Início / Romansa / Menjadi Belahan Jiwa CEO / 1. Jennara, dan nasib hidupnya.

Compartilhar

Menjadi Belahan Jiwa CEO
Menjadi Belahan Jiwa CEO
Autor: Aksarajjawi

1. Jennara, dan nasib hidupnya.

Autor: Aksarajjawi
last update Última atualização: 2025-12-09 11:41:33

“MICHAEL! KAMU NGAPAIN?”

Teriakan pilu yang gemetar dari suara Jennara telah disusul dengan ponselnya yang terjatuh. Napasnya memburu. Perih merasakan pemandangan menjijikkan tepat di apartemen miliknya sendiri.

Mata kepalanya berkaca-kaca, saat melihat laki-laki yang telah dicintainya selama tiga tahun ke belakang, kini sedang melakukan hal terlarang di ranjang milik Jennara.

“Baby… aku bisa jelasin.”

Kekasih yang sudah jelas-jelas bermain api dengan wanita lain itu, malah sok-sokan panik. Tergopoh-gopoh mendekati Jennara yang masih berdiri tegak di depan pintu.

“Baby… jangan salah paham ya…” tangan Michael mencoba menyentuh bahu Jennara.

PLAK!

Hanya tamparan di pipi kasar Michael yang diterima dari Jennara. Lelaki itu meringis mendelik pada Jennara. “Jennara kamu keterlaluan!” sentak Michael langsung.

Tatapan teduh dan hangatnya semula, langsung berganti menjadi hujaman mata yang begitu sinis.

Air mata Jennara turun. Tak lagi tertahan di dalam kelopak matanya. Mulutnya bergetar hebat. Menyalurkan sakit yang terasa sangat. Apalagi, saat dibalik bayangan bahu Michael terlihat wanita selingkuhan pacarnya ini sedang sibuk membereskan bajunya sendiri.

Jennara tertawa sinis, melirik pada Michael, “sebenarnya, apa yang kurang dari aku? Sampai kamu jahatin aku kaya gini, Michael?”

Laki-laki berdarah belanda di depan Jennara tersebut melayangkan senyum miring.

Mendecih, yang tepat mengarah pada Jennara. “Apa yang kurang? Kamu nggak lihat aku lagi ngapain sekarang?”

Laki-laki itu mengurung Jennara dengan tatapan tajamnya. Tapi sesaat langsung berubah, seolah-olah Michael sedang begitu manja padanya, suaranya mulai terdengar amat menggelikan di telinga Jennara.

“Baby… kamu tahu sendiri aku takut nikah. Dan kamu nggak mau kasih itu sebelum nikah. Aku… laki-laki normal yang punya gairah. Wajar, kan aku cari di orang lain?”

“Sinting kamu!” tukas Jennara pedas.

Dia melotot di balik air matanya. Mengepalkan dengan semakin erat kedua tangannya, sampai terasa seakan jari jarinya menancap ke dalam daging.

“Keluar kamu dari sini!” usir Jennara tak ramah.

Laki-laki itu tertawa kecil. “Emang kamu tega usir aku?” Ujarnya bertanya, setelah berhenti tertawa.

Kedua alis laki-laki itu naik, seolah sedang menantang dan memantapkan kepercayaan dirinya di depan Jennara.

“Keluar sekarang! Dan bawa wanita rendahmu itu!” tukik Jennara dengan nada yang cukup rendah, namun terasa penuh rasa sakit, saat emosinya sudah pelan-pelan tidak terbendung.

“Apartemen ini milik bersama, Jennara...”

“KELUAR MICHAEL! KITA SELESAI!” bentak Jennara, kasar, tegas, keras dan panas.

Selesai sudah. Emosi Jennara membludak. Amarahnya menguar dari matanya yang berubah sedikit kemerahan. Menajam pada Michael tanpa ampun.

Laki-laki itu refleks meneguk ludah. Selama ini, dia selalu melihat Jennara sebagai gadis dewasa yang sudah seperti ibunya sendiri. Tak pernah sekalipun Jennara memarahinya kecuali malam ini.

Bulu kuduknya berdiri saat tatapan tajam Jennara kembali memborbardirnya. Melepaskannya dari pikir kejutnya.

Michael terbirit. Buru-buru lari menuju selingkuhannya. Memakai baju dengan lengkap. Dan bergegas keluar dari ruangan itu.

Saat wanita selingkuhan itu melewati Jennara, mereka sempat bertemu tatap. Ekspresi wanita itu terlihat mengejeknya. Seolah dia sudah menang dari penderitaan Jennara.

Jennara akan ingat wajah itu.

Pintu apartemen sudah tertutup rapat. Menandakan pacar– koreksi, mantan pacar Jennara bersama selingkuhannya sudah keluar dari ruangan. Menyisakan Jennara sendirian.

Dengan segala perasaan yang sudah tertahan sejak pertama melihat mantan pacarnya itu selingkuh, kini membuat tubuh Jennara berhasil jatuh merosot pada lantai. Punggungnya bersandar pada pintu. Menyalurkan segala pelik dan perihnya di sana.

Tangisannya naik tahap. Menjadi sesenggukan sampai dadanya naik turun merasakan engap. Pertahanan Jennara benar-benar runtuh. Menangis sejadi-jadinya tanpa ada orang yang tahu.

***

Pukul 07.00 pagi. Mata Jennara sudah terbuka. Disambut dengan serangan pekat cahaya matahari yang amat menyilaukan matanya. Gadis itu memicing. Mencoba mengurangi pekatnya cahaya.

Perlahan bangun bergerak dari ranjangnya. Turun dari sana mengabaikan rambutnya yang acak-acakan. Langkahnya seolah tidak punya tenaga. Lunglai menuju toilet. Perasaan hampa nya masih terasa jelas merana di hati.

Sambil sesekali sesenggukan ingin menangis. Merasa nasib hidupnya sungguh sangat apes. Apalagi, saat melihat semua barang-barang skincare milik Michael masih tertata rapi di samping bak wastafel.

Jennara menyambarnya dan langsung membuangnya ke toilet. Melarutkannya di sana, “dasar sampah! Michael jahat! Buaya darat!”

Setelahnya, Jennara langsung menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya sendiri. Menyamarkan rasa sedihnya berubah menjadi rasa dingin yang amat nyata. Gadis itu tidak boleh menangis lagi.

Hari ini, dia harus masuk kerja. Malu untuk minta cuti, karena jatahnya sudah diambil saat mengurus adiknya Michael yang sakit. Tidak lucu jika dia bekerja dengan keadaan mata sembab.

Sungguh. Jennara merasa sial sekali.

Selang lima belas menit. Kegiatan mandinya selesai. Gadis itu mulai mempersiapkan penampilannya sendiri. Memakai setelan kemeja putih dan blazer hitam. Seperti biasa, melengkapinya dengan celana panjang berwarna hitam formal. Sepatu hak tinggi hitam juga dia raih.

Setelah memastikan dandanan wajah nya cukup normal dan juga cantik, Jennara menyambar tas putihnya, di samping meja rias. Semua barang kerja sudah ada di tas itu.

Karena, sejak kemarin Jennara sama sekali tak menyentuhnya untuk sekedar mengubah tatanan isi tas. Sudah terlalu kalut dengan peristiwa mengejutkan tadi malam.

Satu yang Jennara ingat, “kalau misalnya aku nggak bohong soal lembur, dan mau kasih surprise ke dia kemarin, aku nggak akan pernah tahu kalau dia selingkuh.” Pikirnya dalam hati. Antara bersyukur atau sakit hati.

Tapi, gadis itu tak lagi terlalu berpikir ke sana, saat melihat jam dinding sudah menunjukkan waktu yang cukup tipis dengan jadwal masuk ke kantornya. Jennara langsung bergegas turun ke parkiran apartemen.

Syukurlah, taksi langganan Jennara sudah ada di depan halte parkir apartemen. Jennara langsung masuk ke sana. Taksi itu lantas membawa Jennara ke tempat kerjanya.

Sampai dalam kurun waktu lima menit. Karena jarak apartemen dengan kantornya memang cukup dekat. Jennara turun dari taksi, begitu mobilnya berhenti.

Suara sepatu hak tingginya bergemeletuk saat Jennara berlari. Memasuki lobby Perusahaan Sky Star Technology dengan buru-buru. Secara tak sengaja... dia menyenggol tubuh seorang laki-laki yang juga sedang melangkah hendak masuk ke lift.

Kaki Jennara sudah berhasil masuk lebih dulu. Membuat lelaki bertubuh tinggi tegap itu meliriknya sekilas. Acuh, lalu ikut menyisip masuk ke dalam lift.

Kini hanya ada dua orang di lift itu. Suasananya dingin. Sedikit pengap. Bau parfum yang berbeda seakan bertempur. Membuat hidung dua orang masing-masing itu terganggu. Tapi hanya diam.

Membuat keadaan mendadak jadi…

sedikit akward.

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   8. Cukup 90 hari saja.

    Jennara membeku di tempat. Jantungnya seperti lompat sendiri dari rongganya. Bahkan, pertahanan kakinya berguncang. "Calon istri bagaimana maksud, Pak Chakra? Jelas jelas... perjanjian awal kita adalah tunangan pura-pura. Pak..." Jennara mendera Chakra dengan pertanyaan paniknya. Tetapi, Chakra tak menjawab. Dia hanya tersenyum singkat, tetapi bukan senyuman yang hangat. Seolah memberikan sinyal penyiksaan bagi Jennara. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat, saat melihat Chakra berlalu begitu saja. Masih diam, tanpa menjawab pertanyaannya. "Pak Chakra!" teriak Jennara, mengejar langkah Chakra yang sudah selangkah lebih maju dengannya, "Pak... tolong jelaskan, Pak. Ini mengenai nasib hidup saya..." geger Jennara. Langkahnya cepat, sangat teratur mengikuti tubuh Chakra yang berjalan tenang. Bahkan, tak mempedulikan tatapan orang di kanan-kirinya. Hanya fokus pada Chakra yang masih diam tidak menjawabnya. "Pak Chakra... tolong jawab pertanyaan saya dengan baik," pinta Jennar

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   7. Bersandiwara

    "M-maksudnya, itu apa ya pak... dari atas sampai kaki?" Jennara mengeluarkan suara keberaniannya yang tersisa. Jarinya mulai kaku, "s-saya... benar-benar bukan wanita murahan, Pak. Jadi, jangan berpikir bisa mengikat saya dengan hubungan yang tidak seharusnya," terusnya, menjelaskan prinsip yang dia genggam erat. Kali ini, meskipun Jennara takut, Jennara harus berani untuk membela dan menjaga kehormatan dirinya. Kontan, Chakra terkekeh. Terdengar berat, dan juga... agak mengerikan. "Kamu mudah sekali ya terbawa suasana? Saya cuman bercanda. Siapa juga yang minat melaksanakan hubungan tidak seharusnya dengan kamu?" lolos Chakra, menikam relung hati Jennara. Gadis itu menunduk. Melanjutkan pertanyaan. "Jadi, maksud bapak untuk klausul 5 itu lebih jelasnya bagaimana?" tanya Jennara. Menyembunyikan kesalnya. Melanjutkan catatan notepad di hp milik Chakra. "5. Perjanjian kontrak klausul berakhir dalam waktu 90 hari. Diwajibkan terlaksana, tanpa melibatkan perasaan nyata." Jan

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   6. Klausul Perjanjian

    Keberanian Jennara seakan hilang entah kemana. Melihat dengan mata kepalanya dengan nyata. Postingan Chakra di lembar halaman Website Sky Star Technology itu sudah terunggah dan memiliki reaksi kontan. Langsung populer begitu saja hanya dalam waktu singkat. Jennara memandang Chakra dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, "pak... tolong hapus saja... itu nggak bener, kita bahkan baru saling ketemu detik ini, pak ..." suara Jennara terasa agak lemah. Seakan serak tak berdaya. "Bisa saya hapus." Singkat Chakra, menyorot pandang mata dingin kepada Jennara. "Benarkah, pak?!" Jennara langsung semangat. Seakan mendapat asa hidupnya lagi. "Dengan dua pilihan." Suara Chakra tetap datar. Tapi, cukup terdengar menenangkan saat ini. "M-Maksud bapak?" "Pilihan pertama. Mengakui hubungan, temui wartawan bersama saya," kata Chakra semakin melangkah, mendekati Jennara. Gadis itu menelan ludahnya. Saat merasakan aura dominasi Chakra kian meninggi. "Pilihan kedua?" tanya Jennara, sangat m

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   5. Lari dan ... masuk ke?

    Suara itu kontak membuat tubuh Jennara membalik. Terhampar bersandar di pintu itu. Jennara mendongak pelan. Dan dunia seolah berhenti berputar. Pria di depannya berdiri dengan kemeja putih digulung sampai siku, rambut masih basah menetes-netes, dan sorot matanya… seperti bisa membunuh sekaligus menyelamatkan dalam satu detik yang sama. Jennara ingat wajah itu. "C-Chakra Ragantara?!" tuturnya terkejut, langsung menutup mulutnya sendiri. Kedua mata pria itu menusuknya tanpa jeda. Langkah tenangnya maju. Tiga langkah, tanpa suara. Lalu berjongkok tetap di depan Jennara. Menggeser tubuh Jennara enteng, seolah Jennara hanyalah benda ringan. Lalu, berdiri lagi. Mengintip sebuah panel digital kecil dari pintu. Monitornya memberitahukan, di luar pintu sudah ada sekerumunan manusia heboh membawa banyak kamera. Pria itu adalah Chakra. Yang sudah dikenali oleh Jennara ketika berita positifnya menguasai perhatian publik. Tetapi, kini Chakra berada di tengah amukan para wartaw

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   4. Jennara dikejar wartawan!

    Kalut membaca artikel itu, Jennara tak sadar Snack kentangnya sudah tumpah berserakan ke ranjang. Fokusnya berpusat total pada sisipan video dan foto yang ada di artikel. Jennara memutar sisipan Video. Itu adalah rekaman dirinya yang memasuki kamar 111. Juga saat setelah dia keluar dari sana. Bahkan, ada zoom untuk melihat lebih detail penampilannya. Jelas sekali, bagian bahu putih dan sepotong tali bra miliknya terpampang dari video itu. Jennara menggigit bibirnya. Keluar dari video itu, berlanjut melihat beberapa foto. Dari saat dirinya berada di meja resepsionis. Hingga sampai memasuki kamar. Semuanya ada! "Penguntit dari mana yang kurang kerjaan ngerekam aku cuman buat berita bohong kayak gini, sih?!" monolog Jennara sangat marah. Otak kepala Jennara mulai semakin panas. Mencoba mengklik tautan artikel itu berkali-kali. Berharap bisa terhapus dari layar laptopnya. Tapi, nihil. Yang ada, malah laporan statistik baca artikel tersebut sudah 99.877 kali dibaca. Tentu saja

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   3. Tidak diduga.

    Sayangnya, Michael langsung keluar dari toilet lagi. Membuat tangan Jennara yang nyaris memegang ponsel urung secepat kilat. Hampir saja napasnya hilang. Takut jikalau laki-laki itu memergokinya. Tapi... sepertinya ekspresi Michael biasa saja.Lantas, gadis itu tersenyum manis pada Michael yang sudah berjalan ke arahnya lagi.“Nggak ada baby… harus beli sendiri. Nggak papa, aku terima kamu apa adanya kok.” Michael langsung mengungkung Jennara begitu saja.Tidak memberikan kesempatan sedetik pun pada Jennara untuk menghindar. Laki-laki itu kini membungkuk, mulai melepas blazer hitam Jennara dan melemparnya asal. Menyisakan kemeja putih milik Jennara, lalu juga membukanya pelan-pelan sambil tak berhenti memandang Jennara penuh dengan nafsu.Jennara panas dingin, tetapi dia menahan tubuhnya tetap diam. Setiap sentuhan Michael membuat kulitnya merinding, itu bukan karena nikmat, tapi karena rasa jijik yang ingin meledak. Dia menunggu celah. Begitu tengkuk Michael turun, Jennara lang

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status