MasukTatapan Julian lebih mengerikan dari malam kemarin. Julian semakin mendekat ke arah Moira, sementara Moira semakin mundur langkah demi langkah.
“Jangan mendekat!” seru Moira.
Julian tertawa. Lalu, tatapan matanya berubah menjadi marah, dan dalam sekejap Julian menangkap tubuh Moira seperti seekor serangga!
Lepaskan aku!” jerit Moira melakukan pemberontakan, hingga kemudian menggigit tangan Julian.
Julian mendesis kesakitan, dan kemudian menampar wajah Moira, dengan sadis hingga Moira terjatuh ke lantai. Lalu, Julian berjongkok menjambak rambut Moira dengan kasar. Lalu kembali menampar lagi wajah Moira sebanyak dua kali.
“Jalang sepertimu, memang pantas mendapatkannya!” desis Julian menatap puas.
Wajah cantik Moira, kini berubah menjadi merah penuh jejak tangan Julian. Sedangkan sudut bibirnya berdarah. Moira merasakan bahwa wajahnya berdenyut akibat tamparan yang diberikan oleh Julian. Dengan mata berkaca-kaca Moira menatap Julian, membuat lelaki itu semakin marah.
“Apa yang kau lihat dariku, jalang!” bentak Julian.
Tidak sampai di situ, Julian juga merobek paksa pakaian yang dikenakan oleh Moira. Julian terkejut melihat adanya banyak kecupan di sekejur tubuh Moira, perempuan itu akhirnya tidak bisa lagi membendung air mata, sementara tangannya menutupi dadanya.
“Ck! Dasar gundik rendahan! Kau memang sangat hina. Pura-pura tidak ingin melayani aku. Tapi tubuhmu, tidak bisa membohongiku. Kau hanya perempuan hina! Berapa banyak uang yang kau dapatkan dari lelaki yang belum lama ini kau tiduri?” tanya Julian seraya menjambak rambut Moira semakin keras.
Moira menangis sesenggukan, Julian terus menghina dan merendahkannya. Namun, Moira tidak membela diri. Seperti apa yang dikatakan Julian, ia memang rendahan. Ia menjual tubuhnya, demi uang. Demi bertahan hidup, demi mendapatkan perawatan yang terbaik untuk ibunya. Ia akan melakukan apapun. Sekalipun harus menggadaikan tubuhnya.
Moira tahu, hidup ini sangat keras. Ia terpaksa mengambil jalan ini.
“Katakan padaku, berapa banyak lelaki itu membayarmu?” desak Julian dengan tatapan penuh ejekan.
Moira masih enggan menjawab. Hingga tamparan kembali, mendarat di wajahnya untuk kesekian kalinya. Diamnya Moira membuat Julian kembali marah.
“Beritahu aku, kau dibayar berapa? Aku bisa memberikan kamu uang yang banyak, lebih dari lelaki itu!” bentak Julian, semakin marah. “Asalkan kau harus memuaskanku.”
Moira menatapnya tajam, matanya menunjukkan kebencian.
“Bajingan sepertimu, tidak akan pernah bisa membeli tubuhku!” jawab Moira dengan lantang.
Mendengar itu Julian, tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Moira masih menatapnya tajam tanpa ragu, meskipun air mata terus mengalir, membasahi pelupuk matanya. Julian yang masih berjongkok, menekuk sebelah kakinya dengan tatapan rendah, dan mengejek. Dia mencengkeram rahang Moira.
“Beritahu aku, lelaki seperti apa yang bisa membeli tubuhmu?” tanya Julian seraya membuang ludah ke wajah Moira.
“Kau ingin tahu?” Moira balik bertanya dengan ekspresi menantang.
Julian yang mendengar itu semakin kesal. Dia berdiri, membelakangi Moira seraya mengusap rambut belakangnya, frustrasi menghadapi sikap Moira yang berbeda. Dari kebanyakan wanita penghibur yang pernah ia temui.
Ia kembali membalikkan badan menatap marah Moira, yang saat ini masih tersungkur di lantai sembari menutupi belahan dadanya yang terbuka.
“Berani sekali, kau bermain kata denganku? Memangnya kau semahal itu!” cibir Julian merendahkan.
Julian berjalan mengambil dompet miliknya yang tergeletak di atas meja. Setelah itu, ia menerbangkan uang ke arah tubuh Moira. Sekilas seperti hujan uang. Moira sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Julian.
“Apa, segitu belum cukup membayar tubuhmu?” tanya Julian dengan nada mengejek.
Tidak ada jawaban dari Moira, membuat Julian itu terus melemparkan uang ke arah tubuh Moira, bersama cibiran dan sumpah serapah yang menyakitkan. Hati kecil Moira menelan pahit.
“Apa uang itu sudah cukup membayarmu?” dengus Julian kesal.
Moira tidak hanya dihina, ia merasa dirinya sangat direndahkan oleh Julian. Meskipun ia hina, dia masih memiliki harga diri. Meskipun, dia harus menjual tubuhnya lagi. Dia tidak ingin menjual tubuhnya kepada orang seperti Julian.
“Oh aku tahu, wanita matre sepertimu tidak akan cukup dengan uang segitu.” Julian pun mengeluarkan black card dari dompetnya, dan melemparkannya ke wajah Moira.
Setelah itu, Julian menertawakan Moira dan semakin merendahkannya.
“Kau bisa mengambil semuanya,” kata Julian, dengan angkuh.
Moira yang masih menutupi belahan dadanya, perlahan berdiri. Air matanya tidak lagi sederas tadi. Tatapannya masih sama tajamnya pada Julian.
“Sebanyak apapun uangmu, lelaki sepertimu tidak akan pernah bisa membayar tubuhku. Lelaki sepertimu, tidak layak untuk aku layani. Kau bertanya alasannya, kenapa? Karena kau, lebih rendah dari kotoran!” ucap Moira.
Julian tercengang, ia semakin marah. Moira dapat melihat jelas kebencian dan rasa tidak terima karena dianggap seperti kotoran olehnya.
“Sialan! Kau bilang apa barusan, kotoran?” pekik Julian. “Beraninya, jalang sepertimu menyamakan aku dengan kotoran! Kau yang kotoran sialan!”
Julian memukul Moira lagi dengan bantal sofa terdekatnya, di waktu yang sama Moira berlari ke arah balkon. Julian mengejarnya. Moira melihat ke bawah, menelan salivanya. Kini ia berada di atas ketinggian, tidak ada jalan lagi. Julian tersenyum picik.
“Kau pikir bisa lari dariku.” Julian tersenyum sinis.
“Jangan mendekat,” kata Moira dengan degup jantung tidak beraturan. “Jika kamu mendekat, aku akan melompat dari gedung ini!”
Julian menertawakan Moira. Tawanya semakin keras. Sorot matanya tidak menunjukkan rasa peduli sekalipun Moira mati karena melompat ke bawah sana.
“Lakukan, aku ingin melihatmu melompat.”
Moira meneguk salivanya. Ia menoleh ke belakang, hotel ini terlalu tinggi. Bahkan jika ia melompat, ia tidak akan selamat dan hanya akan berujung pada kematian. Ada kesedihan di matanya, mengingat ibu dan adiknya menunggunya di sana.
‘Tuhan, aku tidak ingin berakhir seperti ini.’
Julian semakin menghampiri. “Ayo melompat sialan. Aku tahu kau tidak memiliki nyali untuk melompat ke sana. Jadi, tidak perlu main petak umpat lagi. Sekarang juga layani aku.”
“Mulutmu terlalu berisik!” Pada saat itu, sosok lelaki tampan muncul dari balik balkon kamar sebelah.
Moira dan Julian terkejut, mereka kompak melirik ke arah lelaki tampan yang kini menatap mereka dari balkon seberang.“Nona, Anda butuh bantuan?” Suaranya lembut.Moira melirik ke arah Julian dan pria asing yang baru pertama kali ditemuinya.“Kau ... sebaiknya jangan ikut campur,” ucap Julian mencoba memperingati.Lelaki itu tidak memedulikan ucapan Julian. Tatapan matanya tertuju pada Moira. Moira membeku dan hanya menatap pria di seberangnya.“Tuan tolong selamatkan aku! Dia ... dia ingin membunuhku!” tuduh Moira.Julian membelalak mendengarnya. Ia langsung meraih rahang Moira mencengkeramnya, Moira kesakitan dan hampir tidak bisa bernapas. Ia meronta-ronta memukul tangan Julian.“Aku peringatkan kau,” kata Julian seraya melirik ke arah pria di balkon itu penuh ancaman. “Aku adalah orang kaya dan terhormat di kota ini. Kau akan menyesal jika ikut campur denganku.”Sementara itu, Moira hampir kehilangan napas. Lalu, lelaki tampan itu menghilang dari pandangan Moira. Julian tersenyum
Tatapan Julian lebih mengerikan dari malam kemarin. Julian semakin mendekat ke arah Moira, sementara Moira semakin mundur langkah demi langkah.“Jangan mendekat!” seru Moira.Julian tertawa. Lalu, tatapan matanya berubah menjadi marah, dan dalam sekejap Julian menangkap tubuh Moira seperti seekor serangga!Lepaskan aku!” jerit Moira melakukan pemberontakan, hingga kemudian menggigit tangan Julian.Julian mendesis kesakitan, dan kemudian menampar wajah Moira, dengan sadis hingga Moira terjatuh ke lantai. Lalu, Julian berjongkok menjambak rambut Moira dengan kasar. Lalu kembali menampar lagi wajah Moira sebanyak dua kali.“Jalang sepertimu, memang pantas mendapatkannya!” desis Julian menatap puas.Wajah cantik Moira, kini berubah menjadi merah penuh jejak tangan Julian. Sedangkan sudut bibirnya berdarah. Moira merasakan bahwa wajahnya berdenyut akibat tamparan yang diberikan oleh Julian. Dengan mata berkaca-kaca Moira menatap Julian, membuat lelaki itu semakin marah.“Apa yang kau liha
Seketika tubuh Moira lemas, uang ini hanya cukup untuk membayar hutang keluarganya dan juga berobat awal adiknya. Jika ayah tirinya tahu ia memiliki uang sebanyak ini, pria itu pasti akan merampasnya.“Bagaimana caranya, agar aku bisa mendapatkan uang lebih banyak, untuk pengobatan Alena?” Moira memegangi kepalanya, mondar-mandir seraya menimbang-nimbang kembali. Apakah ia harus kembali ke rumah bordil itu lagi, terlebih ia baru saja membuat Julian tidak sadarkan diri.Namun, Moira tidak punya pilihan. Ia yang tidak kenal siapapun di Ibukota, dan harus secepatnya mendapatkan uang lebih banyak. Ia harus kembali ke tempat itu. Air matanya tumpah, ia langsung menghubungi ibunya.“Hallo, Ibu. Aku sudah membaca pesan dari Ibu. Ibu jangan cemas, aku akan mencari uang untuk pengobatan Alena,” ucapnya seraya menguatkan sang ibu.“Moi, kamu sudah mendapatkan pekerjaan?” tanya seorang perempuan, di seberang sana dengan suara yang sangat letih.Mendengar pertanyaan itu membuat Moira menahan tan
Mata Moira melebar, dan cemas. Degup jantungnya seperti genderang yang akan perang. Tiba-tiba di mendapatkan tawaran yang menggiurkan di saat dia memang sangat butuh uang yang banyak.“Akan kuberi uang sebanyak 200 juta. Puaskan aku, sekarang ... aku tidak bisa menahannya lagi!” bisiknya, yang kini sudah mengecup tengkuk Moira, rasa panas tiba-tiba menguasai tubuhnya. Matanya melebar dan mencoba melepaskan diri.Namun, pria itu, dengan cepat memutar keadaan dan membuat tubuh Moira berada di bawah tubuhnya. Kedua tangannya terkunci. Pria asing itu menciumnya dengan sangat rakus, membuat Moira tidak bisa bernapas.“Tuan ... tolong jangan begini,” kata Moira, matanya berkaca-kaca.Pria di depannya melihat pakaian Moira yang sudah tersobek tepat bagian dada, memperlihatkan bagian yang terbentuk padat. Napas pria itu memburu, semakin kesakitan.“Nona, aku mohon! Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. 300 juta apa sudah cukup?” tanya pria itu hendak mencium bibir Moira. Moira membeku, 300 ju
“Lepaskan aku!” berontak seorang perempuan bernama Moira, yang saat ini menolak pakaiannya dilucuti satu persatu dengan kasar, oleh seorang pria asing yang sama sekali tidak dikenalinya.Lelaki bernama Julian, yang kini, sedang berusaha melancarkan aksinya di sebuah sofa di kamar hotel. Namun, Moira terus melakukan perlawanan.“Jangan lakukan itu, aku mohon!” pinta Moira yang saat ini, masih menghindari Julian yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan kotor.“Wanita murahan sepertimu, tidak usah malu-malu. Ayo layani aku sekarang juga,” ucap Julian dengan tatapan mesum dan senyuman menjijikkan.Moira merasa ditipu oleh Ares, ayah tirinya. Pria itu mengatakan, jika ingin melunasi hutang keluarga dan membiayai pengobatan keluarganya, yang kini telah mencapai ratusan juta. Ia harus bekerja di Kota.Ares juga meyakinkan Moira, ia memiliki seorang teman yang bisa memberinya pekerjaan di Ibukota. Rupanya, teman yang dimaksud Ares, adalah seorang mucikari bernama Belinda.Belinda awalnya m







