Share

BAB 16

Author: Ranisipenulis
last update Huling Na-update: 2025-08-04 15:08:15

"Mama... jangan menangis!" seru Jihan dengan wajah panik. Anak itu buru-buru turun dari sofa, lalu memeluk Dona erat-erat.

"Maaf jika aku nakal, hukum aku saja... pukul aku saja, Ma. Tapi Mama jangan menangis..."

Dona memeluk Jihan, menahan sesak yang semakin menghimpit dadanya. Ia mencium pucuk kepala gadis kecil itu dengan penuh kasih.

"Tidak, Sayang... kamu tidak nakal," ucap Dona lirih namun penuh keteguhan.

"Mama tidak akan pernah memukulmu. Bahkan jika kamu melakukan kesalahan, Mama hanya akan menasihati, bukan menghukum. Karena kamu anak Mama yang baik, yang selalu Mama sayangi."

Jihan mengangkat kepalanya pelan, menatap wajah Dona yang masih berurai air mata.

"Lalu... kenapa Mama menangis?" tanyanya polos.

Dona tersenyum pahit. Ia membelai pipi Jihan, lalu menjawab pelan,

"Karena Mama sedih, Mama hanya ingin memberikan sesuatu untuk Papa dan Jihan, tapi kalian menolaknya... Mama jadi merasa tidak dibutuhkan."

Sungguh, Ergan tak mampu berkata-kata, perasaannya terombang-ambin
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menikahi Papa Karyawanku   BAB 60

    Dona membalas pelukan itu, menepuk punggung suaminya pelan. "Aku tahu Mas bisa, dan jangan pernah lagi berkata tidak pantas. Di mataku, Mas lebih berharga daripada semua gelar dan kekayaan," ucap Dona. Keheningan kembali meliputi ruang tengah itu, hanya terdengar detak jam dinding yang berdenting lirih. Dona dan Ergan masih saling berpelukan, masing-masing larut dalam perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dalam hati, Dona sudah membayangkan pesta besar itu, taman luas yang akan dihiasi bunga segar, balon warna-warni, lampu kristal yang berkilau, meja penuh hidangan mewah. Semua orang penting akan hadir, semua media akan meliput, dan pada saat itulah, ia akan berdiri di samping Ergan dan Jihan, menyatakan dengan lantang bahwa mereka adalah keluarganya. Sementara itu, Ergan masih berjuang menenangkan gejolak di dadanya, ia tahu, empat bulan bukan waktu yang panjang. Tapi ia juga tahu, saat itu tiba, ia harus cukup kuat berdiri tegak di samping istrinya, demi Jihan. Demi

  • Menikahi Papa Karyawanku   BAB 59

    "Saya bangga padamu, Dona. Meski sibuk memimpin perusahaan, kamu tetap menyempatkan diri untuk Jihan," ucap Ergan. Dona menoleh ke arah tumpukan hadiah di sudut ruangan. "Aku memang lelah, Mas, tapi setiap pulang dan melihat Jihan, semua rasa letih hilang. Senyumnya adalah kebahagiaan terbesar untukku," jawab Dona dengan jujur. Mata Ergan memanas. Ia menatap Jihan yang hampir terlelap. Dengan suara bergetar, ia berkata, "Terima kasih, Dona, karena mencintai anak saya seperti anakmu sendiri," ucapnya pelan, tapi bisa di dengar oleh Dona. Dona menoleh perlahan, mengusap rambut putrinya dengan penuh kelembutan. "Mas, jangan pernah berkata seperti itu. Jihan adalah anak kita. Aku akan selalu menjaganya," jawab Dona. Ergan meraih tangan istrinya, menggenggam erat. "Saya benar-benar beruntung memiliki kamu, Dona," Ergan menatap dalam mata istrinya. Wanita itu tersenyum halus, menyandarkan kepala di bahunya sambil tetap memeluk Jihan. "Aku tidak meminta balasan apa pun, Mas. Ak

  • Menikahi Papa Karyawanku   BAB 58

    Mobil hitam itu berhenti mulus di depan rumah besar bergaya modern, lampu-lampu taman menyinari jalan setapak, sementara udara malam membawa ketenangan. Begitu pintu mobil dibuka, Dona turun dengan anggun, diikuti Hendrian dan Mira yang membantu membawa kantong belanjaan. Di ruang keluarga, Jihan sedang duduk di karpet bermain dengan boneka kecil kesayangannya. Gadis mungil itu, belum genap lima tahun, mengenakan piyama warna ungu dengan pita kecil di dadanya, saat melihat pintu terbuka, matanya langsung berbinar. "Mamaaa!" serunya riang, berlari kecil menghampiri Dona. Dona merendahkan tubuhnya, membuka kedua lengannya. "Sayangnya Mama… kemari," pinta Dona Jihan langsung memeluk erat pinggang Dona, wanita itu menunduk, mencium puncak kepala putri kecil itu berkali-kali. Wangi khas anak-anak langsung memenuhi inderanya, ia menahan haru, lalu mengangkat tubuh Jihan ke dalam gendongannya. "Aduh, beratnya Jihan sekarang. Jangan-jangan sudah mau besar, ya?" Dona mencubit pipi chubb

  • Menikahi Papa Karyawanku   BAB 57

    Dona meraih ponsel di atas meja. Ia menekan nomor yang sudah sangat familiar, nomor Hendrian. Tak lama, suara berat nan sopan terdengar dari seberang. "Selamat malam, Nyonya Dona," sapa Hendrian. "Selamat malam juga, Pak Hendrian, tolong siapkan mobil sekarang. Saya akan pulang," pinta Dona dengan suara tenang namun tegas. "Siap, Nyonya Dona, mobil sudah di basement. Saya akan menunggu di pintu utama gedung kantor dalam lima menit," jawab Hendrian. Dona terdiam sejenak, lalu menambahkan instruksi lain. "Dan satu hal lagi, tolong carikan toko mainan yang paling direkomendasikan malam ini. Saya ingin membeli hadiah spesial," pinta Dona lagi. Ada jeda sebentar sebelum suara Hendrian kembali. "Maaf jika saya lancang, Nyonya. Mainan itu untuk Nona Jihan ya?" tanya Hendrian dengan hati-hati Dona tersenyum tipis meski tak ada yang melihat. "Benar sekali, Pak Hendrian, itu untuk Jihan, saya ingin sesuatu yang benar-benar membuatnya senang. Bukan mainan biasa, cari yang terbaik, t

  • Menikahi Papa Karyawanku   BAB 56

    Hari itu waktu seakan berlari, setelah briefing singkat dengan tim pengembangan produk di ruangannya, Dona kembali terbenam dalam tumpukan dokumen yang menanti di meja kerjanya. Angka-angka, laporan tren pasar, hingga evaluasi proyek-proyek lama silih berganti ia telaah. Sesekali ia menandai beberapa halaman dengan stabilo, lalu menuliskan catatan singkat yang harus ditindaklanjuti. Di sisi lain, Mira selalu sigap mendampingi. Sekretaris itu keluar-masuk ruangan, memastikan semua agenda berjalan sesuai rencana. "Bu Dona," ucap Mira pelan sambil mengetuk pintu. "Tim pemasaran sudah turun dari rapat barusan, mereka menitipkan ringkasan hasilnya. Apa Anda ingin saya bacakan sekarang?" tanya Mira. Dona mendongak dari layar laptopnya, menarik napas dalam. "Letakkan saja di meja, Mira, saya akan membacanya setelah ini. Pastikan semua data sudah tersaring, saya tidak ingin membaca laporan mentah," jawab Dona. "Baik, Bu Dona." Mira segera meletakkan map rapi berwarna biru tua di sisi k

  • Menikahi Papa Karyawanku   BAB 55

    Di sisi kanan pintu masuk, Mira, sekretaris pribadinya yang setia, sudah menunggu, rambutnya tersisir rapi, pakaian formal yang dipakainya mencerminkan profesionalisme yang tak main-main. Senyumnya menyambut Dona hangat, meski matanya tetap penuh kewaspadaan, siap menghadapi hari yang panjang bersama CEO nya. "Selamat siang, Bu Dona," sapa Mira sambil menundukkan sedikit kepala. "Semua persiapan di lantai 15 sudah selesai. Saya akan menemani Bu Dona ke ruang kerja," lanjut Mira. Dona mengangguk ringan, memberi senyum tipis pada Mira. "Terima kasih, Mira. Hari ini sepertinya akan padat, tolong pastikan semua sudah siap," pinta Dona dengan wajah datar dan nada suara tegas. "Tentu, Bu Dona. Saya sudah menyiapkan ringkasan jadwal, dokumen penting, dan undangan rapat yang akan Bu Dona hadiri hari ini," jawab Mira sambil membuka tas kulit hitamnya, mengeluarkan beberapa map berwarna netral. Mereka mulai berjalan menuju lift utama yang mengarah ke lantai 15, selama perjalanan, Dona

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status