Share

Part 161. Bertemu Kembali

Bang Amar tak langsung menjawab, tangannya mengusap lembut perutku. "Bilang sama, Ummi, kita berangkat sekarang, Dek."

Aku tertawa geli melihat ulah Bang Amar. Kini, aku seolah kehilangan sosok jual mahalnya yang dulu.

"Yakin? Trus kerjaan Abang gimana?" Aku masih tak enak hati.

"Tenang, Abang udah suruh Hendri buat handle. Sekarang siap-siap, gih."

Hendri adalah asisten Bang Amar di kantor, duda anak satu yang istrinya meninggal saat melahirkan dua tahun lalu.

"Oke, Zana siap-siap."

Aku tersenyum senang menanggapi ucapan Bang Amar. Mimpi memeluk Harry akan segera menjadi nyata.

*****

Jantungku berdegub kencang tatkala menatap punggung mungil Harry yang tengah meringkuk di atas ranjang.

"Ia tertidur setelah kelelahan menangis, Na," lirih Rania sendu.

Aku duduk di sisi ranjang di belakang Harry dengan dada mulai sesak. Beban berat menahan rindu pada bocah mungil itu seakan tak mampu lagi kubendung.

Rasa tak puas membuatku berpindah posisi di depan Harry untuk memindai setiap ga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status