Share

Bab 3

Author: Iyustine
last update Last Updated: 2025-12-05 12:38:22

Sepanjang perjalanan pulang yang hampir memakan waktu dua jam, Faya meringkuk di kursinya. Berpura-pura lelah dan memilih memejamkan mata. Yang sebenarnya dia sedang meyakinkan dirinya sendiri bahwa harga dirinya masih utuh, setelah pemerkosaan … ah! Apa boleh dia menyebut demikian?

Dia melirik pada sang suami. Berharap mendapat sentuhan, atau perkataan yang membuat dia merasa masih layak disebut sebagai istri terhormat. Istri yang mempunyai nilai tinggi.

Akan tetapi Alex diam saja sedari tadi. Lelaki itu tampak sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Faya, kita sampai,” ujar Alex. Nadanya terdengar datar.

Faya membuka mata. Melihat gerbang rumah mereka baru saja dilewati mobil yang mereka tumpangi.

“Turun di samping barat, Pak!” titah Alex. Yang langsung dijawab dengan suara penuh hormat oleh sopir pribadinya.

Tangan Alex terulur. Menarik lengan Faya, membuat sang istri duduk tegak. “Rapikan dirimu. Jangan mendramatisir.”

Alex turun setelah itu. Faya mengikutinya dari belakang.

“Al, pas banget!” Seorang wanita paruh baya menyambut mereka. “Sofia juga baru datang. Liat, dia bawakan Mama hadiah.”

Perempuan muda yang bernama Sofia berdiri dari kursinya. Melempar senyum dari bibirnya yang terpoles lipcream sempurna. “Dari mana, Mas?” Suara Sofia mendayu.

“Bulan madu dong,” sahut Faya cepat. Balas tersenyum. Dia meraih lengan Alex dan mengapitnya.

“Heleh, bulan madu tidak berguna buat perempuan mandul seperti kamu!” tukas Vero, ibu kandung Alex.

Sofia terkikik. Dia terlihat sangat geli sampai menutup mulutnya. “Mas, duduk yuk. Aku bawakan—”

“Aku capek.” Alex berkelit membebaskan diri dari tangan Faya, lalu mendahului berjalan menuju tangga.

Ganti Faya tersenyum. Dia harus memberanikan diri jika berhadapan dengan Sofia. Tidak boleh tampak lemah di depan gadis yang telah secara terang-terangan dibawa mertuanya untuk menggeser posisinya sebagai istri Alex.

“Kamu harusnya tau diri, Faya.” Vero menatap tajam ketika sang menantu melewatinya.  “Alex berhak bahagia.”

“Betul. Jangan egois kamu!” Sofia menuding Faya. “Keluarga Chandra memerlukan keturunan, harusnya sadar. Kamu sudah gagal menjadi istri.”

Faya tetap berjalan. Namun tiba-tiba rambutnya ditarik kencang. “Aduh!”

Saat Faya berbalik, dilihatnya Sofia melotot.

“Hormati Mama, dia sedang bicara sama kamu. Kamu pikir kamu siapa di rumah ini? Hanya orang miskin yang beruntung dijadikan menantu.” Bibir Sofia mencebik. Dia terlihat menoleh, menatap Vero. “Kalau aku jadi Mama, pasti aku sudah menamparnya. Kalau tidak, pasti dia akan lebih kurang ajar daripada sekarang.”

Vero tampak menyeringai. Dia berjalan ke arah dua perempuan di depannya. Tanpa basa basi dia melayangkan tamparan kepada Faya. Plak!

“Pergilah dari rumah ini segera. Alex itu anak Mama satu-satunya, dia berhak bahagia, kami juga berhak punya cucu.” Mata Vero mencorong.

“Aku hanya akan pergi kalau suamiku yang memintanya, Ma,” sahut Faya. Dia mundur. Mengantisipasi tangan yang bisa saja kembali menyakiti dirinya.

“Aku yakin, dia ini main dukun. Kalau tidak, Mas Alex pasti sudah memilih aku yang lebih muda. Iya kan, Ma? Apalagi aku lebih seksi.” Sofia berkacak pinggang. Tampak membusung, memamerkan dadanya yang menggembung bulat.

Faya kembali mengambil langkah mundur. “Silakan coba saja. Nyatanya suamiku setia padaku.”

Vero dan Sofia serempak menggeram. Mata keduanya melotot.

Faya menahan napas. Dia berbalik badan, lalu gegas melangkah. Matanya sudah berembun. Dia selalu berharap suatu saat hubungannya dengan Mama Vero kembali manis seperti dulu. Sebelum tahun-tahun berlalu dan kehadiran bayi yang mereka nantikan, mulai menjadi masalah.

  

Air menetes di pipi Faya saat dia sampai di kamar.

“Kamu jangan terlalu meladeni Sofia.” Suara Alex mengejutkannya.

“Tapi dia sudah sangat keterlaluan, Pap. Lama-lama dia menghasut Mama untuk membenci aku.” Faya memandang suaminya. Masih memanggil Alex dengan nama kesayangan ‘Pap’, meski Alex sudah lama hanya memanggil namanya saja.

“Sudahlah, nanti kalau kamu hamil, semua akan kembali seperti semula.” Alex terlihat mendekatinya. Dia menghela napas. “Ngomong-ngomong, apa kamu menikmati sentuhan si satpam tadi?”

Faya terkesiap. Jadi Revan adalah ….

Keterkejutan Faya belum terurai, tetapi tangan Alex yang kokoh mendadak menangkup wajah perempuan itu. Menariknya dengan cepat, lalu mulai melumat bibir tebal Faya.

“Apakah dia lebih hebat daripada aku?” bisik Alex ketika dia melepas ciumannya sekejap.

Hanya sekejap, sebab Alex kembali memagut bibir Faya dengan gerakan yang lebih dalam. Lidahnya sudah mulai bergerak aktif, sambil mendorong tubuh langsing Faya menuju tempat tidur.

Tangan kecil Faya memukul pelan.

“Kenapa? Apa kamu masih kelelahan setelah meladeni permainannya?” Alex melepas ciuman panasnya. Bola mata lelaki berkulit putih itu bergerak. Terasa sedikit mengintimidasi.

Faya menggeleng.  “A-aku tidak merasakan apa-apa ….”

Alex terbahak. Tampak betul-betul tertawa lepas. Lelaki itu mundur, tangannya dia pakai untuk melepas celananya sendiri. “Tidak akan ada yang sehebat Alexander Chandra kan?”

Faya menelan ludah. Apakah Alex akan kembali membuatnya seperti mainan di atas ranjang?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 9

    Sepertinya Revan sadar jika sedang diperhatikan, lelaki itu pun menoleh. Lalu terlihat mengusap kedua pipinya bergantian dengan buru-buru. Setelah itu tampak cepat membuang muka.Faya pun menunduk. Perempuan itu menghabiskan minumnya. Lalu bergerak dan duduk di sofa. Entah kenapa, dia salah tingkah sendiri.Tidak berapa lama, pintu belakang terbuka. Revan muncul di sana. Wajah putihnya menampakkan senyum, masih seperti senyum Alex, tetapi matanya kentara memerah.“Faya… sudah bangun?” tanyanya. Revan ikut duduk. Namun memilih di kursi dekat dapur. Jarak mereka sekitar empat meter.

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 8

    “Eh, m-maaf.” Revan menelan ludah.Faya menutup wajah menggunakan kedua tangannya sendiri. Mencoba menghentikan suara isak yang tak kuasa dia tahan lagi. Bahu perempuan berkulit putih bersih itu berguncang, dan dadanya mendadak terasa sesak.Beberapa saat terus begitu, sampai Faya mendengar bunyi benda digeser di atas meja. Menimpa suara isak tangisnya.Spontan Faya melonggarkan jari jemari, sehingga dia bisa melihat tangan Revan yang berbulu halus sedang memindahkan mangkuk mie milik Faya. Revan menempatkan mangkuk itu berjejer dengan mangkuk miliknya. Kemudian lelaki tersebut terlihat mengelap meja di bagian yang paling dekat dengan Faya.Perlahan tangan Faya luruh. Wajahnya yang basah menatap Revan. Sedikit mengernyit.Revan yang tampak menyadari sedang dipandang, balas menatap Faya. Menyeringai seraya menunjuk meja, persis di posisi mangkuk tadi. “Mm… ini… barangkali kamu butuh meja untuk menangis.”“Hah?” Faya mengernyit. Mulutnya bahkan sampai terbuka melongo.“Gini maksudnya….”

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 7

    “Kenapa kamu nggak kunci pintu?” bentak Faya. Dia kebingungan. Antara mau berbalik, tetapi merasa kencingnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Namun jika tetap di situ, dia merasa malu dengan ketelanjangan Revan.“L-loh s-sudah tadi kok. Apa rusak—”“Pakai handuk, dan cepat kamu keluar!” pekik Faya. “Aduh… aku ngompol!”Air mengalir dari pangkal paha Faya. Turun cepat membasahi lantai.Revan yang semula panik, harus menahan tawa sembari menyambar handuk. “I-ini a-aku masih perlu keluar atau… ppfff….”“Kenapa ketawa? Ini semua salahmu!” geram Faya. Dia mundur, tetapi sial, lantai menjadi licin karena air seninya sendiri.Faya merasakan tubuhnya oleng. Matanya menangkap sosok Revan yang datang bergegas ke arahnya, mengulurkan tangan. Hap, akhirnya tangan mereka bertautan.Sayangnya, lagi-lagi sial, handuk yang melilit pinggang Revan melorot, menyebabkan kaki lelaki itu terserimpet. Mereka pun jatuh. Posisi Revan di atas, tetapi dia sigap menangkupkan tangan untuk melindungi kepala Faya.K

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 6

    “Alex bilang akan membawamu ke tempat terapi sekali lagi, dan dia minta waktu enam bulan dari sekarang. Dia yakin sekali kamu bisa hamil,” kata Papa Agusto.Faya menutup wajah dengan kedua tangannya. Mata perempuan berhidung mancung itu mulai terasa panas.“Alex sangat mencintaimu, Faya.” Papa Agusto menghela napas, lebih panjang dari yang pertama. “Alex menolak untuk menikah lagi, demi kamu. Tapi keluarga ini perlu penerus… jadi Papa harap kamu ikut membujuk Alex untuk menikah lagi, jika ternyata kamu gagal hamil.”Diam. Mulut Faya terasa dikunci. Kepalanya masih penuh. Terlalu penuh.Bahkan sampai Alex datang dan membawa Faya pergi. Meninggalkan rumah mewah mereka dengan dalih pergi ke tempat terapi.“Kamu sekarang tau kenapa kamu harus cepat-cepat hamil?” Alex, yang menyupir sendiri mobilnya, berkata tanpa menoleh pada Faya.“Kenapa Pap bilang sama Papa kalau aku yang man—”“Kalau kamu nggak bisa menjalankan misi ini, mungkin Sofia bisa,” tukas Alex. Derainya menguar beberapa deti

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 5

    Faya menelan ludah. Dia melihat badan tegap Alex tengah membelakanginya, sementara Sofia berdiri tepat di depan lelaki itu.“Kamu pasti suka tubuh muda dan kencang ini kan, Al? Spesial bagian sini. Atau di….” Sofia terkikik-kikik seraya menyentuh dadanya sendiri, lalu tanpa malu, tangannya turun ke bawah perutnya.Mendadak derai tawa Sofia musnah. Matanya telah bersitatap tanpa sengaja dengan Faya, yang berada tiga meter di belakang Alex. Namun satu detik kemudian, cekikikannya justru terdengar mengudara lebih riang. “Mas, aku siap melahirkan Alex junior. Empat atau lima, pokoknya sebanyak kamu mau. Rahimku ini subur, tidak kering seperti milik perempuan tua tidak berguna itu.” Sofia mengambil tangan Alex. Terlihat jelas dia ingin mengarahkan tangan Alex ke dadanya.Faya cepat berdehem.Alex spontan terperanjat. Membalikkan badan. “Faya… ternyata kamu di sini.”“Suamiku….” Faya mendekat. Meraih lengan Alex. Dengan sengaja dia menirukan nada genit Sofia. “Kamu mencari aku kan, Sayang?

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 4

    “Agh ….” Faya menjerit tertahan ketika milik Alex mulai masuk ke tubuhnya. Perih, berdenyut-denyut sakit.Gerakannya kasar, dan terburu-buru seperti biasa. Alex langsung mengguncang tubuh langsing itu, mempercepat ritme-nya sembari mencengkeram kedua tangan Faya yang terasa meremukkan.“P-pap …. “ Faya meringis. Memejamkan mata, sebab perih yang tiada terkira di bawah tubuhnya. Terasa bagai sebilah tombak tajam yang digesekkan ke daging yang belum basah sempurna.“A-ah… P-pa… P-pap….” Perempuan seratus lima puluh delapan senti meter itu terus menjerit tertahan.Alex yang sedari tadi mengguncang sembari mendongak, kini menggerakkan leher untuk melihat wajah Faya yang tengah berjuang menahan sakit. Dia menyeringai lebar. “Katakan, Sayang. Katakan saja….”Bibir Faya bergetaran. Air mata turun perlahan.Melihat wajah Faya yang tampak lemah dan kewalahan, Alex justru tertawa, seolah-olah dia telah mencapai kemenangan atas permainan panasnya.Dengan kasar lelaki itu membalik tubuh istrin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status