Share

Artinya Milikku

Author: Caramelly
last update Last Updated: 2025-11-26 10:12:19

Moira terkejut mendengarnya, ia menoleh pada Chris. Lalu senyuman mengembang di wajah tampannya.  

“Kamu bisa duduk di sana,” kata Chris seraya menunjuk ke arah sofa. Setelah mengatakan itu, Chris pergi begitu saja.

Moira menutupi belahan dadanya, ia menyeka dahinya yang masih mengeluarkan keringat. Apa yang terjadi malam ini, masih membuatnya ketakutan. Di tengah rasa takut, suara yang terdengar lembut membuyarkan lamunannya.

“Kamu bisa pakai ini,” kata Chris yang kini berdiri di depan Moira. “Kamu tidak bisa keluar dengan pakaian seperti itu.”

Moira menatap kemeja putih yang diulurkan oleh Chris. Moira menatap mata pria itu, berbeda dari Julian yang selalu melihatnya dengan tatapan liar.

”Terima kasih.” Moira meraihnya.

Pakaian itu kini berada di dalam dekapannya, harum. Aroma yang menyegarkan. Lalu ucapan Chris membuat Moira terkejut.

“Belle, malam ini apa kamu kosong? Bisa temani aku, itupun jika kamu bersedia. Aku bisa membayarmu per jam.”

Moira membeku, kelopak matanya bergetar menatap Chris. Sekilas ada raut kecewa di wajahnya, awalnya ia mengira kalau Christopher berbeda. Namun, ia memperlakukannya sama seperti pria lain. Hingga anggukan tercipta di wajah Moira.

“Aku akan menemanimu.”

Chris hanya mengangguk, lalu setelah itu Moira berganti pakaian di dalam kamar mandi yang ada di kamar Chris. Ia juga merapikan rambutnya, ia memilih untuk mengikatnya. Setelah itu ia keluar mengenakan kemeja putih yang menelan tubuh mungilnya.

Moira menghampiri Chris, di saat yang sama Chris memperhatikan wajah Moira yang memar. Serta sudut bibir yang meninggalkan bekas darah segar. Chris mengulurkan tangannya hendak menyentuh wajah Moira, tetapi Moira memalingkan wajahnya.

“Sakit?” tanya Chris, suaranya terdengar lembut.

“Tidak terlalu,” jawab Moira hampir tidak terdengar. Penuh kebohongan.

Namun, mata Chris mengatakan ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Moira. “Tapi, kurasa ini harus diobati.”

Moira menggelengkan kepala. “Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, apa wajahku mengganggu Anda, Tuan?” tanya Moira menatap Chris.

Chris menggeleng pelan. “Tentu saja tidak. Sayang sekali wajah cantikmu harus disakiti bajingan seperti Julian.”

Moira tertegun, ia terpaku oleh ucapan Chris selama beberapa saat.

Setelah itu mereka meninggalkan kamar hotel. Moira dan Chris masuk ke dalam lift, saat di dalam lift keduanya sama sekali tidak berbicara. Namun, Moira dapat melihatnya dengan jelas. Kalau saat ini Chris memperhatikannya terus menerus.

Dan ketika lift terbuka, mata mereka bertemu dengan sosok yang tidak asing. Mata yang indah, penuh dengan tatapan dingin. Sebastian Arclayne Blevins--- paling disegani, ditakuti di Negara ini. Pria pertama yang merenggut kesucian Moira malam itu. Wajah tampan itu masih teringat jelas di dalam benak Moira.

‘Dia ...”

Chris tersenyum miring kepada Sebastian. Sebastian melihat wajah Moira yang dipenuhi bekas tamparan, serta sudut bibirnya yang berdarah. Lalu, manik matanya tertuju pada kemeja Chris yang dikenakan oleh Moira saat ini. Sebuah tatapan mata yang sulit diartikan.

“Bastian, kau menghalangi jalanku.”

Namun, Sebastian sama sekali tidak mengindahkan ucapan Chris. Sorot mata Sebastian sejak awal terus tertuju kepada Moira yang kini menunduk. Dan Chris menyadari itu.

Tanpa basa-basi, Sebastian langsung meraih tangan Moira. Menariknya keluar lift, membuat Moira dan Chris terkejut.

“Apa yang sedang kau lakukan?”

“Ikut denganku.” Suara baritonnya terdengar jelas.

Chris tidak membiarkannya begitu saja. Ia mengambil langkah cepat, dan menghentikan langkah Sebastian.

“Lepaskan dia, Bastian!” kata Chris menatap tajam Sebastian.

Sebastian menatapnya tidak suka, dingin. Sedingin kutub utara. Chris dan Bastian saling menatap tajam dan tidak ingin mengalah antara keduanya.

“Bagaimana, jika aku tidak mau?” Sebastian tersenyum sinis.

“Kamu tidak bisa membawanya malam ini. Malam ini dia bersamaku, artinya milikku.”

“Oh!”

Moira meneguk salivanya. Ia dapat melihat mereka seperti serigala dan anjing, terlihat serupa tapi tidak sama. Dan tatapan mereka seolah menunjukkan perkelahian akan segera tiba. Keduanya kini mencekal tangan Moira, enggan melepaskan. Saling menarik, membuat Moira kesakitan.

“Kau mengajakku berkelahi karena wanita ini. Kau cari mati!” dengus Sebastian menatap dingin Chris.

“Kau yang lebih dulu memulai Bastian. Kau pikir semua perempuan di dunia ini milikmu?”

Sebastian tertawa dingin, lalu menoleh ke arah Moira.

“Hanya karena seorang gundik, kamu ingin berkelahi denganku? Atau kau memang sengaja ingin mencari masalah denganku.”

Perkataan Sebastian menusuk hati Moira. Setelah beberapa hari sejak pertemuan panas malam itu, tidak disangka mereka akan dipertemukan lagi dengan cara seperti ini.

“Cukup!” bentak Moira menghempaskan tangan mereka sekuat tenaga. “Lepaskan tanganku, Tuan Bastian.”

Untuk pertama kalinya Moira menyebut nama pria itu. Dan untuk pertama kalinya, Moira mengetahui namanya. Namun, rupanya dia begitu menyebalkan. Berbeda jauh dengan apa yang Moira pikirkan.

Mata Moira dan Bastian bertemu, Bastian menatapnya dingin, tajam. Tidak berniat melepaskannya.

Chris melepaskan cengkeraman tangannya. Sementara Sebastian masih enggan melepaskannya.

“Anda tidak dengar? Aku bilang lepaskan tangan Anda!” tatapan Moira menajam penuh rasa kesal.

Akhirnya cengkeraman tangan itu mulai mengendur, dan perlahan terlepas. Moira menatap Chris. Tidak menoleh lagi pada Sebastian.

“Tuan muda, ayo kita pergi.”

Wajah Sebastian gelap, marah, kesal. Ia tidak dapat menerima kekalahannya. Ia menatap punggung Moira yang kini sudah tidak lagi terlihat dari pandangannya. Chris tersenyum penuh kemenangan, lalu mereka berdua berjalan ke basemen. Meskipun sudah berhasil keluar dari cengkeraman Sebastian. Namun, tatapan matanya membuat Moira tidak tenang.

Di tengah-tengah kegelisahan itu, suara Chris terdengar bertanya padanya. “Belle, bagaimana kamu bisa mengenal Sebastian?” Langkah Moira terhenti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Kamu Menolakku

    Mata Moira tertuju pada kaca jendela mobil. Jantung Moira berdebar kencang.“Kenapa Sebastian ada di sini?” gumam Chris.Moira terus bertanya-tanya dalam hati, kenapa Sebastian mengejarnya sampai kemari. Apa ucapannya belum lama ini menyinggungnya? Moira benar-benar tidak mengerti.“Moira, keluar.” Ia masih mengetuk kaca jendela.Moira menghela napas. Kaca diturunkan, mata mereka bertemu. Sesaat Sebastian menatap Chris dengan tatapan yang tidak biasa dan selalu mengandung percikan api.“Kenapa kamu di sini?” tanya Moira.“Keluar.”Moira membelalak mendengarnya. Sorot mata Sebastian mengatakan dengan tegas memintanya untuk segera keluar.“Jika kamu ingin berbicara denganku, kamu bisa berbicara di sini.”“Moira, aku memintamu keluar.” Sebastian mengatakannya dengan tegas.Moira menghela napas. Berusaha sabar.“Ya sudah, kalau kamu tidak mau berbicara denganku. Chris, kita pergi.” Moira hendak menaikkan kaca, tetapi ditahan oleh Sebastian.“Cepat keluar.”Chris masih menahan dirinya. Ia

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Sebenarnya Apa Maumu?

    Viella menatap Sebastian.“Entah apa yang kamu pikirkan Viel. Sebastian bisa mengenal Belle, karena saat itu Belle sedang bersamaku. Wajar saja jika Sebastian mengenalnya.”Viella terdiam mendengar penjelasan Christopher. Namun, Moira melihat ia tidak begitu puas dengan penjelasan Chris. Ia juga terus menerus menatap Moira.“Sebaiknya kamu kembali ke pesta. Tidak baik tuan rumah meninggalkan pesta. Kami juga akan segera kembali.”Viella menghela napas dan akhirnya tersenyum kepada Moira. Setelah itu ia pergi dan tidak pernah menoleh ke belakang. Moira menghela napas, ia merasa lega karena akhirnya Viella mau pergi. Namun, cepat atau lambat Viella pasti akan mencarinya lagi.Moira berharap Sebastian tidak pernah muncul lagi. Moira tidak ingin berurusan dengan orang yang akan segera menikah, meskipun ada rasa sesak di hatinya yang sulit dijelaskan. Mungkin karena Sebastian adalah satu-satunya pria yang sudah menghabiskan malam panas dengannya.“Ayo,” kata Christopher.Moira menatap Chri

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Aroma Kecemburuan

    Setelah mengabaikan pertanyaan Moira, Sebastian berhasil membuat Moira terkejut dengan pertanyaan yang tidak terduga.“Bukan urusanmu,” jawab Moira ketus. “Sebaiknya kamu segera kembali ke pesta, sebelum tunanganmu menyadari kamu tidak ada.”Sebastian malah tertawa, tapi tawanya itu sama sekali tidak lucu di mata Moira. Hingga sebuah ucapan yang membuat Moira terasa terhina terucap dari mulut Sebastian.“Berapa banyak uang yang Chris berikan kepadamu? Sampai kamu mau melakukan semua ini!” Tatapan matanya tajam dan dingin. “Apapun itu, sebaiknya kamu akhiri hubunganmu dengan Chris.”Mata Moira membulat, ia merasa direndahkan dan terhina. Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya selalu menyakitkan perasaannya. Tatapan keduanya sama-sama tajam, Moira akhirnya berdiri.“Tuan Sebastian, sebenarnya apa yang Anda inginkan dariku?” Moira menatapnya lekat.Sebastian mengatupkan bibirnya, sebelum kalimat lolos dari mulutnya. Suara langkah kaki terdengar, dan itu bukan Sebastian melainkan Viella

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Kamu dan Christopher Berpacaran?

    Moira tertegun, ia tidak berani lagi menatap mata Sebastian. Chris tersenyum seraya mempererat genggaman tangannya pada Moira.“Terima kasih atas doanya,” kata Chris seraya menatap Moira.Moira menatap Chris, wajahnya mendadak merah. Sebastian yang melihat itu semua semakin tidak senang. Berbeda dengan Viella yang tersenyum. Sebastian seperti salju beku. Moira tidak nyaman, ia memiringkan tubuhnya dan berbisik di telinga Chris.“Aku haus.”Chris membalas bisikkan itu seraya tersenyum. “Oke, tunggu.”Viella dan Sebastian memperhatikan mereka. Tangan Sebastian mengepal, Viella menyadari tatapan dingin tunangannya itu.“Kalau begitu, kami akan pergi berkeliling terlebih dahulu.”“Aku harap kalian menikmati pesta malam ini,” kata Viella.Chris mengangguk pelan seraya mengulas senyum, ia pergi merengkuh pinggang Moira. Tatapan mata Sebastian menajam. Melihat mereka pergi. Kepalan tangannya semakin kuat.“Kamu ingin minum apa?”“Aku ingin minuman yang lebih segar. Tapi menenangkan,” jawab M

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Tunangan Sebastian

    Moira membeku, ia tersentuh mendengarnya. Bibirnya melukis senyuman manis. Chris membalas senyumannya. Setelah itu mobil yang dikendarai oleh Chris menepi di kawasan elit. Tidak banyak mobil yang terparkir, karena mereka lebih banyak diantarkan oleh sopir pribadi.Mereka turun dari mobil, saat yang sama, Chris ragu-ragu menggandeng tangan Moira. Moira yang terkejut mendadak berhenti dan melepaskan diri. Chris menatap Moira.“Malam ini, kamu adalah pendamping wanitaku. Jadi, sudah seharusnya kita bergandengan tangan. Justru para tamu yang lain akan merasa aneh jika melihat kita tidak seintim ini.”“Benar juga, maaf Chris, aku hanya belum terbiasa.”“Tidak apa-apa, aku mengerti.”Moira menggandeng lengan Chris, mereka masuk ke area pesta. Kedatangan Chris dan Moira disambut hangat oleh penjagaan di rumah itu, Moira bisa menebak Chris dikenal oleh banyak orang. Bisa dilihat dari beberapa orang yang mengenali Chris, mereka melambaikan tangan.Rumah pemilik pesta malam ini sangat besar, da

  • Menjadi Candu Sang Penguasa   Aku Takut Membuat Kamu Malu

    Suara rapuh sang ibu membuat hati Moira terasa sesak. Moira tahu hutang keluarganya cukup banyak, ia juga harus membiayai pengobatan adiknya. Di seberang sana terdengar suara lembut, yang meminta agar ibunya tidak mendesak kakaknya terus menerus mencari uang.“Kakak ini aku, bagaimana kabar kakak, aku sangat merindukan kakak.”Mendengar suara adik perempuannya, membuat hati Moira bergejolak menahan isak tangis.“Kakak baik-baik saja, bagaimana kabarmu?” tanyanya dengan suara lembut.“Kakak tidak perlu mencemaskan aku, kakak juga harus memikirkan diri kakak. Maaf ... gara-gara aku, Kakak harus banting tulang mencari uang untuk biaya pengobatanku,” ucap Alena seraya menghela napas. “Aku sudah banyak merepotkan Kakak. Kak, tolong jaga kesehatan Kakak, aku tidak tahu di sana apakah Kakak bisa makan dengan baik, tidur tanpa kedinginan.”Mendengar semua itu, Moira membungkam mulutnya. Air matanya menetes, ia tidak akan membiarkan adiknya tahu dia menangis.“Kakak tidak pernah merasa direpot

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status