Share

Bab 9

"Ayah…."Aku mencoba menyapa Ayah yang datang, dengan eskpresi setengah mengantuk. Menjaga Mom pasti membuatnya lelah. "Kenapa Mrs Barnet ada dirumah ini, siang-siang?" Dia berjalan tanpa memandang puteri angkatnya yang sedang menatapnya. "Ayah.. Kenapa memanggilku mrs Barnet? Aku kan masih puteri Ayah" jawabku, yang mencoba riang. Ayah terlihat sedikit aneh.

Ayah tak menjawab. Dia bahkan tak menatapku. "Pergilah, ini bukan tempatmu sekarang Nak" Perkataan Ayah membuat keningku mengerut. Ada apa dengan Ayahku? Tadi malam Dia tak bermasalah denganku.

"Ayah kenapa?" Aku mendekatinya.

"Wanita yang baru menikah satu hari seharusnya bersama Suaminya"

"Aku diijinkan datang kesini, Ayah tak perlu cemas"

"Tapi Ayah yang cemas, Kau tak tahu kan tabiat Suamimu."

Oh, kurasa itulah alasan Ayahku marah. Mungkin apa yang Dia saksikan tadi malam, membuatnya ragu pada Rumah tangga baruku. Anthony Garret Barnet tak hanya membuatku marah, tapi juga Ayahku. "Kau sadar siapa yang Kau nikahi kan?" tanya Ayah, kali ini Dia menatapku, dengan tatapan menyesal. Mungkin Dia baru tahu telah memasukkan anaknya kedalam lubang buaya KELAS BERAT.

"Aku mencintai Anthony…." Meskipun bohong, kata-kata itu akan menjadi senjataku ketika tak ada satupun yang percaya kami menikah karena suka sama suka. Ayah mendecak, Dia benar- benar tak percaya (kurasa itu adalah naluri Ayah). "Apa Dia mencintaimu?" tanyanya balik, tanpa basa-basi.

"Tentu, makanya Kami menikah" Aku berbalik dan kembali menuju dapur, dekat Kulkas. Ayah belum membalas apapun. Kurasa Dia menahan dirinya untuk bertanya lagi. Karena jawabanku memang saklek, artinya Aku tak mau ditanya lagi. "Ayah sudah makan?" tanyaku, semoga suasana teralihkan setelah ini. "Apa Anthony tahu kau disini?" tanya Ayah. "Sudah, besok kami akan bulan madu, jadi Aku kemari dulu"

Ayah akhirnya beranjak, mendekatiku dan duduk dibalik meja dapur. "Kudengar Anthony pernah punya anak… tapi Dia tak mengakui anak itu"

"Bukan anaknya, itu yang kutahu" Aku jadi ingin bertanya, seberapa banyak gosip yang sedang berputar disekitarku sampai-sampai Aku tak tahu, Suamiku ternyata punya kisah yang diketahui semua orang, bahkan Ayahku. "Oh, baguslah. Berarti Anthony jujur padamu" Raut wajah Ayah kembali segar. Mungkin yang membuatnya terlihat menua tadi adalah "Dia baru tahu telah menikahkan Puterinya pada Pria bermasalah" kurasa begitu.

"Ayah, tak perlu cemaskan Aku, Aku menikah dengan Pria baik" ingin sekali Aku menampar diriku sendiri karena telah menyebut Anthony Pria baik.

"Hm.. kuharap Kau benar- benar mencintainya, bukan apa yang Dia punya"

Aku terdiam, dan menarik napas dalam. Tidak, Aku tidak jatuh cinta pada uangnya, tapi Aku butuh uangnya. Maafkan Aku Ayah. Aku membohongi semua orang, termasuk Pria baik sepertimu. "Ayah mau Hotdog?" tanyaku kemudian.

"Ya.. boleh" Sahutnya yang kemudian duduk dan kursi bartender. "Pengantin baru ini akan membuatkan hotdog terbaik untukmu."

"Oke.. Ayah akan menunggu"

"Baik, akan kubuat yang terbaik"

"Apa kau sudah bertemu Martha?"

"Dia ada dikamarnya, sebelum bertemu Ayah, Aku juga mengobrol dengan Martha" jawabku, sambil membelah calon roti hotdog, yang tadi kubeli.

"Kukira Dia akan keluyuran"

Aku mendeham tersenyum. Dalam hati Aku mengumpat, "Dia bukan keluyuran, Dia membawa mangsa tak terduga dan membuatku marah). Seketika Aku teringat sesuatu, Aku kesini kan untuk memberitahu Aku akan membantu pengobatan Ibu. "Ayah, Aku akan membantu pengobatan Mom"

"Kau tak perlu repot-repot… Ada Martha"

"Ayah…. Sudah saatnya Aku juga membantu… Aku ingin berbakti pada Kalian yang membesarkanku dengan cinta"

Ayah terdiam, menyapu mukanya. Wajahnya seperti memiliki beban lain yang ingin Dia hempaskan. "jadi… selama ini, Kau tidak menganggap Kami keluarga aslimu..?" tanyanya, terdengar tak menyenangkan. Tanganku segera menghentikan potongan tomat yang baru kuiris dua potong. "Apa yang Ayah bicarakan? Tentu saja, Aku adalah bagian dari keluarga Sinclair, kita akan memecahkan masalah bersama"

Ayah masih berkutat pada sikapnya yang enak dilihat itu. "Biar kutanya sekali lagi, Kau tidak menikah karena uang kan?"

"Aku mencintai Anthony. Dan uangnya, adalah hal lain yang kubutuhkan. Aku manusia biasa, bohong Kalau Aku tak butuh uang"

"Ha….h, astaga.. kukira Kau anak polos yang tak memikirkan pikiran seperti itu, Ck. Karena usaha Ayah bangkrut, dan kita tak punya uang membayar pengobatan Petra" Lagi, Ayah menyalahkan apa yang telah terjadi. "Ayah, cukup. Ayah punya dua putri yang sudah dewasa, sudah seharusnya Kami membantu Ayah"

"Tidak Honey. Jangan, simpanlah uangmu. Suatu saat mungkin Kau akan membutuhkannya"

"Tidak Aku –"

"Turuti kata-kata Ayah, atau kau tidak boleh datang kerumah ini" Ayah benar-benar punya harga diri yang tinggi. Dan itu membuatku marah, bahkan memikirkan hal lain.

"Bila seperti ini, Aku …. merasa bukan bagian dari Keluarga Sinclair" jawabku, yang menunduk ditempatku. "Aku bukan anak kandung Ayah, jadi Ayah tak menerima bantuanku…" Ya, Untuk sesaat Aku merasa patah hati, Ayahku menolak bantuanku.

Kembali, Ayah mengusap wajahnya. Kata-kataku tidak salah, sungguh Aku ingin membantu. "Kau sudah mulai punya sikap membantah" umpatnya. Kulihat raut wajahnya berubah, tak seperti tadi. "Ayolah Ayah, Aku bukan menghasilkan uang dengan penari latar" jawabku, mengingat Kata kakakku tadi.

Ayah masih terdiam, tapi matanya mengunci mataku. " Kau… pandai juga merajuk ya.. Baiklah… Tapi Kau tak boleh memanfaatkan suamimu, Kau mengerti?"

Aku tersenyum sumringah, tak kukira Ayah akan setuju. "I Love you Father!!" Aku memeluknya dengan erat pundaknya dan mencium pipinya. Usahaku tak sia-sia. Akhirnya Kami keluar dari masalah. Uang dari Grandma Hilda akan kugunakan sebaik-baiknya. "Jangan lupa jenguk Ibumu setelah bulan madu" sahut Ayah, ketika kulihat sunggingan senyum menghiasi wajahnya.

"Tentu.. nanti, Aku akan jenguk Mom!" Aku senang, dan lebih senang lagi, ketika Ayah tak bertanya banyak dengan pernikahanku. Thomas Sinclair selalu menjadi Ayah terbaik untukku. Dan Petra, Aku akan mengunjunginya nanti, karena kurasa alasan kepulangannya tadi malam pasti ada hubugannya dengan raut wajah sendu Ayah saat bertemu tadi. "Kapan kau akan berangkat?" tanya Ayah.

"Aku tidak tahu kemana Anthony akan membawaku" jawabku. Kemanapun sebetulnya tak peduli. "Mungkin Dia sengaja merahasiakannya"

"Hmm, rahasia…" Dagu Ayah bermanggut-manggut, kening kanan atasnya juga ikut mengangkat.

"Ya, rahasia"

"Ayah jadi penasaran kemana Dia akan membawamu.."

"Aku… juga" sebetulnya tidak terlalu sih. Toh kami juga bukan pengantin sungguhan.

"Ya, setidaknya ajaklah suamimu, datang kemari setelah bulan madu"

"Ya, Ayah akan kuusahakan"

"Ayo Ayah sebaiknya kita berpesta sedikit, sebelum kembali kerumah penuh aturan-, ah,.. ayah tahu lah rumah Anthony bukan rumah sembarangan" Ya, rumah itu didesain untuk mengurung wanita pecinta uang sepertiku. 

"Apa... kau baik-baik saja disana?"

"Aku... baik? Hanya sehari tinggal tak membuat kepalaku pusing ayah, hanya saja banyak aturan, dan dimanapun keluarga tempat kita tinggal sebelumny adalah yang terbaik" Aku tidak mengerti arah oomonganku sendiri, tapi sudahlah. 

"Kau sepertinya butuh istirahat, sebaiknya kau pulang saja-"

"Oh, Ayolah Ayah, berbaik hati sedikit padaku dongg... Aku anak dari rumah ini. Aku akan pulang. Ayah lihat sopir Anthony didepan kan? Ya, Aku juga ditunggu untuk pulang, jadi biarkan aku disini ya plissss...."

Ayah yang masih tertegun tak bersuara. 

"Biarkan saja Dia ayah... dia nanti nangis darah kalau dilarang" baik, kuampuni Martha hari ini, karena telah menolongku. 

"ya, baiklah... ingat, karena kamu ditunggu, jangan bablas atau Athony akan memarahiku!"

"Jangan peduikan Dia, aku kan ditunggu sopir, Dia takkan mencariku Ayah" Aku segera mengambil beberapa selada di meja makan dan memasukkannya bersama daging asap ) yang entah sejak kapan sudah ada dimeja sana)

Ayah pasti sedang mengawasiku-atas tingkah lakuku. Tapi satu yang kutahu, Aku ingin menikmati momen ini sebelum besok seseorang akan menghancurkan moodku seharian. 

***

Usahakan udah bawa momongan aja deh. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status