Kali ini Zira yang tengah merasa kesal akhirnya naik pitam. "Apa sebenarnya masalahmu. Kenapa kamu selalu menggangguku hah! asal kamu tau, sebentar lagi aku akan menjadi Nyonya Steve dan kamu hanya sekedar bawahanku. Apa kamu tidak lihat semalam aku berkencan dengannya? bahkan dia menggendongku saat aku tertidur di dalam mobil. Apa kamu tidak melihat betapa dia sangat peduli padaku hah. Dasar wanita aneh yang nggak jelas."
Zira meluapkan semua kejengkelannya sambil menunjuk-nunjuk di pundak Bella. Dengan nada setengah berteriak membuat semua orang di lobi mendengar dan menatap ke arah mereka.
Bella gelagapan dan merasa malu. Dia hampir tak mempercayai semua ucapan Zira. tapi semalam dia sendiri juga melihat, jika Steve memang yang menggendong Zira dengan pakaian pesta. Dan tidak mungkin seorang Tuan Steve akan melakukan h
"Tuan ada apa ini, kita mau kemana?" ucap Zira tanpa di jawab Steve. Zira berusaha mengimbangi langkah Steve hingga kewalahan."Masuk!" Bentak Steve sesaat setelah sampai pintu mobil.Zira pun hanya menurut. "Lebih baik aku menurut saja daripada serigala ini semakin ngamuk," batinnya.Bragg!Steve membanting pintu mobil. "Jalan!" ucapnya pada Han yang langsung menancap gas mobil menuju kantor.Selama dalam perjalanan suasana terasa hening. Steve masih diam dengan muka datarnya, Zira pun hanya menatap keluar jendela, sedangkan Han tetap fokus membawa mobilnya.Akhirnya mereka sampai di sebuah
Zira akhirnya menandatangani kontrak tersebut."Cari walimu untuk datang di akad kita nanti, dan ingat aku tidak mau mamah tau tentang ibumu yang terbaring di rumah sakit itu," ucap Steve.Muka Zira berubah masam ketika mendengar ucapan Steve. "Kenapa keadaan ibuku harus di rahasiakan?""Aku hanya tidak mau mamah terlalu memikirkannya," jawab Steve datar. "Lagipula, Han bilang ibumu sudah tidak berdaya. Kita juga hanya berpura-pura menikah, jadi apa pentingnya memberi tahu mamahku tentang hal tersebut?"Zira hanya diam dan tak mau membantah. Dia sudah terlanjur terjun ke permainan ini, mau tidak mau dia harus menjalaninya sesuai peraturan pria di hadapannya saat ini.
Seorang gadis menghampiri mereka. Mia dan Zira langsung menoleh ke arah suara yang tidak lain adalah Grace bersama dua gadis lainnya, mereka semua adalah teman kuliah dulu."Hai Grace. Terimakasih sudah mengundang kami di acara ulang tahunmu."Grace tersenyum kecil. Selin yang berdiri di samping Grace terkekeh. "Oh Mia, jika Grace tidak mengundang kalian maka orang akan menilai buruk tentangnya, diapun terpaksa mengundang kalian, apa lagi dia," ucap Selin menunjuk Zira.Dina pun ikut mengeluarkan suaranya, "Harusnya kalian sadar, jika kalian memang tidak pantas datang di acara Grace yang mewah dan dipenuhi orang-orang penting.""Sudah, kalian tidak boleh berkata seperti itu pada Mia dan Zir
Grace menatap Zira penuh amarah. "Apa kamu berusaha mencari perhatian Tuan Steve di hadapanku."Zira mengernyit dahinya. "Untuk apa aku mencari perhatian dari pria sepertinya. Aku tidak mau berdebat denganmu. Bukankah ini hari bahagia yang harus kamu rayakan. Dan terima kasih untuk undanganmu, tapi sepertinya kehadiran kami disini tidak diharapkan,""Syukurlah kalau kalian sadar diri."Mia menatap Grace. "Tidak menyangka orang yang terlihat dari keluarganya kaya justru sangat menjijikkan. Mengirimkan sebuah undangan hanya untuk mempermalukan."Plaaaak!Grace mendaratkan tamparan di pipi Mia. "Jaga mulutmu cewek kampungan. Asa
"Itu kemauan mamah yang takut calon Kakak iparmu lari dari Kakak," jawab Steve sambil mengangkat alisnya."Tapi aku kan akan pulang hanya dalam waktu seminggu lagi, tapi Ka Steve...?" komplain Kiran."ini hanya akad saja nggak ada pesta, jadi kamu nggak perlu untuk hadir!" ucap Steve memotong ucapan adiknya. "Sudahlah, acara akan segera dimulai jangan membuang waktu berhargaku." Steve langsung mematikan sambungan telepon sambil tersenyum, ia tau jauh di sana adiknya pasti sedang mengumpat karena sambungan telepon di matikan secara sepihak.ibunya pun hanya menggelengkan kepalanya melihat Tingkah kedua anaknya."Han jemput Zira ke tempat akad, aku dan mamah akan di antar pak Surya!"
"Kak, bagaimana kalau kita ke rumah sakit sekarang, mungkin Zira ada di sana," ajak Mia yang langsung melangkah sembari menarik tangan Rian.Zira yang masih memakai baju kebaya putih untuk pernikahannya kini tengah memaksakan kakinya untuk tetap berlari, Dengan langkah yang gontai dan air mata yang tak berhenti mengalir ia menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan ibunya.Braaak!Zira membuka pintu dengan tergesa-gesa. "Ibu!" ucap Zira tercengang melihat ke arah ibunya. Tubuh ibunya yang sudah tertutup rapat membuat langkah Zira semakin lemah, kedatangannya membuat para perawat yang tengah membereskan alat medis yang sudah terlepas dari tubuh ibu Zira menoleh ke arahnya yang baru saja masuk."Apa yang kalian lakuk
Steve melihat panggilan yang tak terjawab dari Han sebanyak enam puluh lima kali dan ibunya tiga puluh kali.Ia pun bangkit dari ranjangnya setelah melihat jam yang menunjukkan pukul sembilan pagi.Steve segera mengemudikan mobilnya, ia mencoba menghubungi Han namun ponselnya tidak aktif, dia tau itu pasti perintah ibunya yang menyuruh Han untuk mematikan ponselnya.Mobil Steve terparkir sempurna di halaman rumah mewah keluarga Willson, ia menghela nafasnya melihat mobil yang biasa dibawa Han terparkir juga di sana. Steve langsung masuk dan mencari ibunya ke ruang kerja.Tok, tok, tok!Han yang ada di dalam ruangan pun membukakan pintu u
Zira terdiam sejenak. "Apa boleh aku meminta waktu untuk memikirkannya?" Roselly mengangguk sambil tersenyum, ia mengerti dan sadar jika pertanyaannya kali ini sudah salah waktu. Zira masih dalam keadaan berduka, namun ia pun tak ingin kehilangan calon menantu seperti Zira. "Kalo begitu kami pamit dulu. Zira perbanyak istirahat ya, Tante pulang dulu dan Tante harap saat kita bertemu kamu sudah memutuskan jawabannya," imbuh Roselly yang di jawab senyuman Zira. Mendengar ucapan ibunya, Steve pun langsung keluar ruanah tanpa mengatakan sepatah katapun, Zira hanya sedikit melirik kearah Steve dan memilih untuk tidak terlalu memperdulikannya. Roselly menghela nafasnya menahan kesal karena sikap Steve, iapun menoleh ke arah Zira. "Zira, maafkan Steve. Tante...," "Tidak apa-apa Tante," ucap Zira. Roselly pun hanya tersenyum dan akhirnya meninggalkan rumah Zira. Sementara