"Tuan! Kenapa anda ada di sini?" ucap Zira yang belum sepenuhnya tersadar dari tidurnya.
Steve mengambil gelas di atas meja yang masih ada sedikit sisa air minumnya lalu menyiramkannya ke Zira .
Byuuurr!
Air membasahi wajah Zira membuatnya tercengang, Steve menatapnya tajam. "Apa kamu pikir aku membayarmu untuk tidur," ucapnya sinis, "cepat buatkan kopi untukku!" pintanya.
"Sebentar tuan, nyawaku belum kumpul semua!" ucap Zira malas.
Braaakkk!
Steve memukul sofa sekuat tenaga membuat Zira kaget dan langsung berdiri, dia pun segera bergegas ke dapur sambil bergumam, "Kenapa beruang itu tiba-ti
Ini bukan rumahnya dan tidak ada sehelai pakaian pun yang ia miliki disini. Zira menatap kearah lemari dan mencoba untuk membukanya."Hemmm ada pakaian wanita disini, apa mungkin ini adalah pakaian yang dia siapkan untuk wanita yang datang kemari untuk memuaskannya," gumam Zira.Zira mengambil salah satu baju tidur untuk dia kenakan, masa bodoh dengan pemiliknya saat ini, lagipula zira mengambil yang paling jelek diantara baju tidur yang ada, dia pun terpaksa memakainya, andaikan dia membawa baju miliknya mana mungkin dia sudi memakai pakaian orang lain.Zira mengambil ponselnya hendak menghubungi Mia, seketika matanya terbelalak saat melihat ponselnya tidak bisa dinyalakan karena kehabisan baterai.Mana mungkin dia
"Kenapa anda tidak tanya langsung pada tuan Steve ?" jawab Han. Zira menoleh ke belakang di mana Steve tengah duduk memainkan ponselnya, lalu dia menoleh kembali ke arah Han. "Anda juga pasti tahu alasannya kan? tolong katakanlah," desak Zira. Namun Han hanya menggelengkan kepalanya. "Huuuufftt!" Zira menghela nafasnya dan kembali menoleh ke arah Steve hendak memberanikan diri untuk bertanya, namun melihat wajah Steve yang dingin dia pun mengurungkan niatnya dan kembali menoleh ke arah Han, "Tuan Han lebih baik anda katakan sebelum aku mati penasaran, dan aku tidak mungkin bisa bertanya padanya!" ucap Zira sambil menunjuk Steve Dengan ekor matanya, namun ucapannya hanya di jawab senyuman oleh Han. "Darimana kamu tau namanya?" ucap Steve tiba-tiba. "Tuan anda kan selalu memanggil namanya, karena saya tidak tuli jadi saya mendengarnya!" jawab Zira enteng namun Steve meliriknya dengan tajam membuat Zira langsung kembali duduk ke posisinya. "Jangan terus mengajaknya berbicara, atau ka
"Jangan banyak bicara!" Hardik Steve.Pantang menyeh Zira tetap melanjutkan ucapannya, "Emm, tuan sebenarnya aku merasa bingung, kenapa anda membawaku kemari tapi anda bilang aku bisa secepatnya melunasi hutang-hutangku pada anda, lalu apa hubungannya kedua hal ini?""Bisakah kamu jangan terlalu banyak bicara!" bentak Steve.Zira mengangguk dan menyerah untuk minta penjelasan, percuma saja bertanya pada seekor singa lapar, sekarang dalam pikirannya yang penting hutangnya segera lunas.Namun belum jauh Zira melangkah, ia kembali menoleh ke arah Steve dan kembali bertanya, "Tuan, anda tidak bermaksud memaksaku untuk menikahi anda bukan?"Steve yang mend
"Lalu saya harus memanggilnya apa?""Terserah!" jawab Steve ketus.Zira mengepalkan tangannya yang tersembunyi, dia menghela nafas membuang rasa kesal, "Kakak Han bisakah anda mengantarkan aku ke Rumah Sakit?""Rumah sakit? apa Anda sedang sakit nona?" tanya Han kaget, Steve pun sedikit melirikan matanya saat mendengar ucapan Zira."Tidak, aku hanya ingin menjenguk seseorang." Han menganggukkan kepalanya saat mendengar jawaban Zira, dan seperti biasa tanpa ekspresi di wajahnya.Karena jarak dari butik ke rumah sakit tidak terlalu jauh, jadi tidak perlu memakan waktu yang lama untuk segera sampai ke sana.
Zira langsung membelalakkan matanya mendengar ucapan Steve, ia pun langsung menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Tidak Tuan, tidak. Tolong lepaskan tangan anda, itu sudah cukup membantuku." Steve menyeringai melihat kegugupan Zira, namun saat dia tidak sengaja menatap ke arah tubuh Zira, tiba-tiba tubuhnya terasa panas, dan sesuatu terasa sesak di dalam celananya, seketika ia langsung melepaskan Zira, Steve membuang mukanya dan keluar dari kamar mandi sambil bergumam dalam hati, "Sial, kenapa tubuh gadis bodoh itu sangat menggodaku." Zira bergegas memakai kaosnya kembali yang masih basah, ia duduk di pinggiran bathtub sambil bergumam, "Aku membenci pria ini Tuhan, aku benar-benar membencinya. Dia manusia paling menyebalkan di muka bumi ini," ucapnya sambil mengepalkan tangan.
"Atau kegagalanmu akan membuat hutangmu semakin bertambah lima kali lipat," ucap Steve.Zira langsung melotot mendengar jawaban Steve, "Tuan itu tidak adil."Yang benar saja. Satu kesalahan akan digantikan dengan lima kali lipat hutangnya. Tidak bisa di bayangkan seberapa banyak dan entah bagaimana Zira melunasinya nanti.Steve menyeringai. "Maka jangan sampai membuat kesalahan dan lakukan semuanya dengan benar."Zira menahan rasa kesalnya, dalam diamnya kini otaknya tengah berfikir keras, ia sedang berlatih dalam hati, menyiapkan segala sesuatu untuk berakting dan menjamin kesuksesannya.Mobil melaju dengan mulusnya, hingga akhirnya mereka tiba di sebuah g
Zira terdiam sejenak dan bergumam dalam hatinya yang penuh rasa bingung. "Apa aku tidak salah dengar tadi? kenapa serigala ini mengatakan jika aku adalah calon menantu ibunya. Ini semua tidak sesuai dalam perjanjian sebelumnya. apa dia sedang menjebakku?" Meski penuh rasa kesal dan bingung namun Zira masih tetap tenang dan menghiasi wajahnya dengan senyuman. Dia masih ingat betul dengan ancaman Steve jika ia gagal melakukannya tugasnya malam ini sebagian pacar palsunya. Roselly menatap Zira dan tersenyum padanya. "Nama yang cantik dan sangat cocok untuk gadis yang manis," ucapnya sambil mengelus pipi Zira. "Terimakasih tante, tante juga sangat cantik," ucap Zira kembali memuji calon mertua bohonganya tersebut. "Tante selamat ulang tahun, semoga bertambahnya usia Tante, bertambah pula kebahagiaan Tante," imbuhnya sambil menyodorkan paper bag di tangannya yang ia sendiri tidak tau apa isi didalamnya. "Mah, Zira yang memilihkannya khusus untukmu!" ucap Steve pada ibuku. "Benarkah?" u
Suara tersebut membuat langkah pria yang hendak menghampiri Zira berhenti."Mia, kamu ngapain ada di sini?" ucap Zira kaget ternyata yang memanggilnya adalah sahabatnya sendiri."Yang seharusnya bertanya itu aku, kamu lagi ngapain disini, pake acara dandan sangat cantik seperti ini?" cletuk Mia yang heran dengan penampilan Zira ."Ceritanya panjang. Nanti kalau sudah pulang aku ceritain ke kamu ya," ucap Zira."Baiklah."Zira memberi tau Mia akan pulang larut malam ini. Tapi dia tidak bercerita tentang apa yang akan dia lakukan malam ini."Mia, kamu sendiri kenapa bisa berada di sini?"