Share

INTERMEZZO

Reyna melirik ke sekitar untuk mencari sosok yang menjahilinya. Ia akhirnya menjadi kesal karena tidak mendapatkannya. Suasana semakin tegang karena hujan semakin deras. Angin kencang terus berhembus, dan diiringi gemuruh dari langit.

Sehingga tetesan air hujan itu tak sengaja membasahi sebelah tubuhnya. "Hei ...," panggil seseorang tak kasat mata dengan parau sekali. Bulu kuduk Reyna semakin merinding mendengar bisikan seseorang. Tapi ia tidak berhasil menemukan wujudnya.

Berkali-kali tubuh Reyna seperti merasakan dibelai oleh seseorang. Sayang dan nihil, perbuatan makhluk itu tidak berhasil Reyna tepis lebih cepat. Reyna merogoh ponselnya, harap-harap ia bisa mendapatkan ketenangan dan sedikit cahaya. Low battery, apes ponsel Reyna mati di saat Reyna membutuhkannya.

"Aku suka sekali baumu ...," bisik sosok itu semakin membuat Reyna merinding tak karuan. Perasaannya sudah tak menentu dengan gangguan itu. Ingin sekali ia menerobos hujan deras di tengah malam. Tapi apalah daya perjalanan yang sangat jauh sekali serta minimnya cahaya belum lagi akses jalan yang terjal membuat Reyna mengurungkan kembali niatnya.

Reyna berusaha bertahan seorang diri di tengah gentingnya suasana. Gusar, dan bimbang sekali ia saat itu karena tak mendapatkan pencerahan sama sekali. Sangat takluk, nyalinya menciut, keberaniannya sudah sirna, ia kehabisan akal untuk menenangkan dirinya.

Karena satu alasan yang tak bisa diutarakan ia benar-benar harus menerima realita yang sesungguhnya. Reyna menggigit kuku jemarinya yang lentik untuk mengalihkan kegusaran.

"Fuuuuu," hembusan angin lembut lagi-lagi meniup tengkuknya. Reyna tidak bisa menyangkal kalau ia sekarang benar-benar ketakutan. Jantungnya berdegup kencang tak mentu. 'Cih! Dasar hantu sialan!' lagi batin Reyna menggerutu sebal.

Membaca sepenggal ayat suci yang ia hafal. Harap-harap dedemit itu pergi tak mengganggunya. Semakin kencang ia membaca, semakin kuat godaan yang dibalas oleh dedemit itu. Bahkan ia sampai tertawa dengan tingkah Reyna yang kebakaran jenggot.

"Aku sangat menyukai baumu, Reyna ...," lirihnya membuat Reyna terperanjat. Dan itu sangat jelas sekali di telinga Reyna. "Siapa kau? Aku ke sini hanya untuk berteduh bukan bermaksud menganggumu!" pekik Reyna memberanikan diri.

Hanya tertawa cengingisan menjawab pertanyaan Reyna. Reyna geram, lagi ia menyisir tempat itu lebih teliti. Dan—tubuhnya merasakan ada seseorang yang berdiri di sampingnya saat ini.

Perlahan ia melirik sosok itu dengan perasaan tak menentu. Terlihat jelas bayangan hitam dari ekor mata Reyna. Memutar kepalanya sekitar sembilan puluh derajat ke arah samping kiri. Dan tak sengaja matanya tertaut pada sosok yang ia hindari sendari tadi.

Sangat menakutkan untuk Reyna yang pertama kali baru melihatnya.  Ketika mendapati siapa yang terus menggoda dan menjahilinya terus menerus. Setengah sadar Reyna menatap sosok itu.

Tatapan yang sendu dan pilu, namun hampa tak menyimpan binar cahaya. Sehingga mereka terus saling bertatapan satu sama lain semakin erat dalam lamunan. Reyna tak sadar dengan segala ketakutan yang ia alami saat melihat sosok itu.

"Hei!" selanya sambil menyeringai dengan senyum menakutkan. Spontan Reyna terperanjat. Melompat. Dan tersungkur sampai-sampai motornya jatuh menimpa tubuh Reyna.

Reyna mencoba mengerjapkan matanya. Harap-harap itu hanya mimpi. Sial. Memang benar itu penampakan sosok yang mengerikan di depannya. Wanita itu melihat muka yang sudah setengah hancur.

Bau danur mulai menyeruak mengganggu indra penciumannya. Ia tidak bisa bertahan dengan pemandangan dan suasana yang menyeramkan ini.

Rasanya benar-benar lemas saat bisa bercengkrama secara langsung dengan sosok itu. Reyna tak menyangka jika ia bisa melihat makhluk astral itu dengan mata telanjang.

'Ternyata percuma saja aku melantunkan ayat-ayatNya jika aku masih ketakutan dan tak percaya akan kuasaNya,' batin Reyna menggerutu. Sosok itu terus menatap Reyna tanpa berkedip sedetikpun. Semakin dekat ia mendekatkan wajahnya di depan Reyna yang terjebak dengan motornya.

Ia memperhatikan Reyna dengan jeli sekali. Mengendus bau Reyna yang menarik baginya. Dan sesekali Reyna memalingkan mukanya karena merasa jijik. Belum lagi bau amis dan anyir yang sangat memuakan bagi hidung mancung Reyna.

Makhluk astral ini masih bertahan dengan senyum termanis menurutnya. Dengan wajah yang setengah hancur, kulitnya sudah mengelupas, terlihat daging segar yang dihiasi belatung kecil di setiap pori-porinya.

Walaupun sudah setengah botak karena seperti terlindas sesuatu. Dedemit ini masih asyik memandangi Reyna yang ketakutan setengah mati. Sesekali ia menyentuh wajah Reyna yang mulus itu.

Bagaimana tidak? Bukan setengah wajah yang hancur,  tapi memang setengah tubuhnya hancur. Bahkan sisi tubuh yang lain benar-benar hangus terbakar. Dan menyisakan daging diantara pipi hingga dahi saja. Serta satu bola matanya terlihat utuh masih terjerat dengan syaraf dan urat.

Walaupun memang sudah tidak berfungsi seperti manusia pada umumnya. Lagi secara perlahan ia mendekati Reyna dengan hati-hati.

Niat hati ingin menakuti Reyna, ia malah iba dengan kesialan yang dialami Reyna kala itu. Ternyata perlakuannya terlalu berlebihan. Reyna yang sudah tidak kuat dengan bau dari makhluk itu, spontan langsung memuntahkan isi perutnya.

Hueekk!

Dan cairan serta makanan yang ia simpan di dalam perut, keluar dengan suka cita begitu saja. Demit yang merasa tak enak karena menganggu sampai membuat mual Reyna, segera membopong Reyna untuk bangkit.

"Maafkan aku, Reyna ...," lirihnya menyesal. Reyna mencoba bangkit dari jatuhnya itu. Baru kali ini ia mendengar sosok makhluk astral meminta maaf padanya. Mundur beberapa langkah karena masih ngeri dengan wujudnya.

"Kenapa kau menjauh dariku? Padahal kita sering sekali bertemu di mimpimu,"

"Kau bisa bicara? Dan bagaimana bisa kau-"

"Aku selama ini selalu ada bersamamu, dan sampai kapanpun aku selalu setia berada di sampingmu sebagai pelindung dirimu, Reyna."

"T-tunggu, a-apa maksudmu selalu berada di-sisiku?"

"Reyna Putri Harum, namamu selalu melekat di dalam jiwaku hingga kapanpun. Karena aku 'lah yang selalu setia mencintaimu tanpa syarat apapun!"

"SIAPA KAU?" tandas Reyna yang kebingungan.

"Apa kau lupa padaku? Seorang pria yang pernah mencintaimu setulus hati-bahkan rela mempertaruhkan nyawa,"

"Aku tidak mengerti apa yang kau maksud! Dan mengapa kau terus mengikutiku selama ini! Kau pembual! Apa buktinya kau selalu membuntutiku, hah?"

"Kau tidak perlu tahu itu! Yang perlu kau tahu saat ini adalah—" sahut demit itu sambil menghela nafas panjang karena berat untuk menjelaskan

"Kehadiranmu membawa malapetaka bagi seluruh calon pengantin pria yang akan mempersuntingmu!"

"A-apa?"

"Ya, kelahiranmu ke dunia ini hanyalah menjadi wanita bergelar bahulaweyan."

DEG!

"Apa yang kau maksud itu, aku wanita pembawa sial? Ah, aku tidak percaya! Itu hanya takhayul!" balas Reyna sambil mempersiapkan dirinya untuk melanjutkan perjalanan. Reyna hanya terkekeh mengingat apa yang dikatakan demit itu sama persis dengan seluruh keluarganya.

"Ingat kata-kataku dan percayalah kali ini saja. Kau tidak akan pernah bisa menikah selain menikah denganku!" ancam demit itu sambil berlalu entah kemana ia pergi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status