tio di sana."Iya, bro," sapa Tio, setelah mengucapkan salam terlebih dahulu seperti biasa. "Ke parkiran sekar

  • Menikahi Mantan   Ini Apa?

    Tap ...Tap ...Tap ...Langkah kaki Alan, menggema kala memasuki cafe yang sudah mulai sepi pengunjung di jam makan siang yang sudah jauh terlewat itu.Jasmine tersenyum lebar mendapati Alan datang menyusulnya. Kemudian berdiri guna menyambut laki-lakinya itu. "Padahal gak bilang mau datang!"Bibir ranum Jasmine mengerucut, sebagai respon dari kedatangan Alan yang tanpa memberi tahunya terlebih dahulu. Cup!Alan mencuri satu kecupan singkat di sana. "Jangan pancing aku sekarang," bisik Alan, tepat di samping telinga Jasmine.Ehem!Tio yang berdiri lima langkah di belakang Alan, berdehem guna mengingatkan. Bahwa di antara mereka berdua masih ada orang lain di sana."Dia kekeh mau nyamperin, Lo. Padahal kita tadi lagi banyak banget kerjaan," ucap Tio asal kemudian duduk di bangku kosong samping Gina.Gina yang mendapati Tio hadir, bahkan memilih duduk di sampingnya itu di buat gelagapan sendiri. Mau bagaimanapun mereka sudah cukup lama tidak bertemu. Tentulah membuat pertemuan itu ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status