Share

Bab 4: Serba-serbi Ibu Sambung

Belum juga Anita bangun, dia sudah mendapat pesan dari Wira untuk mengantar Jaya ke sekolah. Jaya tidak mau pergi, jika bukan Anita yang mengantarnya. Hal ini membuat Anita pusing berkeping-keping. Mana dia juga punya keponakan cantik yang harus diantar tiap pagi.

"Ya ampun, beban bertambah lagi." Umpat Anita yang merenungkan nasibnya.

Setelah selesai sarapan pagi bersama Lilis, Anita berangkat membawa Lilis ke sekolah. Namun dia singgah ke rumah Jaya terlebih dahulu untuk membawa anak itu juga. Lilis yang melihat aunty nya melewati jalan berbeda, mulai berkomentar.

"Aunty! Kau salah jalan!" Teriak Lilis dengan keras.

"Tidak, ini jalan yang benar." Balas Anita.

"Benarkah?" Lilis kebingungan dan semakin bingung setelah Anita berhenti di depan sebuah rumah megah. Anita turun dan membuka pagar sambil menarik Lilis.

"Aunty, kita mau merampok di rumah orang?" Tanya Lilis yang tidak mau berhenti berbicara.

"Aunty mau memperkenalkan kamu dengan teman baru." Ujar Anita tersenyum ramah. Kebetulan, keponakan cantiknya satu sekolah dengan Jaya, namun berbeda kelas. Jaya satu tahun lebih tua dari Lilis membuat kelas Jaya lebih tinggi dari Lilis.

"Teman?" Tanya Lilis kebingungan. Wajah polos anak kecil itu, terukir indah di wajahnya.

Setelah berhadapan dengan Jaya langsung, Lilis saling menatap dan tak berkedip menatap Jaya. Lilis menjadi heran, sejak kapan auntynya kenal dengan anak sombong ini. Pasalnya, Jaya dikenal tidak mau berteman di sekolahnya dan selalu dijaga oleh pengawalnya.

"Dia teman yang aunty maksud?" Tunjuk Lilis tidak percaya.

"Kenapa? Kau tidak suka? Jaya ini luar biasa dan tampan." Bujuk Anita melihat tatapan keponakannya jengkel seketika. Begitupun dengan Jaya, dia melipat kedua tangannya dan mengalihkan pandangannya sambil memasang wajah cemberut.

"Jaya, ada apa?" Tanya Wira yang selesai menelpon dan melihat tatapan marah anaknya.

"Apa yang kau lakukan pada anakku?" Tunjuk Wira ke arah Anita. 

"Apa? Aku? Aku tidak bersalah." Bela Anita yang disambut anggukan oleh Lilis.

"Aku tidak mau, mama punya anak selain Jaya. Titik!" Teriak Jaya yang menekan perkataannya. Dua orang dewasa, Wira dan Anita terkejut bukan main. Dia tidak menyangka, Jaya mengatakan hal seperti itu.

"Aunty, dia anak aunty? Aunty punya anak diluar nikah? Apa nenek tahu?" Tanya Lilis yang mengamati wajah Jaya dan Anita bergantian.

"Ya ampun! Aunty benar-benar..." Lilis seketika menutup mulutnya dengan memasang wajah terheran-heran. Dia tidak menyangka dan merasa syok mengetahui rahasia Anita.

"Anak kecil! Jangan berpikir macam-macam." Bisik Anita mengingatkan.

"Hei! Kau benar anaknya auntyku? Sejak kapan?" Tanya Lilis sambil menarik tangan Jaya untuk berhadapan dengannya.

"Sejak lahir, aku anaknya mama. Jangan pernah rebut mamaku! Jaya tidak suka!" Jawab Jaya yang berteriak keras.

"Wah! Berarti aku sudah punya keponakan? Bahkan, keponakanku jauh lebih tua dariku. Kau mau aku kenalkan pada nenek? Dia pasti sangat terkejut ketika melihatmu. Mungkin dia langsung terserang penyakit jantung." Ujar Lilis berterus terang.

"Lilis! Jaga mulutmu!" Bentak Anita, tetapi keponakannya sangat keras kepala. Dia menghiraukan perkataan Anita dan tetap menatap Jaya.

"Kau bisa tinggal dirumahku bersama aunty. Aku bisa minta pengampunan pada nenek agar dia memaafkan kesalahannya dimasa lalu." Ujar Lilis.

Wira terdiam sejenak, mencoba mendengarkan perkataan keponakan Anita. Mata Jaya membulat saat tahu anaknya diajak tinggal dirumah pengasuh baru Jaya. Wira bahkan belum kenal betul, siapa Anita. Kenapa anaknya bisa memanggilnya dengan sebutan mama secara tiba-tiba?

"Mohon maaf, menyela pembicaraan kalian. Tetapi, Jaya punya rumah lebih besar dari rumah nenekmu. Jaya tidak akan tinggal dirumah orang lain." Sahut Wira dengan senyum dipaksakan.

"Kau pikir, aku juga mau melakukannya?" Bisik Anita sambil menaikkan alisnya.

"Aku mau kok, Pa! Aku harus tinggal dirumah mama, karena dia mamaku!" Ujar Jaya dengan riang. Dia menarik tangan Anita dan mengusapnya dengan lembut. 

"Apa?" Wira dan Anita terkejut setengah mati. Dia tidak tahu jarus berkata apa. Tubuh mereka mematung dalam sekejap. Apa yang terjadi?

Sepulang sekolah, Anita masuk mengendap-endap ke rumahnya. Dia membawa Lilis dan Jaya bersamaan. Anita melarang mereka mengeluarkan suara dan berencana membiarkan Jaya tinggal dirumahnya tanpa sepengetahuan neneknya.

"Apa ini bukan rumah kita? Kenapa kita masuk seperti pencuri?" Tanya Jaya yang heran. Dia sedari tadi bingung melihat Anita waspada setiap kali berjalan.

"Husst! Kau tidak boleh berisik." Ucap Anita yang berbalik menghadap Jaya. Dia tidak seharusnya membawa anak itu ke rumahnya, tetapi dirinya sudah terlanjut mendapat pekerjaan sebagai ibu sambung Jaya. Jika berhenti mendadak, sayang gajinya yang nominalnya terlalu banyak untuk dirinya.

Anita menghela nafas lega saat berhasil masuk ke kamarnya. Dia mengunci pintu ketika Jaya dan Lilis tidak ketahuan. Anita lalu membuat janji dengan keponakannya yang punya mulut super cerewet agar tidak mengadu pada nenek.

"Tenang saja, aku orang yang selalu menepati janji. Lagian, aku tidak akan biarkan aunty di usir dari rumah ini karena punya anak diluar nikah." Jawab Lilis ketika ditanya untuk tetap diam.

"Apa nenekmu sangat kejam? Mamaku terlihat sangat takut padanya?" Tanya Jaya yang melihat Anita selalu khawatir.

Anita berbaring, bersitirahat sejenak dan membiarkan dua anak itu berbincang. Anita akhirnya tertidur tanpa dia sadari. Jaya dan Lilis melihatnya, langsung menarik selimut dan membalut tubuh Anita.

"Kau mau menemui nenek?" Tanya Lilis seketika. Dia menarik tangan Jaya bahkan sebelum Jaya merespon.

"Nenek! Nenek! Aunty punya anak diluar nikah!" Teriak Lilis yang berlari menuruni tangga. Jaya hanya diam.

Tidak lama, nenek Anita benar keluar dari kamarnya. Dia bingung melihat anak asing di belakang Lilis. Dengan cepat, Nenek Anita meraih tangan Jaya dan membawa anak itu duduk di sofa.

"Dia temanmu?" Tanya nenek Anita yang melihat seragam sekolah Jaya sama dengan seragam Lilis.

"Nek, dia cucumu juga. Dia anaknya aunty!" Ujar Lilis memberitahu. 

Awalnya, nenek Anita tidak percaya. Namun melihat keseriusan Jaya dan Lilis, nenek Anita mulai percaya. Dia mendatangi kamar Anita dan menendang pintu kamarnya hingga orang tidur itu terpaksa bangun dengan terkejut.

"Jaya, Lilis, apa yang kalian..." Barusaja Anita ingin menegur kedua anak itu, mengira mereka yang melakukannya, wajah neneknya berubah menyeramkan dan menatapnya dengan kuat seolah Anita adalah mangsa yang sempurna.

"Nenek? Itu benar nenek? Aku tidak bermimpi kan?" Ucap Anita yang mengucap matanya untuk memastikan.

"Oh, karena itu kau tidak mau menikah? Diam-diam punya anak diluar nikah. Siapa lagi nama ayahnya tadi? Wira? Wah, kau benar-benar Anita!" Bentak nenek Anita yang berlari menghampiri Cucunya. Anita segera menghindar dan berusaha membujuk neneknya.

"Itu tidak seperti dugaan, Nenek. Jangan dengarkan kata Lilis dan Jaya. Aku bisa jelaskan semuanya, asal nenek bisa tenang dulu!" Teriak Anita yang masih menghindar dari neneknya. Mereka berputar di dalam kamar dan saling mengejar.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status