Home / Romansa / Menjadi Candu Sang Penguasa / Cemburu dan Tidak Terima

Share

Cemburu dan Tidak Terima

Author: Caramelly
last update Last Updated: 2025-11-26 13:26:20

Tidak mungkin untuk Moira mengatakan yang sebenarnya. Kalau dia dan Sebastian pernah melewati malam panas.

“Hanya kebetulan pernah bertemu. Lalu dia membantuku,”  jawab Moira menatap Chris.

Namun, sepertinya Chris kurang puas dengan jawaban Moira, namun dia juga merasa lega karena keduanya tidak memiliki hubungan spesial. Keduanya masuk ke dalam mobil. 

Chris mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, sesaat ia menatap Moira.

“Belle, sebaiknya kamu berhati-hati pada Bastian, ia memiliki pengaruh besar di kota ini. Dia juga memiliki kekuasaan di mana-mana. Aku tidak ingin dia merepotkanmu,” kata Chris.

Moira hanya menatap Chris. Kini ia mengerti, kenapa malam itu Bastian mau memberinya uang sebanyak itu. Moira mengangguk pelan. Setelah 20 menit berlalu, mobil yang dikendarai oleh Chris menepi di sebuah basemen apartemen mewah di ibukota.

Keduanya turun dari mobil, dan memasuki lift pribadi yang membawa Moira langsung ke unit apartemen mewah yang ditinggali oleh Chris, saat ia bosan pulang ke rumah. Menyadari Chris terus memperhatikannya, Moira akhirnya memberanikan diri bertanya.

“Ada apa?”

“Tidak ada,” jawab Chris, seraya mengulas senyum tipis.

Lift pun terbuka, membawa Moira masuk ke dalam apartemen milik Chris. Apartemen itu bak hotel bintang lima, mewah sekali. Moira melirik sekelilingnya, dan menebak kalau Chris bukanlah orang biasa. Ia dan Bastian berada dalam level yang sama.

“Kamu bisa duduk di sana.”

Moira duduk di sofa putih yang membentuk ‘L’ Chris pergi mengambil wine dan dua gelas. Lalu, Chris duduk di sebelah Moira, menuangkan wine ke gelas miliknya dan gelas milik Moira. Aroma wine kualitas tinggi begitu harum dan menggoda.

“Bagaimana, kamu suka?” tanya Chris.

Moira yang tidak pernah meneguk wine seenak ini, hanya mampu mengangguk pelan. “Ya, manis.” Moira meneguknya lagi, lalu menundukkan wajahnya.

“Belle,” panggil Chris.

Moira mengangkat wajahnya, menatap Chris. Mata mereka bertemu. Chris perlahan mendekatkan wajahnya dan menatap Moira lebih dalam lagi. Tangannya kini menyentuh leher Moira dan perlahan tangannya menyusup ke bawah pakaian Moira.

Moira memejamkan matanya, hatinya berbicara.

‘Aku pikir kamu berbeda. Ternyata aku salah menilaimu. Faktanya aku hanya seorang gundik yang membutuhkan uang.’

Tubuh Moira gemetar, Chris dapat merasakannya kalau Moira enggan memberikan tubuhnya. Dalam lubuk hati yang paling dalam, Moira tidak menginginkan Chris melucuti pakaiannya. Apalagi sampai menjamah tubuhnya.

Namun, karena ia sudah mengatakan akan menemaninya. Jadi, Moira tidak dapat mengingkarinya. Moira perlahan membuka kancing kemeja yang dikenakannya. Ada rasa kecewa, karena Chris tidak sesuai dengan harapannya.

Chris tersenyum kecil, memperhatikan Moira yang masih memejamkan mata seraya membuka satu persatu kancing kemeja. Namun, dengan begitu tiba-tiba sebuah tangan menghentikannya. Sontak Moira membuka mata dan terkejut.

Melihat Chris menghentikan Moira untuk melanjutkannya. Chris tahu, Moira berat memberikan tubuhnya dan melayaninya malam ini. Mata mereka saling bertatapan lekat, jarak antara mereka begitu dekat. Membuat Moira tidak dapat memalingkan wajahnya.

Di tengah-tengah kecanggungan itu, sebuah kalimat tidak terduga terucap. “Kamu lapar tidak?” tanya Chris yang perlahan bangkit dan berdiri. Moira membeku, sebelum ia bisa menjawab. Suara Chris sudah lebih dulu terdengar. “Aku belum makan malam. Temani aku makan.”

“Oke,” jawab Moira tersenyum tipis dan perlahan merapikan pakaiannya.

Malam itu, Chris memasak steak untuk makan malam mereka. Moira tertegun, karena pria itu memasak sendiri. Moira yang berdiri di seberang meja hanya menatap penuh kekaguman tanpa ia sadari. Setelah itu mereka makan bersama. Moira benar-benar takjub, masakan Chris sangat enak.

“Terima kasih Tuan untuk makan malamnya. Enak,” kata Moira tersenyum.

Chris hanya mengangguk pelan, lalu ia menatap ponsel miliknya lalu menyodorkan ponselnya kepada Moira. Moira tertegun.

“Masukan nomormu,” kata Chris.

Moira masih terkejut, tetapi perlahan mengambil ponsel Chris dan mengetik nomornya. Setelah itu, Chris mencoba menghubungi Moira.

“Kamu harus simpan nomorku. Jika terjadi sesuatu padamu, kamu bisa hubungi aku.”

Moira membelalak, ia menatap Chris hingga suaranya tercekat.

“Terima kasih. Namun, aku tidak ingin terus merepotkan Tuan muda.”

Chris tersenyum tipis, lalu berkata. “Berikan nomor rekeningmu.”

Mendengar itu, Moira terkejut. Dia hanya melayani pria itu makan malam, kenapa ia masih ingin membayarnya?

“Tuan, tidak perlu.”

“Kamu tidak perlu formal, saat berbicara denganku. Menemaniku, makan malam sama saja dengan melayani aku. Berikan nomor rekeningmu.”

Chris menatap Moira lekat. Akhirnya Moira luluh dan memberikan nomor rekeningnya kepada Chris. Ia merasa tidak enak, tetapi ia membutuhkan uang yang banyak. Ia harus menurunkan egonya kali ini.

“Sudah masuk, kamu bisa mengeceknya.”

Secepat itu, Chris mentransfer uang padanya. Moira merogoh ponselnya dan melihat uang sudah masuk, matanya berbinar. “Terima kasih, Tuan.”

Chris tersenyum ramah, lalu meneguk wine miliknya. Setelah itu, Chris mengantarkan Moira. Mengingat hari sudah malam. Saat di basemen apartemen, mereka bertemu lagi dengan Bastian.

Moira merasa dunia ini begitu kecil, bisa-bisanya mereka bertemu lagi di malam yang sama. Senyuman dingin yang mengerikan tercipta di wajah Bastian.

“Kau membuntuti kami?” tegur Moira.

“Kau pikir hanya dia yang memiliki apartemen di sini?!” jawab Bastian dingin.

Moira diam, ia malas berurusan dengan Bastian yang begitu menyebalkan.

“Hei, Nona. Apakah kamu bisa melayani aku, setelah kamu melayani Chris tidur?” tanya Bastian dingin, seraya menatap Chris.

Chris marah, ia maju satu langkah dan menutupi tubuh Moira. Moira tertegun dengan sikap Chris yang seolah sedang melindunginya.

“Jaga ucapanmu Bastian. Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Sebaiknya kamu pergi.”

“Aku memiliki hak untuk membawanya malam ini. Karena dia sudah selesai melayanimu, Nona aku bisa membayarmu jauh lebih mahal dari yang Chris berikan.”

“Bastian!” bentak Chris semakin marah.

Mata mereka saling menatap tajam. Moira dapat merasakan perdebatan ini tidak akan berakhir begitu saja.

“Aku tidak akan pergi sebelum membawanya bersamaku.”

“Kau masih saja keras kepala, Bastian.”

Suasa semakin menegang, ia tidak ingin Bastian membuat kegaduhan dan harus merepotkan Chris. Moira yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara lagi.

“Sudah cukup!” kata Moira menengahi mereka. Moira menatap Chris. “Tuan muda terima kasih untuk malam ini. Anda bisa antarkan aku sampai di sini saja. Tidak apa-apa,” kata Moira tersenyum kepada Chris.

Melihat senyuman itu, membuat Bastian semakin tidak senang.

“Tapi, Belle, aku tidak bisa meninggalkanmu bersama dia. Aku tidak percaya padanya.”

“Tuan aku mohon. Ini urusanku dengan dia,” kata Moira seraya menatap Bastian.

“Kau tidak dengar, dia memintamu pergi. Enyah!” Bastian menatap tidak suka pada Chris.

Keduanya kembali saling menatap, dan hampir berkelahi. Moira meraih tangan Chris menghentikannya, Moira menggelengkan kepala dan menatap matanya.

“Terima kasih, Tuan muda.”

Chris menghela napas, dan mengalah. “Jaga dirimu baik-baik, ingat hubungi aku jika kamu dalam bahaya.” Matanya menatap tajam Bastian yang kini menatapnya tidak senang.

Moira melihat Chris pergi, di waktu yang sama Sebastian meraih tangan Moira dan menariknya ke arah tiang basemen. Membuat tubuh Moira menyatu pada tiang. Bastian mengangkat sebelah tangan Moira menekannya pada tiang itu, tatapan matanya tajam.

“Lepaskan tanganku.”

Tidak ada senyuman di wajah dingin itu. Selain tatapan matanya setajam pisau.

“Jika aku tidak mau, kamu mau apa?”

Saat Moira hendak mendorong tubuh Bastian, dengan cepat Bastian meraih pinggang Moira. Membuat Moira berada dalam dekapannya. Lalu, Bastian menundukkan wajahnya menatap wajah Moira yang kini mendongak menatapnya.

“Beritahu aku, berapa Chris membayarmu?”

Moira terkejut, sekaligus tidak mengerti. Kenapa dia begitu kepo dan ingin tahu hal itu.

“Kau ingin tahu? Tapi, sayangnya aku tidak berniat memberitahumu.”

“Kau tidak berhak bertanya. Di sini, hanya aku yang boleh mengajukan pertanyaan.” Bastian menatapnya tajam. “Berapa, kau dibayar olehnya,100 juta, 200 juta, 300 juta? Atau lebih besar dari uang yang pernah aku berikan padamu?” desak Bastian.

Moira menatapnya tajam. Moira tersenyum miring.

“Pak, jika Anda cemburu dan keberatan, aku tidur dengan laki-laki lain. Jadikan saja aku wanita simpanan Anda?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Sebenarnya Apa Maumu?

    Viella menatap Sebastian.“Entah apa yang kamu pikirkan Viel. Sebastian bisa mengenal Belle, karena saat itu Belle sedang bersamaku. Wajar saja jika Sebastian mengenalnya.”Viella terdiam mendengar penjelasan Christopher. Namun, Moira melihat ia tidak begitu puas dengan penjelasan Chris. Ia juga terus menerus menatap Moira.“Sebaiknya kamu kembali ke pesta. Tidak baik tuan rumah meninggalkan pesta. Kami juga akan segera kembali.”Viella menghela napas dan akhirnya tersenyum kepada Moira. Setelah itu ia pergi dan tidak pernah menoleh ke belakang. Moira menghela napas, ia merasa lega karena akhirnya Viella mau pergi. Namun, cepat atau lambat Viella pasti akan mencarinya lagi.Moira berharap Sebastian tidak pernah muncul lagi. Moira tidak ingin berurusan dengan orang yang akan segera menikah, meskipun ada rasa sesak di hatinya yang sulit dijelaskan. Mungkin karena Sebastian adalah satu-satunya pria yang sudah menghabiskan malam panas dengannya.“Ayo,” kata Christopher.Moira menatap Chri

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Aroma Kecemburuan

    Setelah mengabaikan pertanyaan Moira, Sebastian berhasil membuat Moira terkejut dengan pertanyaan yang tidak terduga.“Bukan urusanmu,” jawab Moira ketus. “Sebaiknya kamu segera kembali ke pesta, sebelum tunanganmu menyadari kamu tidak ada.”Sebastian malah tertawa, tapi tawanya itu sama sekali tidak lucu di mata Moira. Hingga sebuah ucapan yang membuat Moira terasa terhina terucap dari mulut Sebastian.“Berapa banyak uang yang Chris berikan kepadamu? Sampai kamu mau melakukan semua ini!” Tatapan matanya tajam dan dingin. “Apapun itu, sebaiknya kamu akhiri hubunganmu dengan Chris.”Mata Moira membulat, ia merasa direndahkan dan terhina. Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya selalu menyakitkan perasaannya. Tatapan keduanya sama-sama tajam, Moira akhirnya berdiri.“Tuan Sebastian, sebenarnya apa yang Anda inginkan dariku?” Moira menatapnya lekat.Sebastian mengatupkan bibirnya, sebelum kalimat lolos dari mulutnya. Suara langkah kaki terdengar, dan itu bukan Sebastian melainkan Viella

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Kamu dan Christopher Berpacaran?

    Moira tertegun, ia tidak berani lagi menatap mata Sebastian. Chris tersenyum seraya mempererat genggaman tangannya pada Moira.“Terima kasih atas doanya,” kata Chris seraya menatap Moira.Moira menatap Chris, wajahnya mendadak merah. Sebastian yang melihat itu semua semakin tidak senang. Berbeda dengan Viella yang tersenyum. Sebastian seperti salju beku. Moira tidak nyaman, ia memiringkan tubuhnya dan berbisik di telinga Chris.“Aku haus.”Chris membalas bisikkan itu seraya tersenyum. “Oke, tunggu.”Viella dan Sebastian memperhatikan mereka. Tangan Sebastian mengepal, Viella menyadari tatapan dingin tunangannya itu.“Kalau begitu, kami akan pergi berkeliling terlebih dahulu.”“Aku harap kalian menikmati pesta malam ini,” kata Viella.Chris mengangguk pelan seraya mengulas senyum, ia pergi merengkuh pinggang Moira. Tatapan mata Sebastian menajam. Melihat mereka pergi. Kepalan tangannya semakin kuat.“Kamu ingin minum apa?”“Aku ingin minuman yang lebih segar. Tapi menenangkan,” jawab M

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Tunangan Sebastian

    Moira membeku, ia tersentuh mendengarnya. Bibirnya melukis senyuman manis. Chris membalas senyumannya. Setelah itu mobil yang dikendarai oleh Chris menepi di kawasan elit. Tidak banyak mobil yang terparkir, karena mereka lebih banyak diantarkan oleh sopir pribadi.Mereka turun dari mobil, saat yang sama, Chris ragu-ragu menggandeng tangan Moira. Moira yang terkejut mendadak berhenti dan melepaskan diri. Chris menatap Moira.“Malam ini, kamu adalah pendamping wanitaku. Jadi, sudah seharusnya kita bergandengan tangan. Justru para tamu yang lain akan merasa aneh jika melihat kita tidak seintim ini.”“Benar juga, maaf Chris, aku hanya belum terbiasa.”“Tidak apa-apa, aku mengerti.”Moira menggandeng lengan Chris, mereka masuk ke area pesta. Kedatangan Chris dan Moira disambut hangat oleh penjagaan di rumah itu, Moira bisa menebak Chris dikenal oleh banyak orang. Bisa dilihat dari beberapa orang yang mengenali Chris, mereka melambaikan tangan.Rumah pemilik pesta malam ini sangat besar, da

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Aku Takut Membuat Kamu Malu

    Suara rapuh sang ibu membuat hati Moira terasa sesak. Moira tahu hutang keluarganya cukup banyak, ia juga harus membiayai pengobatan adiknya. Di seberang sana terdengar suara lembut, yang meminta agar ibunya tidak mendesak kakaknya terus menerus mencari uang.“Kakak ini aku, bagaimana kabar kakak, aku sangat merindukan kakak.”Mendengar suara adik perempuannya, membuat hati Moira bergejolak menahan isak tangis.“Kakak baik-baik saja, bagaimana kabarmu?” tanyanya dengan suara lembut.“Kakak tidak perlu mencemaskan aku, kakak juga harus memikirkan diri kakak. Maaf ... gara-gara aku, Kakak harus banting tulang mencari uang untuk biaya pengobatanku,” ucap Alena seraya menghela napas. “Aku sudah banyak merepotkan Kakak. Kak, tolong jaga kesehatan Kakak, aku tidak tahu di sana apakah Kakak bisa makan dengan baik, tidur tanpa kedinginan.”Mendengar semua itu, Moira membungkam mulutnya. Air matanya menetes, ia tidak akan membiarkan adiknya tahu dia menangis.“Kakak tidak pernah merasa direpot

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Masih Belum Cukup

    Moira merasa marah dan malu, karena Farel lagi-lagi membahas Sebastian. Moira langsung menendang paha Farel sampai terjatuh dari kasur. Farel terkejut dengan perlakuan Moira.“Belle, kenapa kamu menendangku?”“Aku tidak sengaja!”Di saat lelaki itu akan kembali naik ke tempat tidur. Moira langsung menggelinding ke kiri sehingga Farel tidak bisa menangkap tubuhnya, dan ketika dia mencoba menangkap kembali tubuh Moira, ponselnya terdengar berdering. Moira langsung menyadari kalau panggilan itu pasti berasal dari istri Farel.“Belle, sudah jangan main-main lagi denganku.”“Ponselmu terus berdering, sepertinya panggilan penting.“Biarkan saja. Hari ini tidak boleh ada yang mengganggu kita,” jawabnya.Pada akhirnya Farel berhasil menangkap tubuh Moira dan hendak membuka pakaian miliknya. Namun, panggilan itu tidak henti-hentinya berdering. Karena berisik dan Farel merasa terganggu, akhirnya ia turun dari tempat tidur.Matanya membulat, saat melihat layar ponselnya. Panggilan itu dari istri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status