MasukMata Moira melebar, dan cemas. Degup jantungnya seperti genderang yang akan perang. Tiba-tiba di mendapatkan tawaran yang menggiurkan di saat dia memang sangat butuh uang yang banyak.
“Akan kuberi uang sebanyak 200 juta. Puaskan aku, sekarang ... aku tidak bisa menahannya lagi!” bisiknya, yang kini sudah mengecup tengkuk Moira, rasa panas tiba-tiba menguasai tubuhnya. Matanya melebar dan mencoba melepaskan diri.
Namun, pria itu, dengan cepat memutar keadaan dan membuat tubuh Moira berada di bawah tubuhnya. Kedua tangannya terkunci. Pria asing itu menciumnya dengan sangat rakus, membuat Moira tidak bisa bernapas.
“Tuan ... tolong jangan begini,” kata Moira, matanya berkaca-kaca.
Pria di depannya melihat pakaian Moira yang sudah tersobek tepat bagian dada, memperlihatkan bagian yang terbentuk padat. Napas pria itu memburu, semakin kesakitan.
“Nona, aku mohon! Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. 300 juta apa sudah cukup?” tanya pria itu hendak mencium bibir Moira. Moira membeku, 300 juta bukan uang yang sedikit. Karena tidak ada jawaban dari Moira akhirnya pria itu, kembali melanjutkan perkataannya. “500 juta, tidak ada penawaran lagi.”
Moira meneguk salivanya, matanya melebar. Sebelum dia menjawab, bibir pria itu sudah lebih dulu memagutnya dengan sangat lembut dan hangat. Merobek bagian depan pakaian Moira, memperlihatkan keindahannya yang belum pernah terjamah.
Cup! Tanpa basa-basi pria itu mengecupnya. Moira membelalak. Ia terjebak dalam belenggu pria asing itu. Mengingat nominal yang pria itu sebutkan, tanpa pikir panjang lagi Moira menyerahkan tubuhnya. Walaupun ada rasa tidak dalam hati kecilnya.
Pria itu melucuti pakaian Moira. Moira gelisah dan nyaris tidak percaya. Namun, pria itu sudah tidak dapat lagi menahan hasrat bercintanya yang menggebu.
“Jangan menolak, aku berjanji akan memberikan kamu uang. Tapi, kau harus memuaskan aku malam ini.”
Tubuh Moira gemetar. Ia tidak berontak, mengingat kembali bahwa dia memang membutuhkan uang yang sangat banyak. Terlebih lelaki itu menjanjikan uang sebanyak 500 juta. Moira kini, memejamkan matanya dan menyerahkan tubuhnya malam itu kepada lelaki yang bahkan tidak dia kenali.
Moira sama sekali tidak menyangka, setelah lolos dari pria hidung belang. Dia malah masuk ke kandang singa, di saat yang sama ada rasa cemas. Takut pria asing itu mengingkari janjinya.
Pria itu, menciumnya dengan kasar, menggigitnya dan menariknya. Ia mencium Moira semakin dalam, di waktu yang sama, ia semakin merasa kehausan, hasrat lelaki itu seperti percikan api yang semakin berkobar dan tidak bisa padam. Dia memberikan kecupan bertubi-tubi di dada Moira. Dia tidak tahan lagi, lalu mengecup lagi bibir Moira dan langsung membuka celananya hingga menyisakan pakaian bagian atas miliknya.
Tak ingin membuang waktu, lelaki itu juga langsung menekan miliknya, dengan kasar tak peduli orang di bawahnya merintih kesakitan! Moira memejamkan matanya, air matanya menetes malam itu. Lelaki itu, mengunci bibirnya bersama desahan yang hebat.
Moira merasakan seperti urat-urat di tubuhnya terputus.Pria itu sedikit kesulitan, tetapi ia terus menerus menekan miliknya dengan sangat kuat. Moira meremas seperai.
‘Sakit! Ini sangat menyakitkan!’ ucap hati Moira, dengan mulut yang telah dikunci oleh lelaki yang saat ini mendominasi tubuhnya.
Tidak ada kelembutan dari pria itu, dorongan kuat miliknya seperti gempa bumi yang hebat. Moira tidak tahan lagi, dia menjerit mendesah dan hanya bisa pasrah. Ketika melihat pria asing itu seperti kelaparan dan seakan ingin memakan tubuhnya hingga habis dan tidak tersisa.
‘Aaah! Ini, sangat enak!” desah pria itu, seraya menggoyangkan pinggulnya dengan cepat, sembari memainkan keindahan di depan matanya. Menariknya, menekannya membuat Moira mendesis kesakitan.
Moira tidak berani membuka matanya, bahkan saat ketika lelaki itu menjamah tubuhnya dengan brutal, juga membabi buta tubuhnya. Tidak peduli, ia kesakitan. Moira yang tidak punya pengalaman dalam hubungan sex, benar-benar terkesima.
Namun, seiring waktu, perlahan ia mendesah pelan. Wajahnya merah, ia merasa malu. Seumur hidupnya ini pertama kali baginya, merasakan perasaan seperti ini. Semua rasa yang ia rasakan begitu bercampur aduk.
“T—tolong pelan sedikit!” desahnya.
Namun, pria asing itu sama sekali tidak mengindahkan ucapannya. Ia semakin menggila, tubuh Moira gemetar Hebat bersama rasa yang asing yang bahkan sulit ia jelaskan.
“Aaaahhh!”
Pria itu semakin mempercepat lajunya, membuat Moira mengerang dalam perasaan hangat. Perlahan Moira akhirnya membuka matanya, melihat wajah tampan di depannya. Lalu di sambut dengan ciuman panas yang mampu mengguncangkan tubuhnya, terasa menarik ke akar-akar tubuhnya.
Di tengah kehangatan dan kelegaannya, pria itu yang masih berada dalam puncak gairah menyadari kalau Moira masih perawan. Lelaki itu, sempat menghentikan aksinya dan membelai wajah Moira.
Mata mereka saling bertemu, tangannya mengelus wajah yang sudah basah oleh air mata. Pria itu tidak berbicara, hanya menatapnya seakan lembut dan kembali menggoyangkan pinggulnya namun, tidak sekasar saat pertama. Pria itu melumat bibir Moira dengan lembut.
‘Ternyata dia masih perawan?!’
Pria itu menarik miliknya, lalu dan menarik tubuh Moira membuat tubuhnya memunggungi pria itu. Dengan kecepatan yang begitu kuat, pria asing itu menekan kembali miliknya seraya memegangi tangan Moira.
Tidak sampai di situ, dia juga meremas bokong Moira. Sesekali ia memukulnya, desah napasnya semakin membara. Moira dapat merasakan tubuh pria itu memanas, pria itu meraih wajah Moira seraya mengecup bibirnya lembut. Sementara tangannya menekan kuat pucuk bunga yang merekah di depan sana.
Kini tidak hanya napas pria itu yang menggebu. Napas Moira semakin ikut tidak beraturan, napas mereka perlahan seirama, dengan kecepatan yang semakin hebat membuat Moira hampir tidak bisa bertahan.
“Tuan, tolong berikan aku istirah---“
Pria asing itu mengunci bibirnya, di tengah-tengah puncak gairah bercampur rasa perih yang dirasakan oleh Moira. Ia mengerang, membuat wajahnya merah tak kuasa menahan malu. Sementara pria asing itu hanyut oleh panasnya gairah bercinta.
Setiap lekuk tubuh Moira dipenuhi oleh kecupan panas. Setiap inci tubuhnya, dihujani tanda merah yang indah. Hampir saja tidak ada tempat baru di bagian dadanya. Moira hampir ketakutan pria itu akan melahap seluruh tubuhnya.
***
Moira membuka matanya, dia melihat langit-langit kamar hotel. Entah sudah berapa lama ia tertidur, yang ia tahu saat ini lelah. Tubuhnya sakit, bahkan sulit sekali untuk menggerakkan tubuhnya.
Moira pun buru-buru bangun, ada rasa tidak nyaman pada bagian bawahnya. Terasa sakit dan perih, membuatnya merasa sulit saat berjalan.
Dilihatnya di sebuah nakas tergeletak sebuah amplop berwarna coklat. Lalu, di atasnya tergeletak di atasnya tergeletak sebuah cek sebesar 600 juta. Moira meraih cek itu. Dilihatnya lekat-lekat. Matanya melebar, ia nyaris tidak percaya dengan angka yang tercantum di kertas itu. Moira menghitungnya, matanya berkabut hampir tidak percaya. Jantungnya bergemuruh hebat.
Moira pun membuka amplop warna coklat. Saat dilihat, matanya melotot. Moira meneguk salivanya.
‘Uang lagi?’
Setelah terpaku cukup lama, akhirnya Moira melihatnya lagi dan membuka amplop coklat itu. Ia menghitung semua uang itu. Total dalam amplop coklat itu sebesar 500 juta. Tanpa permisi, air matanya jatuh membasahi pipi.
Moira bertanya-tanya orang kaya mana yang memberinya uang sebanyak ini. Dia sempat melirik ke sekeliling kamar hotel itu, hanya ada dirinya. Lelaki itu sudah pergi, dan memberinya uang sebanyak ini. Uang yang tidak sedikit, cukup untuk pengobatan adiknya.
“Pria asing itu, menepati janjinya. Sekarang aku tidak perlu lagi ke rumah bordil itu,” ucapnya, namun ia juga merasa dirinya sangat hina. Demi sebuah uang, ia harus menjual tubuhnya.
Moira memeluk cek dan amplop berisikan uang itu di dadanya. Di sisi lain, dia sedikit lega karena sudah mendapatkan uang. Di waktu yang sama, ia menerima pesan masuk.
[Ibu : Adikmu terkena Leukimia. Alena membutuhkan perawatan medis secepatnya!]
Moira dan Julian terkejut, mereka kompak melirik ke arah lelaki tampan yang kini menatap mereka dari balkon seberang.“Nona, Anda butuh bantuan?” Suaranya lembut.Moira melirik ke arah Julian dan pria asing yang baru pertama kali ditemuinya.“Kau ... sebaiknya jangan ikut campur,” ucap Julian mencoba memperingati.Lelaki itu tidak memedulikan ucapan Julian. Tatapan matanya tertuju pada Moira. Moira membeku dan hanya menatap pria di seberangnya.“Tuan tolong selamatkan aku! Dia ... dia ingin membunuhku!” tuduh Moira.Julian membelalak mendengarnya. Ia langsung meraih rahang Moira mencengkeramnya, Moira kesakitan dan hampir tidak bisa bernapas. Ia meronta-ronta memukul tangan Julian.“Aku peringatkan kau,” kata Julian seraya melirik ke arah pria di balkon itu penuh ancaman. “Aku adalah orang kaya dan terhormat di kota ini. Kau akan menyesal jika ikut campur denganku.”Sementara itu, Moira hampir kehilangan napas. Lalu, lelaki tampan itu menghilang dari pandangan Moira. Julian tersenyum
Tatapan Julian lebih mengerikan dari malam kemarin. Julian semakin mendekat ke arah Moira, sementara Moira semakin mundur langkah demi langkah.“Jangan mendekat!” seru Moira.Julian tertawa. Lalu, tatapan matanya berubah menjadi marah, dan dalam sekejap Julian menangkap tubuh Moira seperti seekor serangga!Lepaskan aku!” jerit Moira melakukan pemberontakan, hingga kemudian menggigit tangan Julian.Julian mendesis kesakitan, dan kemudian menampar wajah Moira, dengan sadis hingga Moira terjatuh ke lantai. Lalu, Julian berjongkok menjambak rambut Moira dengan kasar. Lalu kembali menampar lagi wajah Moira sebanyak dua kali.“Jalang sepertimu, memang pantas mendapatkannya!” desis Julian menatap puas.Wajah cantik Moira, kini berubah menjadi merah penuh jejak tangan Julian. Sedangkan sudut bibirnya berdarah. Moira merasakan bahwa wajahnya berdenyut akibat tamparan yang diberikan oleh Julian. Dengan mata berkaca-kaca Moira menatap Julian, membuat lelaki itu semakin marah.“Apa yang kau liha
Seketika tubuh Moira lemas, uang ini hanya cukup untuk membayar hutang keluarganya dan juga berobat awal adiknya. Jika ayah tirinya tahu ia memiliki uang sebanyak ini, pria itu pasti akan merampasnya.“Bagaimana caranya, agar aku bisa mendapatkan uang lebih banyak, untuk pengobatan Alena?” Moira memegangi kepalanya, mondar-mandir seraya menimbang-nimbang kembali. Apakah ia harus kembali ke rumah bordil itu lagi, terlebih ia baru saja membuat Julian tidak sadarkan diri.Namun, Moira tidak punya pilihan. Ia yang tidak kenal siapapun di Ibukota, dan harus secepatnya mendapatkan uang lebih banyak. Ia harus kembali ke tempat itu. Air matanya tumpah, ia langsung menghubungi ibunya.“Hallo, Ibu. Aku sudah membaca pesan dari Ibu. Ibu jangan cemas, aku akan mencari uang untuk pengobatan Alena,” ucapnya seraya menguatkan sang ibu.“Moi, kamu sudah mendapatkan pekerjaan?” tanya seorang perempuan, di seberang sana dengan suara yang sangat letih.Mendengar pertanyaan itu membuat Moira menahan tan
Mata Moira melebar, dan cemas. Degup jantungnya seperti genderang yang akan perang. Tiba-tiba di mendapatkan tawaran yang menggiurkan di saat dia memang sangat butuh uang yang banyak.“Akan kuberi uang sebanyak 200 juta. Puaskan aku, sekarang ... aku tidak bisa menahannya lagi!” bisiknya, yang kini sudah mengecup tengkuk Moira, rasa panas tiba-tiba menguasai tubuhnya. Matanya melebar dan mencoba melepaskan diri.Namun, pria itu, dengan cepat memutar keadaan dan membuat tubuh Moira berada di bawah tubuhnya. Kedua tangannya terkunci. Pria asing itu menciumnya dengan sangat rakus, membuat Moira tidak bisa bernapas.“Tuan ... tolong jangan begini,” kata Moira, matanya berkaca-kaca.Pria di depannya melihat pakaian Moira yang sudah tersobek tepat bagian dada, memperlihatkan bagian yang terbentuk padat. Napas pria itu memburu, semakin kesakitan.“Nona, aku mohon! Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. 300 juta apa sudah cukup?” tanya pria itu hendak mencium bibir Moira. Moira membeku, 300 ju
“Lepaskan aku!” berontak seorang perempuan bernama Moira, yang saat ini menolak pakaiannya dilucuti satu persatu dengan kasar, oleh seorang pria asing yang sama sekali tidak dikenalinya.Lelaki bernama Julian, yang kini, sedang berusaha melancarkan aksinya di sebuah sofa di kamar hotel. Namun, Moira terus melakukan perlawanan.“Jangan lakukan itu, aku mohon!” pinta Moira yang saat ini, masih menghindari Julian yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan kotor.“Wanita murahan sepertimu, tidak usah malu-malu. Ayo layani aku sekarang juga,” ucap Julian dengan tatapan mesum dan senyuman menjijikkan.Moira merasa ditipu oleh Ares, ayah tirinya. Pria itu mengatakan, jika ingin melunasi hutang keluarga dan membiayai pengobatan keluarganya, yang kini telah mencapai ratusan juta. Ia harus bekerja di Kota.Ares juga meyakinkan Moira, ia memiliki seorang teman yang bisa memberinya pekerjaan di Ibukota. Rupanya, teman yang dimaksud Ares, adalah seorang mucikari bernama Belinda.Belinda awalnya m







