Share

Menikahi Roh
Menikahi Roh
Penulis: Mayaagne1016

GAGAL LAGI

Malam yang hening dengan semilir angin yang lembut membelai tubuh wanita bernama Reyna. Rasanya sudah tidak sabar menunggu hari esok. Semua orang telah tertidur lelap karena kelelahan untuk persiapan besok. Namun Reyna tetap antusias menunggu pagi yang indah tanpa merasa mengantuk.

"Semoga esok akan menjadi langkah terakhir aku gagal menikah. Fyuh!" terangnya penuh harap.

Ingin sekali Reyna tertidur walaupun hanya beberapa menit saja, tapi sulit sekali. Ia mencoba memutar lagu relaksasi untuk pengantar tidur.

Membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Diiringi dengan suara musik, akhirnya wanita itu bisa terlelap dari segala penatnya. Mimpi-mimpi Reyna mulai muncul di benaknya. Semakin lama Reyna larut dalam ketenangan mimpi dalam tidurnya.

Saking terlelapnya Reyna, mentari yang muncul dari ufuk timur tidak ia rasakan. Pagi yang tentram itu hilang, karena suara gaduh beberapa orang.

"Apa? Enggak mungkin! Coba kamu cari tahu kabar terupdate tentangnya! Mana bisa seperti ini!" teriak salah seorang wanita dengan gemetar.

Rasanya baru 10 menit Reyna terlelap. Tapi keributan sudah terjadi di pagi hari yang sendu.

Tampak langit sedang mendung menyembunyikan sesuatu. Reyna terperanjat dan mencoba bangun dari tempat tidur.

Langkahnya masih terhuyung-huyung karena baru saja ia terbangun. Masih mengantuk dan mata setengah terpejam Reyna menghampiri sumber keributan itu.

"A-ada apa ini, Bu?" sosor Reyna parau.

Orang-orang yang berada di situ terkejut dengan kedatangan Reyna yang mendadak sekali. Mereka mencoba bungkam, tidak berani mengungkapkan kebenaran yang menyakitkan.

Sebisa mungkin ibu Reyna harus tegar di depan anaknya. Memapah anaknya itu untuk kembali masuk ke dalam kamar. Ibu Reyna hanya bisa menangis sesenggukan sambil memeluk anaknya itu.

Anak semata wayang satu-satunya ini selalu mengalami kesialan. Lagi dan lagi ibu Reyna menangis semakin tersedu-sedu membuat Reyna kebingungan.

"Katakanlah, Bu! Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Reyna kebingungan karena melihat ibunya terus menangis.

Ia tidak menyangka ternyata kutukan itu masih melekat hingga ketiga kalinya. Gagal lagi hingga Reyna merasa depresi dengan apa yang di alaminya.

"Maafkan ibu, Nak! Maafkan ibu ...," rintih ibu Reyna semakin membuatnya tak enak hati.

"Maafkan ibu. Karena ini ulah ibu ... kau-kau—"

"Enggak mungkin, Bu. Enggak! Ibu pasti bohong 'kan?" sela Reyna seiring air mata mulai membasahi pipi.

Ibu Reyna hanya bisa diam dan terus menangis. Ia tidak tahu harus bicara apa lagi pada anaknya itu. Janji hanyalah janji, ia tidak bisa menepatinya untuk kesekian kali. Habis sudah kesabaran Reyna saat itu.

Tangis Reyna meledak semakin keras. Rasa sakitnya sudah tidak bisa di bendung lagi oleh apapun. Tidak ada kata yang tepat untuk menjabarkan duka dan lara Reyna. Ia meraung-raung memohon calon suaminya kembali ke dunia ini.

Kehilangan sosok yang benar-benar sudah terajut. Reyna tidak bisa semudah itu menerima kenyataan pahit. Kesialan sehari menuju pernikahan selalu dirasakan Reyna setiap saat. Entah itu calon suami Reyna kecelakaan ataupun mati.

Ia benar-benar tidak bisa menerima lagi kejadian pahit ini. Mengapa harus dirinya yang menjadi korban kutukan ini.

Tidak ada wanita yang kuat gagal menikah sudah enam kali. Selalu saja merenggut kebahagiaan Reyna tak mengenal waktu. Reyna menangis sejadi-jadinya di pelukan sang ibu. Ia benar-benar depresi berat karena kehilangan lagi calon suaminya.

"Ibuuuu!! Apa Reyna ini manusia terkutuk yang tidak layak untuk bahagia? Mengapa Tuhan enggak adil sama Reyna? Kenapa, Bu? Kenapaaaaa ...," lirihnya lagi berat.

Pagi yang seharusnya bahagia kini berubah menjadi luka terberat Reyna. Ia kehilangan arah hidupnya karena hal ini.

Semua orang merasa kasihan dengan apa yang dialami Reyna. Tak jarang mereka selalu menyudutkan kejadian ini pada kepercayaan adat jawa zaman dahulu.

"Tuhkan bener kata aku. Reyna itu perempuan bahu laweyan! Pantesan aja cantiknya enggak normal, mending kaya aku apa adanya tapi bisa nikah! Lagi, kenapa sih Bu Allen mau-maunya ngurusin anak pembawa sial kaya dia, hih!" sosor seorang sanak saudara Reyna membuatnya naik pitam. Ya, Ibu Allen adalah panggilan akrab untuk ibunya Reyna.

"Hish kamu ini! Jangan ngomong sembarangan kaya gitu! Kasihan Reyna!" bela saudara Reyna yang lainnya.

Reyna berdiri dan menerobos keramaian kala itu. Ia mencari siapa yang berani mengumpatnya saat berduka. Ia menjambak rambut perempuan itu dengan sekuat tenaga. Reyna benar-benar marah dengan omongan keluarganya.

"SIAPA YANG KAU BILANG AKU PEMBAWA SIAL, HAH! SIAPAAAA! JAGA OMONGANMU WANITA MURAHAN!" pekik Reyna sambil menjambak rambut wanita itu dengan keras.

Ia membanting wanita yang menghinanya kala itu. Hanya bisa meringis kesakitan, sebisa mungkin orang-orang disekitarnya melerai percekcokan itu. Tapi Reyna semakin kuat melawan karena benar-benar murka. Rasanya bukan sosok Reyna dengan tenaga badass seperti itu.

Semua orang kewalahan dengan tingkah Reyna seperti orang kesurupan. Reyna terus menghujani wanita itu dengan pukulan.

"Nak, Astaghfirulloh! Istighfar! Sadar, Nak." Sela ibu Reyna membantu melerainya. Lagi Reyna hanya bisa menangis di pelukan sang ibu.

Mereka membawa lari korban untuk ditangani lebih lanjut. Ibu Reyna tak henti memeluknya dengan hangat. Hanya ini yang bisa dilakukannya untuk menenangkan sang anak. Ia tahu keadaan anaknya tidak baik-baik saja.

Hingga semenjak kejadian itu, Reyna benar-benar menarik dirinya pada kesendirian. Ia tidak mau mengambil pusing lagi masalah perjodohan ataupun pernikahan.

Reyna banyak berubah menjadi wanita yang gampang tersinggung dan banyak diam. Tak jarang warga sekitar selalu menjadikan sosok Reyna sebagai bahan pergunjingan.

Namun Reyna kali ini lebih kuat menghadapi kenyataan yang sesungguhnya. Ia tidak mau mengambil pusing cibiran tetangganya.

Menjadi pribadi yang lebih cuek dan hanya menyayangi dirinya sendiri serta ibunya. Itu sudah cukup Reyna lakukan.

"Bu, Reyna berangkat dulu ya." seru Reyna sambil berpamitan. Ia memeluk dan mencium punggung tangan sang ibu. Berlalu dan meninggalkan rumah penuh kenangan itu untuk pergi ke suatu tempat.

Sedang asyiknya ia menikmati perjalanan, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Terpaksa Reyna menepi di sebuah rumah tua untuk berteduh.

Hari sudah semakin larut, tapi Reyna belum sampai juga ke tempat yang diinginkannya. Ia mengamati keadaan sekitar yang lumayan sepi.

Sedang asyiknya Reyna memainkan ponsel. Ia merasa ada seseorang mengamatinya dari belakang. Ia menoleh kebelakang untuk mencari seseorang yang bersembunyi. Tapi tidak ada seorang pun di dapatinya.

Lagi Reyna kembali fokus pada ponselnya sambil menunggu hujan reda. Tapi ia merasakan ada yang menepuk pundaknya pelan. Memberanikan diri untuk menoleh lagi kebelakang. Tapi nihil tidak menemukan seseorang yang bisa terlihat oleh mata.

Bulu kuduk Reyna mulai merinding ngeri. Waktu sudah menunjukan pukul 2 malam. Tapi hujan semakin deras sehingga ia harus bertahan di tempat itu. Reyna bolak balik mengecek siapa yang terus menjahilinya hingga kesal.

"HEI! SIAPA KAU! JANGAN MENGANGGUKU TERUS!" bentak Reyna kesal. Sehingga memancing angin lembut meniup tengkuknya dengan jelas.

Ia meraba tengkuknya yang mulai dingin tak jelas. Reyna harus tenang dan saat ia menengok ke sampingnya. Ia mendapati muka yang benar-benar hancur menatapnya dengan intens.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Gifany Chan II
bener2 greget sama sodaranya reyna kek mulut netizen .........
goodnovel comment avatar
Bearyl Draw
Ngena banget adegannya thor ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status