Bab 17 : Adu mulut (Bunglon vs hidung belang)Hingga Tisa akhirnya menendang Alex hingga tubuh Alex terjatuh dan Ia memekik kesalitan. Tentu saja aksi Tisa itu mendapatkan banyak sorotan dari orang-orang di sekitaran caffe. Akhirnya, Tisa pun membantu Alex untuk berdiri dan duduk."Kau ini laki-laki atau perempuan? Main tendang sembarangan. Untung nggak kena punyaku!" Celetuk Alex sembari kesal. Ia juga memperhatikan kesekeliling dan meminta maaf atas kejadian tadi."Terserah Lo mau ngomong apa! Gue nggak perduli! Lagian, anggap itu peringatan karena lo berani pegang masker gue!" Tegas Tisa.'Baru gue pegang maskernya, gimana kalo pegang tangannya. Ni cewek beda banget sama Tira. Beda seratus delapan puluh derajat!' Batinnya sembari tetap kesal karena ulah Tisa."Gue ngajakin Lo kemari cuma mau bilang, kalo gue tadi siang ngeliat Tira. Dia sepertinya menuju bandara dan seseorang membawanya. Dia benar-benar diculik.""Kenapa nggak dari awal bilang? Kita bisa lapor polisi. Beres kan?! N
Bab 18 : Ada apa semalam?Mereka berdua pun masuk ke kamar untuk tidur. Saat Tisa masuk kamar, Ia melihat tirai pembatas di atas ranjang mereka. Yang memisahkan tempat tidur keduanya."Apa itu?" Tanya Tisa pada Alex."Tentu saja ini tirai pembatas. Biar bagaimanapun aku pria baik-baik dan bukan pria sembarangan jatuh hati pada wanita, apalagi wanita modelan kamu!" Ucap Alex pada Tisa."Dari pada tidur satu ranjang, lebih aman seperti ini," ucap Tira langsung mengambil bantal dan juga selimut kemudian Ia menggelarkannya di atas lantai."Aku lebih suka tidur di bawah. Untuk berjaga-jaga saja," ucapnya pada Alex. Raut wajah Tisa memperlihatkan jika dirinya tak percaya jika Alex bukan pria hidug belang seperti apa yang Ia katakan.Alex yang kesal, langsung menggulingkan tubuhnya di atas ranjang empuk kemudian menutup matanya dengan ekspresi kenyamanan. Tentu saja itu semua Ia lakukan agar Tisa iri padanya."Cih! Kekanak-kanakan!" Serunya langsung menutup.semua bagian tubuh dengan selimu
Bab 19 : Takut ketinggianTisa heboh mencari dimana asal kebakaran yang dimaksudkan Alex. Alex malah terkekeh melihat tingakah Tisa. Tisa yang merasa dipermainkan, langsung mencubit Alex hingga Alex memekik kesakitan dan minta ampun pada Tisa."Iya iya maaf, habisnya kamu malah tidur. Siapa suruh," celetuk Alex."Asal lo tau, gue ketiduran dan bukannya tidur! Gue juga gini gara-gara tidur lo yang kayak kebo. Oh ya, kalo kakak gue tau kalo tidur Lo itu kayak kebo, dia pasti nyesel nikah sama Lo.""Jangan sembarangan! Tira itu adalah orang yang paling mencintai gue lebih dari dirinya sendiri,""Kepedan lo!" Yah, begitulah Tisa dan Alex seperti kucing dan tikus jika sudah berdebat. Tak ada hentinya hingga mereka berdua tiba di bandara.Saat tiba di bandara, mereka disambut oleh Rendi yang merupakan tangan kanan Alex. Ia membantunya membawa barang dan segera duduk di ruang tunggu karena beberapa saat lagi, mereka akan terbang ke Bali."Ren, lo dah pastikan seseorang buat mantau kan, di B
Ban 20 : Titik terang keberadaan TiraAlex pun menggaruk tak gatal kepalanya dan membalikan badannya lagi kemudian pergi dari tepatnya berdiri tadi.Sementara di kamar, Tisa benar-benar merasa ada yang aneh pada dirinya saat bertemu dengan Alex. Ia masih menyandarkan tubuhnya di pintu dengan tangan masih memegangi dadanya. Ia juga tak bisa mengendalikan napas dan akhirnya Ia kesal pada dirinya sendiri."Ah! Ini pasti gue udah gila! Benar-benar gila! Ish!" Ucapnya langsung pergi ke kamar mandi dan mengguyur dirinya dengan air dingin, berharap Ia akan kembali normal setelah membersihkan dirinya.***Sementara itu di kamar yang lain, Alex masih mengobrol dengan Rendi. Obrolan receh saat dua orang pria dewasa pada umumnya."Tadi itu adeknya Tira? Kok mirip?" Tanya Rendi dengan tingkat kepo yang begitu tinggi."Kagak! Siapa bilang mirip? Jauh! Ibarat kata, tanah sama langit!" Jawab Alex mempertegas."Jelas-jelas wajahnya mirip. Apanya yang beda?""Hmm! Kalo wajah sih, iya mirip. Tapi kalo
Bab 21 : Kemana Tira menghilang?Tisa terbengong melihat foto Tira di sana. Baru saja Ia membayangkan jika hidupnya akan kembali normal karena satu langkah lagi Tira akan mereka dapatkan. Namun, fakta baru pun muncul kala Polisi wanita itu memperlihatkan foto Tira pada Tisa."Memangnya dia kenapa?" tanya Tisa menatap pada Polisi wanita yang menanyainya."Dia kabur dari rumah sakit dan pihak keluarga sedang mencarinya," jawab Polisi wanita itu pada Tisa sembari menatapnya dengan lekat. Polisi menyadari sesuatu saat melihat Tisa. Polisi itu menatap lekat Tisa dan kemudian duduk di samping Tisa kemudian membuka topi yang Tisa pakai."Kenapa kau sepertinya mirip dengan otang yang kami cari?""Ah! Jangan bercanda. Ini sama sekali tidak lucu dan ini tidak mirip." Ucap Tisa berusaha menyangkal."Bisa kau tunjukan kartu tanda penduduk?" Tanya Polisi itu."Baik," ucap Tisa sembari merogoh saku celananya.'Sial! Gue pasti bawa kartu tanda penduduk punya Tira. Gimana ini? Gue lari atau gimana? A
Bab 22 : FirasatAlex kaku dan Ia hanya tersenyum saat ketiga orang yang ada di hadapannya bertanya apa yang tengah dipikirkan oleh Alex."Apaan sih! Kompak banget nanyain gue! Cuma lagi mikir aja. Kemungkinan terbesarnya Tira kemana. Apa jangan-jangan ke rumah sodaranya, atau teman atau kerabat? Kita kan nggak tau. Salah ya, kalo mikir gitu?" Ucap Alex pada semuanya."Hmm! Lo bener soal rumah sodara. Di sini emang kita ada sodara dan kerabat. Tapi, nggak mungkin juga Tira ke sana. Secara, sodara yang di Bali nggak terlalu deket juga. Parahnya, dia selalu nyinyir soal keluarga kita. Jadi, aku rasa nggak mungkin deh!" Ucap Tisa yang baru ingat jika di Bali ada kerabat jauhnya. Hanya saja, persaingan diantara keluarganya juga kerabatnya membuat Tisa enggan ke sana."Tapi kalo menurut gue, kita harus cari dia ke rumah sodaranya. Siapa tau dia ada di sana. Kalo nggak dicoba, kita nggak akan pernah tau hasilnya kan?" Jawab Evan dan Rendy menyetujuinya."Yaudah, lo nggak usah ikut kalo taku
Bab 23 : DitemukanTisa menoleh, melihat pada orang yang menegurnya. Sungguh Ia merasa akan ketahuan. Apalagi, yang memanggil namanya itu sembari memegang pergelangan tangannya. Tisa perlahan membuka matanya dan Ia bernapas lega kala Ia lihat orang yang ada di hadapannya itu adalah Alex."Lo?! Ngapain lo di sini? Kok lo tau, kalo gue di sini? Bukannya Lo nyari ke rumah ..."Alex menutup mulut Tisa dengan tangannya dan membawanya ke ruang tertutup.Tisa yang tak bisa bernapas, menginjak kaki Alex dan Alex memekik kesakitan hingga tangannya yang Ia gunakan untuk menutup mulut Tisa pun terlepas. Tisa bernapas lega."Lo mau gue mati?" Ucap Tisa kesal."Lagian, lo nyerocos mulu kayak petasan banting!""Lo, yang ngagetin gue! Lagian bukannya Lo sama Rendy dan Evan? Ngapain ke sini? Jangan bilang kalo Lo, khawatir sama gue?!" "Apa?! Narsis! Gue cuma mau periksa rumah sakit, tadi. Tapi gue liat Lo masuk ke sini. Yaudah gue ikutin," jelas Alex."Yaudah lo ikut gue dan pake masker," Tisa membe
Bab 24 : Menyelamatkan TiraTisa tak bisa berkata apapun saat Tira bertanya akan hal itu. Ia kaku dan membuat Tira semakin curiga."Apa ada yang disembunyikan? Apa? Buruan bilang!" Kata Tira pada Tisa.Lagi-lagi Tisa memandang pada Alex, seolah Alex harus menjelaskan semuanya."Apa nggak ada yang bisa jelasin?" Tanya Tira lagi."Sekarang itu nggak penting. Yang terpenting sekarang adalah gimana caranya kami bawa kamu, sayang," ucap Alex pada Tira sembari mengelus rambut panjang Tira.Tisa membuang wajahnya saat Ia melihat Alex mengelus rambut panjang Tira yang masih memakai perban.Tiba-tiba saja, Alex dan Tisa dikejutkan dengan suara sepatu yang sepertinya akan masuk ke ruangan itu. Tisa dan Alex pun langsung lari ke kamar mandi untuk bersembunyi. Mereka bedua mendengarkan sebuah percakapan di sana."Jadi bagaimana? Apa sekarang saja kita bawa dia?" Tanya Dokter."Nggak. Jangan sekarang, biarkan dia istirahat semalam lagi di sini. Banyak orang yang mengincarnya," Mendengar suara itu