Beranda / Romansa / Menikahi Mantan / Tawa Di Atas Duka

Share

Tawa Di Atas Duka

Penulis: CEAVEN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-15 16:35:59

" Alan, aku mau ikut mereka pulang saja! Aku nggak mau sendirian."

Jasmine terlihat kalut kali ini. Alan yang melihat keadaan gadis itu ikut merasa terpukul atas apa yang menimpamya.

"Kamu ada aku! Kamu tidak pernah sendiri."

Alan membawa Jasmine kedalam pelukannya. Alan usap punggung rapuh gadis itu naik turun, berharap bisa memberikan sedikit ketenangan di sana.

Sedang di hadapan Jasmine dan Alan terlihat dua pasang orang terakhir meninggalkan makam tanpa berpamitan.

"Kita pulang juga, yuk!"

Alan mencoba membujuk Jasmine pulang. Namun, gelengan saja yang pria itu dapat.

"Hari sudah mulai petang. Kita bisa berkunjung lagi besok," bujuk Alan, lagi. Pria itu tidak menyerah membujuk Jasmine. Sampai akhirnya Jasmine mau mengikuti bujukan Alan untuk turut pulang bersama.

Alan mengantar Jasmine pulang ke apartemen setelah sebelumnya bertanya. Ya, saat itu Jasmine memang butuh waktu untuk menenangkan dirinya sendiri. Di tinggal pergi kembali oleh orang tua selamanya nyatanya membuat Jasmine berkali-kali lebih terpukul. Terlebih bunda Fatma pergi meninggalkannya usai melakukan panggilan dengannya.

Sampai di apartemen Alan memastikan Jasmine bisa istirahat dengan baik barulah berani meninggalkannya.

Alan sebelumnya memaksa Jasmine makan meski nihil hasilnya sama sekali tidak ada makanan yang masuk. Alan juga meminta Jasmine membersihkan diri terlebih dahulu agar lebih segar, tapi tidak sama sekali gadis itu lakukan.

Akhirnya, Alan memilih duduk terdiam melihat Jasmine yang terus mengurai air matanya, sampai mungkin merasa lelah terlalu lama menangis gadis itu ketiduran. Alan barulah memutuskan untuk pulang ketika melihat Jasmine sudah terlelap.

Keesokan harinya Alan pagi-pagi sekali sudah meluncur kembali ke apartemen Jasmine. Entah semalam sempat terlelap atau tidak? Yang Alan pikirkan sepanjang waktu itu hanyalah keadaan Jasmine.

Alan pulang pukul dua malam, dan ini pukul enam pagi Alan sudah berangkat kembali guna mengetahui keadaan Jasmine.

Alan tidak lupa memesan online terlebih dahulu menu sarapan mereka yang langsung di antar ke apartemen Jasmine.

Sesampainya di apartemen, Alan cukup terkejut melihat Jasmine yang ia kira masih terpuruk, atau belum bangun dari tidurnya. Nyatanya saat ini gadis itu sudah rapih dengan stelan celana bahan berwarna putih dilengkapi jas berwarna senada yang terlihat pas juga elegan di badan mungil gadis itu.

"Kamu harus bantu aku mengungkap kematian bunda!" Sambut Jasmine pada Alan yang baru tiba.

Jasmine tidak lupa mempersilahkan Alan duduk usai membukakan pintu apartemen yang belnya berdenting berulang kali, kala Alan sampai tadi. Gadis itupun ikut duduk di sofa yang sama dengan yang Alan duduki.

"Aku senang melihat kamu sudah kembali semangat," tutur Alan, jujur. Pria itu mengutarakan isi hatinya yang sebenarnya. Melihat Jasmine di titik terendah dalam hidupnya kemarin membuat Alan tidak tenang, bahkan sekedar hanya untuk meninggalkannya sebentar.

"Kamu sendiri yang bilang semalam kalau kita harus punya tujuan untuk tetap bisa bertahan hidup?"

Jasmine mengulang kata-kata penyemangat Alan semalam padanya.

Alan mengangguk mengiyakan pertanyaan Jasmine. "Lalu apa rencana Kamu sekarang?"

" Kita harus selidiki yang janggal! Kita pergi ke rumah bunda sekarang!" seru Jasmine pada Alan. Saking bersemangatnya gadis itu bahkan langsung bangkit dari posisi sebelumnya.

Namun, Alan menahan pergerakan gadis itu dengan menggenggam pergelangannya. "Aku udah lanjur pesen makanan buat kita. Kita sarapan dulu, ya!"

Jasmine yang sedang menggebu akan menyelidiki kasus kepergian sang bunda yang janggal itu sebenarnya tidak merasa lapar sama sekali. Namun, mendengar Alan sudah terlanjur memesan makanan untuk mereka. Jasmine tidak tega menolak, akhirnya gadis itu memilih duduk di posisinya semula.

Beruntungnya tepat waktu. Usai Alan mengecek ponsel miliknya untuk melihat pesanan online makanan untuk mereka sarapan. Makanan yang Alan pesan datang tiga menit kemudian. Mendengar bel apartemen berbunyi Alan berinisiatif untuk membukanya. "Itu pasti makanan kita."

Setelah menerima pesanan makanan mereka Alan gegas menyiapkan semua di atas meja. " Aku harap kamu masih suka ini!"

Alan memberikan sendok makan pada Jasmine. Tidak lupa bubur ayam kering tanpa kuah yang sudah siap Alan berikan pada Jasmine. " Aku sengaja pesan ini. Dari kemarin perut kamu pasti belum terisi."

Alan khawatir asam lambung Jasmine naik, sehingga tadi dirinya memesan makanan yang mudah di cerna.

"Makasih, tapi maaf aku nggak berselera makan."

Jasmine menatap nanar makanan yang amat ia suka dari dahulu sampai sekarang. Ternyata Alan masih mengingat salah satu menu sarapan favoritnya itu.

"Aku suap, ya? Inget ...! buat kamu bisa berhasil membongkar kejanggalan itu, kamu butuh energi untuk mewujudkannya."

Alan dengan telaten membujuk gadis itu supaya mau mengisi energinya terlebih dahulu sebelum meluncurkan aksinya.

"Ayo a ...!"

Satu suapan Alan ambil kemudian ia dekatkan ke erah mulut gadis itu. Jasmine terpaksa membuka mulutnya tidak ingin membuat Alan kecewa.

"Kamu makan juga!" Jasmine ingin Alan juga ikut sarapan bersamanya. Akhirnya mereka berdua memakan bubur satu porsi untuk berdua saja. Satu porsi lainya mereka akan berikan pada security apartemen yang berjaga.

Beberapa menit berlalu mereka sudah selesai sarapan. Mereka bahkan saat ini sudah berada di dalam mobil Alan yang melaju dengan kecepatan rata-rata menuju perumahan elit tempat rumah bunda Fatma berada.

Tiga puluh menit membelah jalanan kota yang padat namun, cukup lancar. Mobil yang Alan kemudikan telah terparkir di halaman rumah almarhum.

Jasmine keluar lebih dahulu dari mobil Alan. Berjalan elegan menuju pintu utama rumah bagaikan istana milik almarhum sang bunda berada

Alan tentu ikut bersama Jasmine tepat satu langkah di belakang gadis itu berjalan. Sampai di dalam rumah mewah, tempat yang menjadi tujuan utama Jasmine

adalah lokasi di mana sang bunda di temukan tewas mengenaskan.

Namun, belum sampai di taman rumah kaca Jasmine mendengar canda tawa kebahagiaan dari arah jalan yang sebaliknya.

Lekas Jasmine memutar langkah menuju sumber tawa yang ternyata berasal dari ruang kerja almarhum sang bunda. Dengan langkah cepat menahan amarah di dada Jasmine mengikis jarak.

Brak!

Jasmine mendorong pintu ruangan itu sekuat yang dia bisa. Alhasil suara keras pintu di buka kasar berhasil mengejutkan mereka yang tertawa terbahak di dalam ruang kerja Fatma. " Kalian menertawakan apa?"

Suara Jasmine terdengar penuh amarah di dalam sana. Alan sendiri tidak langsung masuk, pria itu memilih menunggu di luar ruangan terlebih dahulu.

Sepasang suami istri yang merupakan anak sulung almarhum menatap tajam pada Jasmine yang sudah mengganggu kebahagiaan mereka.

"Anak kesayangan Bunda! Kamu sudah pulang?"

Perempuan yang merupakan anak menantu di rumah itu menghampiri Jasmine, kemudian kembali berceloteh kala posisi mereka sudah sangat dekat sambil memainkan rambut Jasmine yang sengaja di gerai pagi itu. " Kami dari kemarin sudah menunggu kedatangan kamu ...,"

Kalimat sang wanita menggantung ketika mendengar langkah memasuki ruangan yang terbuka lebar pintunya itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi Mantan   BONUS ENDING

    "Mau coba cek dulu? Kita berhenti di apotik beli tes pack dulu, ya? Kamu kapan terakhir halangan?" Alan memberondong Jasmine dengan pertanyaan, setelah wanita itu lebih dahulu mematikan sambungan teleponnya dengan Gina.Jasmine memiliki pemikiran yang sama. Namun, keinginannya makan rujak kedondong lebih dominan. "Ck! Cari rujak dulu, Al! Lagian belum pasti juga, kan aku hamil," jawab Jasmine, santai. Fokusnya kembali pada benda pipih di tangannya, mengetik huruf di papan pencarian menanyakan tempat yang mungkin menjual rujak kedondong di sana.Cukup lama tidak ditemukan karena waktu memang sudah cukup malam. Ada kedai rujak cukup jauh lokasinya juga ternyata sudah tutup. Akhirnya Jasmine tidak kehabisan akal, mengetik huruf kembali mencari toko buah yang mungkin menjual buah kedondong. Wanita itu berniat membuat rujak sendiri nanti di rumah. Akhirnya, mobil Alan belokan ke sebuah super market besar yang ada di kota itu. "Harusnya di sini ada buah yang kamu, mau," tuturnya.Sebelum

  • Menikahi Mantan   ENDING

    "Saya mendapatkannya," ungkap Rio pada Alan, yang baru sempat melakukan panggilan setelah kesibukannya di Singapura."Di mana dia sekarang?" tanya Alan, to the point."Di rumah sakit. Keadaannya kritis," jawab Rio. "Istri anda belum saya beri tahu, sesuai permintaan anda," lanjutnya.Alan memang memperingatkan Rio untuk tidak menginfokan apapun pada istrinya, sebelum dirinya kembali ke tanah air."Saya usahakan pulang secepat mungkin," kata Alan. "Tetap jaga istri saya dari kejauhan."Alan memilih segera mematikan panggilan, usai mengingatkan Rio kembali. Waktunya tidak banyak di sana agar lekas bisa kembali ke tanah air secepat mungkin. "Istri kamu belum tahu berita di sosial media tentang seseorang tertembak di sekitaran apartemen tadi pagi adalah ulah detektif swasta yang kamu sewa." Gina mengirimkan notifikasi pesan pada Alan. Membuat laki-laki itu langsung melakukan panggilan telepon pada sekretaris pribadi Jasmine. "Iya, Alan," sapa Gina dari seberang telepon sana."Gue se

  • Menikahi Mantan   Tidak Menyangka

    Pukul sembilan malam Alan Alan benar-benar pergi ke Singapura lagi, mengikuti penerbangan terakhir hari itu."Aku harusnya ikut antar kamu ke bandara," ungkap Jamsine pada Alan. Wanita itu hanya Alan perbolehkan mengantar sampai basement apartemen saja."Jangan lagi buat aku gak jadi terbang," ujar Alan, mengomentari ungkapan istrinya. Sebenarnya sedari di rumah baru tadi Alan sudah hampir mengikhlaskan tender besar yang di Singapure. Pria itu tidak bisa pergi meninggalkan Jamsine dalam situasi genting seperti saat itu. Namun, pada kenyataannya wanitanya itu pandai meyakinkan Alan untuk tetap berangkat, tentu setelah mengiyakan permintaan Alan pindah ke rumah baru mereka besok pagi."Asisten rumah tangga sesuai spesifikasi kamu datang besok pagi," ucap Alan, sambil menghujani wajah Jasmine dengan banyak kecupan di sana.Jasmine mengangguk, "makasih, ya! Kalo sudah sampai segera kabari aku."Jasmine tahu Alan sedang berat meninggalkannya, sehingga wanita itu memilih tidak banyak menan

  • Menikahi Mantan   Kursi Tantra

    "Mau kasih lihat apa?" rengek Jasmine. Menarik-narik tangan Alan, meminta pria itu lekas memberitahunya. "Sebentar lagi, kamu tahu," ujar Alan. Membawa wanitanya ke sebuah kamar yang sudah ia dekorasi sedemikian rupa."Tutup mata! Dalam hitungan ke tiga baru kamu buka!" titah Alan pada Jasmine.Jasmine mengangguk patuh, mulai memejamkan mata.Ceklek!Handle pintu Alan tarik ke bawah, pintu kamar pun terbuka. Semerbak aroma kelopak bunga mawar seketika memenuhi indera penciuman Jasmine ketika baru memasuki ruangan itu."Satu ... dua ... tiga!"Jasmine membuka mata perlahan, tepat setelah Alan selesai menyebutkan angka tiga. Betapa bahagia hati wanita itu, dalam kesibukan Alan masih sempat menyiapkan ini semua untuknya.Jasmine merasa benar-benar beruntung dipertemukan kembali dengan mantan kekasih yang sekarang justru menikah dengannya. "Kamu udah nentuin kamar utama, kenapa tadi masih nanya?" beber Jasmine. "Sengaja mau ngetes?" imbuhnya.Alan hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.

  • Menikahi Mantan   Datang Ke Rumah Baru

    "Ini apa?" tanya Jasmine. Alan yang mendengar pertanyaan itu langsung membungkukkan badan, melihat dengan seksama apa yang wanitanya pertanyakan."Paper bag lagi? Bunga itu," ucap Alan, pelan. Pergerakannya secepat mungkin ke arah luar mobil. Menyelisik ke sekeliling, mencari keberadaan orang yang mengirim itu. "Mungkin belum jauh?""Tadi dikunci, kan mobilnya sebelum masuk cafe?" tutur Jasmine, ingin memastikan."Tio yang bawa mobil. Tapi aku yakin dia udah kunci," jawab Alan, yang mengetahui sahabatnya itu bukanlah tipikal pribadi yang teledor.Alan masih mengedarkan matanya ketika menjawab pertanyaan Jasmine. Sayangnya Alan tidak bisa menemukan siapapun di sana. Tidak terlihat ada orang mencurigakan di area parkir dan sekitarnya. "Apa ini diletakan sedari tadi?" Tidak ingin menduga-duga seorang diri, Alan memilih mengambil benda pipih nya dari saku celana. Mencari nama Tio di sana."Iya, bro," sapa Tio, setelah mengucapkan salam terlebih dahulu seperti biasa. "Ke parkiran sekar

  • Menikahi Mantan   Ini Apa?

    Tap ...Tap ...Tap ...Langkah kaki Alan, menggema kala memasuki cafe yang sudah mulai sepi pengunjung di jam makan siang yang sudah jauh terlewat itu.Jasmine tersenyum lebar mendapati Alan datang menyusulnya. Kemudian berdiri guna menyambut laki-lakinya itu. "Padahal gak bilang mau datang!"Bibir ranum Jasmine mengerucut, sebagai respon dari kedatangan Alan yang tanpa memberi tahunya terlebih dahulu. Cup!Alan mencuri satu kecupan singkat di sana. "Jangan pancing aku sekarang," bisik Alan, tepat di samping telinga Jasmine.Ehem!Tio yang berdiri lima langkah di belakang Alan, berdehem guna mengingatkan. Bahwa di antara mereka berdua masih ada orang lain di sana."Dia kekeh mau nyamperin, Lo. Padahal kita tadi lagi banyak banget kerjaan," ucap Tio asal kemudian duduk di bangku kosong samping Gina.Gina yang mendapati Tio hadir, bahkan memilih duduk di sampingnya itu di buat gelagapan sendiri. Mau bagaimanapun mereka sudah cukup lama tidak bertemu. Tentulah membuat pertemuan itu ter

  • Menikahi Mantan   Keesokan Harinya

    "Data pemilik sidik jari sudah keluar," ungkap Rio pada Alan juga Tio yang baru tiba di markasnya. "Dari data yang ada, sidik jari ini menunjukan milik tuan Aris. Namun, saat ini keberadaannya tidak diketahui," sambungnya."Apa dia sudah tidak ada di kota ini?" tanya Tio, lebih dahulu berkomentar."Atau mungkin juga ganti identitas."Alan akhirnya ikut berkomentar, sambil memutar berkali-kali pena yang ada di jarinya. Posisi pria itu saat ini tengah duduk di bangku, terlihat santai. Namun, pikirannya berkelana memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Tatapan mata Alan hanya lurus ke depan, gaya Alan seperti itu justru menambah kesan tampan pada dirinya. Berkali-kali lipat lebih mempesona."Bisa jadi itu, jika ganti identitas. Identitas baru pasti terdaftar, dan terlacak sistem." Tio menimpali. "Apalagi sekarang berbagai fasilitas publik membutuhkan scan sidik jari bahkan wajah," ujarnya."Tidak ada laporan kematian atas nama tuan Aris. Kemungkinan besar dia masih hidup.

  • Menikahi Mantan   Data Tidak Valid

    "Halo, tuan, " sapa Rio, di seberang telepon sana."Di mana?" tanya Alan, tidak berniat ber basa-basi."Saya di rumah sakit, sedang temani ayah sarapan, " jawab Rio."Ke markas sekarang! Ada yang harus anda kerjakan!" titah Alan pada Rio."Baik, tuan. Saya ke sana sekarang."Usai mengucapkan itu, Rio langsung berpamitan pada sang ayah. Mengatakan bahwa dirinya ada panggilan kerja.Sang ayah tentu langsung mengiyakan kali itu. Sangat kebetulan, tidak seperti biasanya yang akan drama terlebih dahulu seperti anak kecil yang akan di tinggal orang tuanya bekerja.Sedang Alan juga sama. Pria itu mengecup kening istrinya singkat, lalu ke luar dari ruangan itu, tentu dengan paper bag hitam di tangannya.Sepeninggalan Alan, Gina yang sudah menahan rasa penasaran sedari tadi itu mulai mencecar Jasmine dengan berbagai pertanyaan. "Apa yang sudah Alan lakuin ke kamu? Kenapa sampai kamu harus pakai kursi roda? Apa Alan sekejam itu?"Cep! Gina berhenti bertanya.Jasmine yang tidak ingin mendengar

  • Menikahi Mantan   Kursi Roda

    Di kamar mandi Alan benar-benar hanya membantu Jasmine membersihkan diri. Meski bersusah payah menahan diri, nyatanya pria itu berhasil menepati janjinya. "Tahan sebentar, ya! Mungkin akan sedikit pedih," ucap Alan, sebelum membubuhkan salep pada area sensitive wanitanya itu.Jasmine reflek mencekal tangan kekar Alan yang akan mengoleskan salep itu. "Aku, bisa sendiri!" CK!Alan berdecak kesal mendapati Jasmine masih saja malu terhadapnya. "Aku udah lihat semua punya kamu. Kalo lupa!"Setelah mengucapkan itu, Alan segera melancarkan aksinya mengolesi salep di area sensitive Jasmine.Dapat dilihat wanita itu meringis menahan pedih meski hanya sesaat."Sudah!" seru Alan. Pria itu kemudian menutup salep, lalu meletakkannya kembali di kotak p3k."Bisa jalan?"Alan sengaja menanyakan itu, karena tadi saat hendak pergi ke kamar mandi, Alan yang membopongnya ke dalam toilet."Aku coba jalan pelan, ya!"Jasmine berdiri perlahan, mulai melangkah meski setengah di seret. Wanita itu benar-benar

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status