Home / Romansa / Menikahi Pria Asing / Apartemen Baru Pemberian Papa

Share

Apartemen Baru Pemberian Papa

Author: UmiLovi
last update Last Updated: 2023-11-28 12:12:13

Apartemen yang berada persis di tengah kota dengan segala fasilitasnya yang mewah dan canggih, membuat nyali Zane semakin ciut dihadapan Belle. Egonya sebagai pria dan seorang suami semakin meronta, tak seharusnya Zane menikmati segala kemewahan ini.

"Aku akan menempati kamar di atas, jangan sekali-kali kamu naik atau..." Belle memberi isyarat dengan menembak kepalanya sendiri dengan jari telunjuk. "Paham?"

Tanpa menjawab, Zane berpaling dan menyeret kopernya menuju kamar yang dimaksud oleh Belle. Apa itu harga diri? Sepertinya Zane harus terbiasa direndahkan seperti ini.

Ranjang kingsize dengan sprei putih  seakan melambai pada Zane yang baru saja masuk ke dalam kamar. Tatapannya memindai ke seluruh sudut kamar yang akan menjadi tempatnya tidur mulai malam ini.

Sementara itu di lantai atas, Belle mulai memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam lemari di walk in closet. Masih ada tiga koper lagi yang belum ia bawa, juga beberapa sepatu dan tas mahal miliknya.

Kegiatan Belle terhenti ketika sayup-sayup ia mendengar suara ponselnya berdering. Sambil berlari, ia merogoh gawai pipih itu dan tersenyum senang ketika melihat sebaris nama yang muncul di layar.

"Halo, Bryan!" sapa Belle riang.

"Beb, aku sakit. Bisakah kamu datang ke apartemenku sekarang?"

Suara yang terdengar parau itu membuat Belle buru-buru mencari kunci mobilnya.

"Aku akan sampai lima belas menit lagi! Jangan banyak bergerak, Bryan!"

Dengan kecepatan kilat, Belle menuruni tangga bak roket melesat ke angkasa. Namun, langkah lebar wanita berambut ikal itu terhenti ketika secara bersamaan Zane tiba-tiba keluar dari kamar.

"Mau ke mana?" tanya Zane bingung ketika melihat kunci mobil di tangan Belle. "Sudah malam, Belle. Tidak baik perempuan keluar sendirian malam-malam begini."

Sebuah ide terbesit di otak cerdas Belle, ia melempar kunci ditangannya pada Zane dan tersenyum penuh misteri.

"Baiklah, kalo begitu antarkan aku!"

"Tapi--"

Belum sempat Zane menyela, Belle lekas menggeret lengan pria itu agar mengikutinya turun ke parkir basemen.

"Kamu bisa menyetir, kan?" tanya Belle memastikan ketika keduanya sudah berada di lift.

Dengan keki, Zane mengangguk. Ia memperhatikan remote kunci mobil di telapak tangannya. Logo kuda jingkrak pada remote berwarna hitam itu membuatnya menghela napas.

"Antarkan  aku ke apartemen Heaven sekarang."

Perintah yang keluar dari bibir tipis dan seksi itu membuat Zane kembali mengangguk. Ia melajukan mobil mahal itu dengan sangat hati-hati. Tak ada pertanyaan yang terucap meskipun Zane sangat penasaran, siapa yang hendak Belle kunjungi malam-malam begini?

Tiba di tempat tujuan, Belle menahan tangan Zane yang hendak mematikan mesin mobil hingga membuat pria itu menoleh.

"Kamu tunggu di sini, Zane. Jangan ke mana-mana," titah Belle untuk kesekian kali. "Atau kalo kamu keberatan menunggu, kamu bisa pulang dulu naik taksi."

"Kamu mau menemui siapa, Belle?" tukas Zane mulai curiga. "Apa menemui pria itu?"

"Bukan urusanmu! Cepatlah keluar, kamu pulanglah naik taksi!" Belle buru-buru keluar dan memutari badan mobil untuk menghampiri kursi Zane di balik kemudi. "Cepatlah!" gerutu Belle mulai kesal ketika Zane bergerak sangat lambat.

Saat Zane sudah berhasil keluar, Belle menadahkan tangannya dengan cuek.

"Kemari kuncinya! Masih banyak taksi di jam segini. Dan ingat, jangan sekali-kali kamu menceritakan kejadian ini sama papa!" ancam Belle dengan serius.

Zane hendak menyerahkan kunci itu, tetapi perkataan Ronald kembali menyadarkannya. Bukankah segala perilaku Belle saat ini adalah tanggung jawabnya?

"Aku ikut ke dalam. Hanya untuk memastikan kalian tidak akan berzina."

"What!?" Belle mendelik dengan syok. Tangannya dengan gesit berusaha  merampas kunci di tangan Zane. "Zane, apa-apaan! Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan masing-masing?"

"Tapi tidak untuk hal ini, Belle. Setiap perbuatan burukmu akan menjadi dosa yang aku tanggung. Aku--"

"Stop it! Aku capek, Zane. Tolong, berhentilah menguras emosiku. Seharian ini aku sudah menjalani hari yang sangat berat. Nggak bisakah kamu mengalah kali ini saja?" pinta Belle memohon, suaranya mulai melunak.

"Baik. Aku tidak akan ikut masuk. Tapi aku akan menunggumu di sini," putus Zane disertai hembusan napas panjang. "Masuklah!"

Tak ingin lagi berdebat, Belle lantas berbalik badan dan mengayunkan langkah menuju lobi apartemen Bryan. Ia tak bisa menjamin tak akan melakukan apapun bersama Bryan, tetapi membawa Zane sepertinya akan menjadi bumerang untuknya dikemudian hari. Jadi, begini lebih baik. Ia akan biarkan Zane menunggunya hingga subuh besok.

Tiba di kamar dengan nomor kembar, Belle menekan kombinasi angka yang merupakan kode masuk di handle pintu. Saat perlahan pintu berbunyi dan bergerak terbuka, Belle lantas masuk sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari sosok kekasihnya.

"Bryan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Pria Asing   Hadiah dari Tuhan

    Selama prosesi pemakaman, Zane lebih banyak terlibat di dalamnya. Ia turut menggotong keranda Shamilah, ia juga turun ke liang kubur untuk mengantarkan ibunya ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Sambil menahan tangis, Zane juga mengadzani jenazah ibunya sebelum akhirnya ia menyampaikan salam perpisahan. "Aku menyayangimu, Ibu. Beristirahatlah dengan tenang, selamat jalan." Hanya kalimat itu yang Zane katakan secara sadar, karena setelahnya ia tak bisa mengingat apapun lagi. Saat kembali membuka mata, ia sudah berada di apartemen dengan beberapa orang mengelilinginya sambil menangis. Belle berulangkali mengucap syukur sambil menciumi suaminya. Amanda dan Rio bahkan saling berpelukan penuh haru tak jauh dari mereka. Ronald, masih dengan mata yang basah, ikut mendekat dan memeluk menantunya. "Stay strong, Nak. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk mendiang Ibumu. Dia pasti sangat bangga padamu, Zane." Setetes air mata lolos kembali dari sudut mata Zane, mengingat ibunya mas

  • Menikahi Pria Asing   Selamat Jalan, Ibu

    Malam itu juga, Zane meminta bantuan pada Rio untuk mencari tahu di mana ibunya berada.Tak mungkin Zane menghubungi mertuanya karena ia tak ingin mengganggu istirahat Ronald. Dengan mengerahkan segala kemampuannya, Rio akhirnya mendapat nama rumah sakit di mana Shamilah saat ini tengah dirawat. Bersama Belle, Zane akhirnya berangkat menuju rumah sakit tersebut. Ia tak ingin menyia-nyiakan waktu, Zane takut ibunya keburu pergi seperti nenek Lila dulu. Dan benar saja, saat Zane berlari menyusuri lorong tempat Shamilah dirawat, beberapa orang suster nampak keluar dari ruangan itu dengan wajah panik. Rasanya sekujur tubuh Zane memanas detik itu juga, ia sontak berlari semakin cepat dan meringsek masuk ke kamar di mana ibunya berada. Wajah pucat itu, sedang berusaha keras bernapas melalui selang oksigen di hidungnya. Air mata Zane kembali menetes ketika dilihatnya tubuh ibunya mulai kesusahan untuk menghirup oksigen itu. "Ibu..." Zane mendekat tanpa mempedulikan beberapa orang suster y

  • Menikahi Pria Asing   Surat Misterius

    Teruntuk anakku tersayang, Zanendra Aditya. Saat kamu membuka surat ini, mungkin perasaanmu pada Ibu masih sama. Benci, marah, dan kecewa pasti masih kamu rasakan hingga saat ini. Tapi, melalui surat ini ijinkan Ibu untuk menjelaskan padamu beberapa hal yang tidak sempat Ibu katakan malam itu. Zane, demikian kamu dipanggil oleh mereka yang menyayangimu, nama indah yang berarti hadiah/ berkat dari Tuhan. Semua yang mengenalmu pasti akan menyayangimu, dan Ibu bersyukur akan hal itu. Zane yang kini tumbuh menjadi pria dewasa yang hebat dan penyayang, Ibu bangga pernah menjadi bagian dari masa kecilmu. Anakku, Zanendra anakku, bocah kecil yang selalu menemani Ibu tidur dan memeluk Ibu setiap malam, maafkan Ibu yang telah membuatmu trauma seperti ini. Seandainya bisa memutar kembali waktu, seandainya Ibu masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki semuanya dari awal lagi, mungkin Ibu akan membawamu pergi tanpa harus membunuh pria itu. Agar kita bisa melalui masa berat itu berdua, agar I

  • Menikahi Pria Asing   Malam Penuh Gairah (18+)

    Selama proses pemulihan dari operasinya, Zane selalu mendampingi Belle tanpa sekalipun beranjak meninggalkannya. Zane menepati janjinya untuk selalu siaga 24 jam demi memastikan istrinya baik-baik saja. Kembali pulang ke tanah air, Bik Asih menyambut kedatangan majikannya dengan penuh sukacita. Pun Ronald tak bisa menyembunyikan kebahagiaan dan rasa syukurnya ketika mendapati putrinya telah bisa melihat seperti dulu kala. "Papa akan mengadakan acara syukuran dan mengundang anak-anak yayasan untuk datang. Kesembuhanmu patut dirayakan, Belle," ujar Ronald berjanji. Belle hanya menanggapinya dengan senyuman dan anggukan, meskipun penglihatannya belum sepenuhnya jernih melihat objek di depannya, tetapi Belle tetap bersyukur kini ia bisa melihat orang-orang yang ia sayangi. "Di mana Zane? Apa dia belum pulang dari kantor?" Pandangan Ronald mengedar mencari sosok menantunya. "Zane akan segera kembali, Pa. Tadi habis mengantarku pulang, dia langsung ke kantor karena ada meeting penting

  • Menikahi Pria Asing   Kembalinya Ingatan dan Penglihatanku

    "Apa sudah selesai anda menghina saya, Nona?" "Saya terima nikah dan kawinnya Belle Ivy Janata binti Ronald Janata dengan mas kawin tersebut tunai.""Saat kita berpisah nanti, apakah aku masih boleh mengunjungi papamu?""Karena pohon ini akan tetap tumbuh meskipun dia tidak disiram dan tidak dirawat dengan baik. Sama sepertiku." "Bahkan sampah yang tidak berguna, bisa bermanfaat di tangan orang yang tepat. Aku salah satu sampah itu, dan ternyata orang yang tepat bukanlah kamu.""Kalo kamu bisa melakukannya dengan Bryan, lalu kenapa kamu tidak mau melakukannya denganku?" "Itu gajiku bulan ini.""Satu-satunya perempuan yang akan melakukan hubungan badan denganku hanya kamu, Belle!" "Ya sudah, maaf ya, Istriku. Aku janji kalo suatu saat kamu sakit, aku akan jagain kamu 24 jam sampai kamu sembuh." "Zane ..." Kilasan kejadian demi kejadian lewat secara bergantian di ingatan Belle. Semuanya tentang Zane, sejak pertama kali mereka bertemu hingga ingatan terakhirnya sebelum kecelakaan

  • Menikahi Pria Asing   Hari Besar itu Tiba

    Seperti yang sudah dinanti-nantikan, akhirnya hari itu tiba jua. Ronald mengantar Belle dan Zane di bandara seperti biasanya. Kali ini, Rio ikut menemani bosnya karena Zane butuh seseorang untuk menemani dan menenangkannya selama Belle dioperasi. Tak banyak halangan yang berarti, bahkan semua berjalan dengan sangat lancar. Cuaca pun seakan merestui sepanjang Zane landing di Singapore dan tiba di hotel. Karena operasi masih dilakukan besok, jadi Zane dan Belle masih punya waktu untuk istirahat. "Aku penasaran, kenapa beberapa hari ini kamu selalu memakai kalung itu?" Zane memperhatikan kalung sederhana berliontin permata kecil di leher istrinya. Dengan penuh perasaan, Belle menyentuh bandul permata pemberian Milah dan tersenyum mengingat momen terakhirnya bersama sang mertua. Sewaktu Belle meminta tolong pada Milah untuk memasangkan kalung itu dilehernya, wanita itu menangis penuh haru dan bahagia. Dia bahkan memeluk dan mencium Belle sebelum akhirnya benar-benar pergi. "Belle, k

  • Menikahi Pria Asing   Kabar Baik

    "Benarkah?" Belle memekik girang ketika Zane mengabarinya bahwa minggu depan ada donor kornea yang tersedia untuknya. Dengan senyuman lebar, Zane mengangguk dan memeluk istrinya dengan erat. "Benar. Kamu harus banyak-banyak istirahat dan jangan terlalu capek mengurusiku.""Cih, terus siapa yang mau ngurusin kamu kalo bukan aku?" ledek Belle sembari menjulurkan lidah. "Sepertinya ide Amanda tidak terlalu buruk.""Maksudmu!?" Belle mendelik dan mendorong tubuh suaminya yang betah memeluknya sejak tadi. "Coba saja kalo berani!""Kenapa harus takut!?""Oh, jadi begitu!? Kamu sekarang sudah berani meladeni tantangan dariku?" Zane hanya tertawa menanggapi omelan istrinya. Ia menghujani Belle dengan ciuman dan menggendongnya ke atas ranjang. Ia pandangi wajah dengan bibir manyun itu dengan gemas. "Bagaimana bisa aku cari wanita pengganti kalo istriku secantik ini? Bahkan meskipun dia menolak mengandung anakku, aku akan menunggu dia sampai siap, selama apapun itu." "Zane." Belle memoton

  • Menikahi Pria Asing   Double Date

    Bukan tanpa alasan Rio bertanya tentang Amanda pada bosnya. Tadinya, ia hanya iseng agar Zane berhenti melamun. Namun, Zane justru menanggapi pertanyaan itu dengan serius dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Sungguh, Rio merasa serba salah dan bingung untuk memutuskan. "Besok malam Amanda ada waktu. Kita akan makan malam di restoran favorit istriku, bagaimana?"Wajah Zane yang sesaat lalu terlihat murung, kini kembali ceria usai menelepon Amanda untuk mengajaknya makan malam. Mau tak mau, Rio akhirnya mengangguk dengan sangat terpaksa. "Ya sudah, cepat keluar dan selesaikan pekerjaanmu," usir Zane sembari bersiap membuka berkas yang menumpuk di mejanya. Dengan langkah lebar, Rio bergegas pergi sembari mengutuk dirinya sendiri. Nasi sudah menjadi bubur, ia tidak mungkin menarik kembali ucapannya mengingat Zane sangat menjaga Amanda seperti adiknya sendiri. Bisa-bisa Rio babak belur jika Zane tahu bila ia hanya iseng bertanya tentang Amanda. Keesokan hari, Zane menyelesaikan p

  • Menikahi Pria Asing   Move On

    Kehadiran orang-orang yang peduli dan menyayanginya, membuat Zane perlahan bangkit dan move on dari momen menyakitkan yang ia alami seminggu yang lalu. Kini, Zane sudah mulai ngantor setelah berhari-hari meliburkan diri dan menikmati waktu berdua dengan Belle di apartemen. Keduanya saling menguatkan dan menghibur satu sama lain, Zane mulai bisa tersenyum kembali setelah sebelumnya selalu murung dan merenung sendiri. "Permisi, Pak. Ada Pak Ronald di luar." Rio meringsek masuk ke dalam ruangan kerja bosnya. "Beliau ingin menemui anda."Dengan dada yang mulai terasa sesak kembali, Zane lantas menutup map di hadapannya dan berkata, "persilahkan beliau masuk, Rio."Tak seberapa lama setelah Rio keluar, Ronald pun muncul dengan wajah tak terbaca. Tak ada senyuman, tak ada raut kesedihan. Baru kali ini Zane melihat wajah tanpa ekspresi itu nampak di raut mertuanya. Dengan tanggap, Zane bangkit dan mempersilahkan Ronald untuk duduk di sofa panjang tak jauh dari meja kerjanya. Ia paham, Rona

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status