Share

Bab 4

Author: Iyustine
last update Last Updated: 2025-12-05 12:39:14

“Agh ….” Faya menjerit tertahan ketika milik Alex mulai masuk ke tubuhnya. Perih, berdenyut-denyut  sakit.

Gerakannya kasar, dan terburu-buru seperti biasa. Alex langsung mengguncang tubuh langsing itu, mempercepat ritme-nya sembari mencengkeram kedua tangan Faya yang terasa meremukkan.

“P-pap …. “ Faya meringis. Memejamkan mata, sebab perih yang tiada terkira di bawah tubuhnya. Terasa bagai sebilah tombak tajam yang digesekkan ke daging yang belum basah sempurna.

“A-ah… P-pa… P-pap….” Perempuan seratus lima puluh delapan senti meter itu terus menjerit tertahan.

Alex yang sedari tadi mengguncang sembari mendongak, kini menggerakkan leher untuk  melihat wajah Faya yang tengah berjuang menahan sakit. Dia menyeringai lebar. “Katakan, Sayang. Katakan saja….”

Bibir Faya bergetaran. Air mata turun perlahan.

Melihat wajah Faya yang tampak lemah dan kewalahan,  Alex justru tertawa, seolah-olah dia telah mencapai kemenangan atas permainan panasnya.

Dengan kasar lelaki itu membalik tubuh istrinya yang kecil. Mengganti posisi seperti yang dia inginkan, lalu mulai melakukannya lagi. Masih dengan gerakan yang kasar, seakan dia mengerahkan seluruh tenaga untuk memperlihatkan keperkasaannya pada Faya.

Sampai akhirnya Alex melenguh panjang. Dan kembali mencari bibir Faya, lalu melumatnya kasar di puncak kenikmatan yang sebenarnya dia rasakan sendiri.  

Faya memejamkan mata. Berpura-pura mendesah,  harus terdengar mendesah ketika Alex perlahan turun dari tubuhnya, agar Alex tidak tersinggung.

“L-luar b-biasa, P-pap.” Faya bersusah payah untuk tersenyum.

Lelaki itu menggulingkan badannya yang mengucurkan keringat. Menyeringai lebar. “Apa tadi permainan kalian sehebat ini?”

Faya menggeleng.

Alex spontan terbahak. Terlihat begitu gembira. “Sanggup berapa kali dia dalam sekali main tadi?”

Kali ini Faya mengangkat telunjuknya. Sengaja menciptakan wajah yang mencebik, “Aku sama sekali nggak merasakan apa-apa.”

Lelaki itu kembali terbahak. Membalikkan badan ke sisi yang lain.

Faya mengira, Alex akan tidur seperti biasanya. Namun ternyata lelaki itu turun dari ranjang, lalu menarik kaki Faya. Tanpa banyak kata, Alex menuntaskan hasratnya lagi. Lebih kasar, lebih brutal.  Mengguncang sampai air mata Faya turun lebih banyak.

***

Tengah malam Faya terbangun. Mendadak perutnya sangat lapar.  Teringat bahwa sedari siang, dia memang belum makan.

Dengan sisa-sisa tenaganya Faya turun ke dapur. Dia hampir terpekik ketika menyalakan lampu dan mendapati Sofia sedang duduk di salah satu kursi. Menikmati sepiring kue.

“Ngapain kamu?” Sofia spontan memasang wajah galak. Padahal sedetik lalu dia terlihat kaget sampai melotot. Bahkan dia terbatuk-batuk karena tersedak.

Faya tertawa. Dia sengaja berjalan sedikit mengangkang ketika melewati Sofia, lalu mendekati kulkas.

“Harusnya aku yang tanya, ngapain kamu di rumah orang? Teman bukan, keluarga bukan. Hanya seorang penyusup tak tau diri,” cibir Faya sambil membuka kulkas. “Kalau aku jelas-jelas seorang menantu, istri yang sah… yang sedang kelaparan karena habis bercinta empat ronde dengan suamiku. Si pemilik rumah ini.”

“Halah!” Sofia mengibaskan tangan. Dia ikut tertawa, meski sangat kentara dibuat-buat. “Istri mandul kayak kamu, mau ditiduri seratus kali juga nggak berguna. Mungkin anu-nya Alex juga tau, kamu tidak pantas untuk dibuahi.”

Faya meremas apel yang tengah diraihnya dari dalam kulkas. Giginya spontan bergemeretuk.

“Kamu boleh merasa menang sekarang, tapi sebentar lagi kamu akan menangis. Aku Sofia Anastasia, gadis seksi yang subur ini, akan meneruskan trah keluarga Chandra, sekaligus mendepakmu dari rumah ini,” kata Sofia seraya memasukkan potongan kue ke dalam mulutnya.

“Mimpi memang gratis, Sofia. Tapi jangan sampai membuatmu gila.” Faya terkekeh. Menutup kulkas. Di tangannya sudah ada dua buah apel merah. Kini dia bergerak untuk mengambil piring dan pisau.

“Sebenarnya aku mau memberitau kabar gembira ini besok pagi, tapi nggak apa-apa kalau kamu sudah nggak sabar….” Sofia menatap Faya. Tampak berusaha menahan tawa.

Faya hanya menyeringai. Kemudian mencebik untuk menegaskan ketidakpeduliannya.

“Hei, dengar ya! Papa Agusto pada akhirnya setuju, dia akan meminta Alex untuk menikahiku. Karena hanya aku yang bisa diandalkan untuk meneruskan garis keturunan keluarga ini.” Sofia mengacungkan sendok berlumuran krim berwarna kekuningan. “Siapkan tisu yang banyak mulai sekarang, Fay.”

Istri sah Alex itu tertawa. “Ya ya ya. Mau Mama Vero setuju, Papa Agusto memberi restu, tapi kalau Alex nggak mau, kamu bisa apa? Bukankah kamu sudah lama mondar mandir di rumah ini? Kalau Alex tertarik sama kamu, pasti dia sudah mengajakmu berkencan kan? Tapi nyatanya?”

Sofia mendelik. Terlihat gerahamnya mengatup kencang.

“Ppff… teruslah bermimpi, Sofia.” Faya berjalan. Kembali sengaja berjalan mengangkang. Sesekali melirik,untuk mengecek wajah Sofia.

Dan, ya. Gadis yang kerap menyombongkan ukuran dadanya itu tampak amat kesal.

Faya terkekeh, lalu pergi ke lantai dua, tetapi dia tidak kembali ke kamarnya. Dia memilih untuk duduk di balkon dekat ruang baca.

Sembari mengupas apel, dia menatap langit. Menghela napas yang mendadak terasa sesak. Bagaimana seandainya benar Papa Agusto sudah menyetujui Sofia untuk menjadi istri kedua bagi Alex? Apakah Alex juga akan menyerah dengan desakan kedua orang tuanya itu?

Dua tahun ke belakang, Mama Vero memang mengusulkan Alex untuk mencari istri lagi. Bahkan dia yang membawa Sofia masuk ke rumah ini.  Namun Papa Agusto tidak pernah terlihat setuju dengan ide sang istri, meski dia juga tidak pernah keberatan Sofia sering berada di sini.

Faya gegas menghabiskan apelnya. Saat baru saja berniat melangkah, dia mendengar suara tawa bernada genit. Suara Sofia.

“Ih, geli…. Pasti kamu sudah pengen dari dulu kan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 9

    Sepertinya Revan sadar jika sedang diperhatikan, lelaki itu pun menoleh. Lalu terlihat mengusap kedua pipinya bergantian dengan buru-buru. Setelah itu tampak cepat membuang muka.Faya pun menunduk. Perempuan itu menghabiskan minumnya. Lalu bergerak dan duduk di sofa. Entah kenapa, dia salah tingkah sendiri.Tidak berapa lama, pintu belakang terbuka. Revan muncul di sana. Wajah putihnya menampakkan senyum, masih seperti senyum Alex, tetapi matanya kentara memerah.“Faya… sudah bangun?” tanyanya. Revan ikut duduk. Namun memilih di kursi dekat dapur. Jarak mereka sekitar empat meter.

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 8

    “Eh, m-maaf.” Revan menelan ludah.Faya menutup wajah menggunakan kedua tangannya sendiri. Mencoba menghentikan suara isak yang tak kuasa dia tahan lagi. Bahu perempuan berkulit putih bersih itu berguncang, dan dadanya mendadak terasa sesak.Beberapa saat terus begitu, sampai Faya mendengar bunyi benda digeser di atas meja. Menimpa suara isak tangisnya.Spontan Faya melonggarkan jari jemari, sehingga dia bisa melihat tangan Revan yang berbulu halus sedang memindahkan mangkuk mie milik Faya. Revan menempatkan mangkuk itu berjejer dengan mangkuk miliknya. Kemudian lelaki tersebut terlihat mengelap meja di bagian yang paling dekat dengan Faya.Perlahan tangan Faya luruh. Wajahnya yang basah menatap Revan. Sedikit mengernyit.Revan yang tampak menyadari sedang dipandang, balas menatap Faya. Menyeringai seraya menunjuk meja, persis di posisi mangkuk tadi. “Mm… ini… barangkali kamu butuh meja untuk menangis.”“Hah?” Faya mengernyit. Mulutnya bahkan sampai terbuka melongo.“Gini maksudnya….”

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 7

    “Kenapa kamu nggak kunci pintu?” bentak Faya. Dia kebingungan. Antara mau berbalik, tetapi merasa kencingnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Namun jika tetap di situ, dia merasa malu dengan ketelanjangan Revan.“L-loh s-sudah tadi kok. Apa rusak—”“Pakai handuk, dan cepat kamu keluar!” pekik Faya. “Aduh… aku ngompol!”Air mengalir dari pangkal paha Faya. Turun cepat membasahi lantai.Revan yang semula panik, harus menahan tawa sembari menyambar handuk. “I-ini a-aku masih perlu keluar atau… ppfff….”“Kenapa ketawa? Ini semua salahmu!” geram Faya. Dia mundur, tetapi sial, lantai menjadi licin karena air seninya sendiri.Faya merasakan tubuhnya oleng. Matanya menangkap sosok Revan yang datang bergegas ke arahnya, mengulurkan tangan. Hap, akhirnya tangan mereka bertautan.Sayangnya, lagi-lagi sial, handuk yang melilit pinggang Revan melorot, menyebabkan kaki lelaki itu terserimpet. Mereka pun jatuh. Posisi Revan di atas, tetapi dia sigap menangkupkan tangan untuk melindungi kepala Faya.K

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 6

    “Alex bilang akan membawamu ke tempat terapi sekali lagi, dan dia minta waktu enam bulan dari sekarang. Dia yakin sekali kamu bisa hamil,” kata Papa Agusto.Faya menutup wajah dengan kedua tangannya. Mata perempuan berhidung mancung itu mulai terasa panas.“Alex sangat mencintaimu, Faya.” Papa Agusto menghela napas, lebih panjang dari yang pertama. “Alex menolak untuk menikah lagi, demi kamu. Tapi keluarga ini perlu penerus… jadi Papa harap kamu ikut membujuk Alex untuk menikah lagi, jika ternyata kamu gagal hamil.”Diam. Mulut Faya terasa dikunci. Kepalanya masih penuh. Terlalu penuh.Bahkan sampai Alex datang dan membawa Faya pergi. Meninggalkan rumah mewah mereka dengan dalih pergi ke tempat terapi.“Kamu sekarang tau kenapa kamu harus cepat-cepat hamil?” Alex, yang menyupir sendiri mobilnya, berkata tanpa menoleh pada Faya.“Kenapa Pap bilang sama Papa kalau aku yang man—”“Kalau kamu nggak bisa menjalankan misi ini, mungkin Sofia bisa,” tukas Alex. Derainya menguar beberapa deti

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 5

    Faya menelan ludah. Dia melihat badan tegap Alex tengah membelakanginya, sementara Sofia berdiri tepat di depan lelaki itu.“Kamu pasti suka tubuh muda dan kencang ini kan, Al? Spesial bagian sini. Atau di….” Sofia terkikik-kikik seraya menyentuh dadanya sendiri, lalu tanpa malu, tangannya turun ke bawah perutnya.Mendadak derai tawa Sofia musnah. Matanya telah bersitatap tanpa sengaja dengan Faya, yang berada tiga meter di belakang Alex. Namun satu detik kemudian, cekikikannya justru terdengar mengudara lebih riang. “Mas, aku siap melahirkan Alex junior. Empat atau lima, pokoknya sebanyak kamu mau. Rahimku ini subur, tidak kering seperti milik perempuan tua tidak berguna itu.” Sofia mengambil tangan Alex. Terlihat jelas dia ingin mengarahkan tangan Alex ke dadanya.Faya cepat berdehem.Alex spontan terperanjat. Membalikkan badan. “Faya… ternyata kamu di sini.”“Suamiku….” Faya mendekat. Meraih lengan Alex. Dengan sengaja dia menirukan nada genit Sofia. “Kamu mencari aku kan, Sayang?

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 4

    “Agh ….” Faya menjerit tertahan ketika milik Alex mulai masuk ke tubuhnya. Perih, berdenyut-denyut sakit.Gerakannya kasar, dan terburu-buru seperti biasa. Alex langsung mengguncang tubuh langsing itu, mempercepat ritme-nya sembari mencengkeram kedua tangan Faya yang terasa meremukkan.“P-pap …. “ Faya meringis. Memejamkan mata, sebab perih yang tiada terkira di bawah tubuhnya. Terasa bagai sebilah tombak tajam yang digesekkan ke daging yang belum basah sempurna.“A-ah… P-pa… P-pap….” Perempuan seratus lima puluh delapan senti meter itu terus menjerit tertahan.Alex yang sedari tadi mengguncang sembari mendongak, kini menggerakkan leher untuk melihat wajah Faya yang tengah berjuang menahan sakit. Dia menyeringai lebar. “Katakan, Sayang. Katakan saja….”Bibir Faya bergetaran. Air mata turun perlahan.Melihat wajah Faya yang tampak lemah dan kewalahan, Alex justru tertawa, seolah-olah dia telah mencapai kemenangan atas permainan panasnya.Dengan kasar lelaki itu membalik tubuh istrin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status