Bab 65Novia bergegas membuka pintu. Saking bergegasnya, dia melupakan ritual mengintip tamu yang datang melalui jendela kaca depan, sehingga dia sangat terkejut manakala sosok tinggi menjulang itu muncul di hadapannya.Perempuan itu langsung membeku, menatap pria itu dengan pandangan horor.Albert. Laki-laki itu tersenyum sopan. "Siapa yang datang, Mbak?" Suara Naina dari arah dalam. Langkah-langkah kaki yang terus mendekat, seirama dengan detak jantung Novia. Dia tahu pasti kesalahannya. Dia ceroboh karena membuka pintu rumah sembarangan."Al...." Bibirnya mengucap nama Al, tapi pandangannya tertuju pada Novia, tatapan yang seolah ingin menembus jantung perempuan itu."Maaf," lirih Novia. "Tak apa, Mbak. Ini bukan salah Mbak Novia." Seolah mengerti perasaan Novia, Naina merangkul perempuan itu. Diajaknya Novia untuk bergeser kesamping, sehingga pintu terbuka lebar."Silahkan masuk, Al. Bilqis dan Queen ada di kamar itu. Kamu masuk aja." Naina menunjuk ke kamar paling depan, sement
Bab 64Apalagi yang bisa dilakukan oleh orang yang patah hati seperti dirinya?Suara dentuman musik langsung menguasai indera pendengarannya tatkala Roy memasuki tempat ini. Sementara kerlap kerlip lampu memanjakan mata, tapi seketika membuatnya sedikit pusing.Sudah hampir dua tahun ia tidak pernah lagi menginjakkan kakinya kemari. Dan sekarang dia kembali ke tempat ini karena ia tak punya pilihan.Hanya yang sudah mengalami yang tahu bagaimana rasanya."Hai Roy!" sapa pria muda itu. Seorang barista yang langsung menghampiri Roy."Hai, Deon. Minuman seperti biasa ya." Pria itu menyerahkan selembar uang seratus ribuan kepada Deon. "Kamu masih ingat dengan minuman kesukaanku, kan?""Aman, Bro. Pastinya!" Dia mengacungkan jempol, lalu segera menghilang di balik orang-orang.Roy mengambil tempat duduk di sebuah sudut, tapi cukup strategis, karena langsung menghadap area depan yang penuh dengan orang-orang yang berjoget.Apakah mereka juga memiliki masalah seperti dirinya, lalu memutuska
Bab 63"Tidak mungkin! Kamu pasti bohong!""Kamu bisa tanya Naina sendiri kalau nggak percaya," balas Albert tak mau kalah."Kalian sudah pernah bertemu?!" Kesibukannya beberapa hari terakhir membuat Roy tak memiliki perhatian penuh pada Naina. Selama ini dia merasa aman dengan menempatkan dua orang berada di sekitar rumah yang ditinggali oleh Naina, juga dengan Mak Ijah. Tapi tidak ada laporan yang masuk tentang pertemuan antara Albert dengan Naina.Bahkan dari mak Ijah sekalipun!Bukankah perempuan tua itu memang ia tugaskan untuk membantu Naina sekaligus mengawasi perempuan itu, termasuk menjadi tempat curhat Naina, supaya ia bisa mengetahui bagaimana perasaan perempuan itu, terutama perasaannya terhadap Albert?!Kenapa Mak Ijah tidak menghubunginya?Situasi terkini negara ini yang berpengaruh pada fluktuasi nilai saham membuat dia pusing tujuh keliling dan melupakan hal yang sebenarnya ia takutkan."Iya, beberapa hari yang lalu kami bertemu, lebih tepatnya Naina yang mengajak ber
Bab 62"Aku nggak mau merusak rumah tangga kamu. Please, jangan paksa aku menjadi perebut suami orang. Ingat status kamu. Diantara kita memang ada Bilqis, tapi bukan berarti aku serendah itu, hingga mau menggadaikan harga diri. Jadi, Al, tugas kamu hanya bilang pada Roy, kalau aku ingin ikut sama kamu. Sudah, itu aja. Nggak susah kok. Aku ingin kamu yang bilang gitu sama Roy, soalnya kalau aku sendiri yang bilang, pasti dia nggak bakal ngebolehin, apalagi aku dalam posisi nggak kerja kayak gini. Dia pasti akan kasihan terus sama aku. Akunya yang nggak enak.""Tapi kalau kamu memang mau ikut sama aku, jangan tanggung-tanggung. Jangan bikin kebohongan baru ya, Sayang. Beneran ini, mau tinggal bareng sama aku ya?" Tangan pria itu berpindah ke pipi Naina, tangan yang sudah begitu lama tidak membelai perempuan yang dicintainya. "Bisa menyentuhmu kembali itu sebuah keajaiban, Nai. Aku nggak pernah bisa selepas ini, kecuali hari ini. Dulu aku nggak bisa menunjukkan cintaku ke kamu saat kamu
Bab 61"Maaf Sayang, aku nggak bermaksud...." Pria itu menghela nafas. Masih dengan menggendong Bilqis, dia berdiri di depan perempuan itu. Nyaris tak ada jarak di antara mereka. Siapapun yang melihat pemandangan itu pasti menyangka mereka adalah suami istri dengan dua orang anak."Aku hanya ingin minta tolong sama kamu. Sekali saja....""Apa yang bisa aku bantu?""Aku ingin kamu bilang sama Roy jika aku ingin ikut kamu...." Bibirnya bergetar saat mengucapkan kalimat itu."Ikut sama aku? Maksudnya... kamu ingin tinggal sama aku? Kita tinggal bersama, Sayang?" Pria itu membungkuk. Dia mencondongkan tubuhnya hingga kini mereka begitu dekat.Harum nafas keduanya tercium dengan aroma tubuh masing-masing. Tidak pernah Albert sedekat ini dengan Naina, bahkan saat Naina di rumahnya saja pria itu malah lebih sering menghindar.Tapi sekarang Albert sudah tidak mau lagi berpura-pura. Dia kembali menjadi sosok Albert yang pertama kali dikenal oleh Naina, dan memang itulah dirinya yang sebenarnya
Bab 60Naina benar-benar bimbang. Di satu sisi dia tidak ingin kembali berurusan dengan Albert, tapi di sisi lain dia tidak bisa lepas dari pria itu. Sejauh apapun ia melangkah, tetap saja Albert akan bisa menjangkaunya.Dari dulu sampai sekarang. Walaupun ia sudah menikah dengan Revan, tetap saja pria itu memata-matai dirinya. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika sebenarnya Albert sudah tahu dimana ia tinggal sekarang, hanya saja Albert memang tidak mau mengusiknya.Lalu apa gunanya ia bersembunyi?Dia bersembunyi atau tidak, toh sama saja.[Sayang]Pria itu sudah mengetik pesan yang dengan segera terbaca oleh Naina.[Terima kasih udah buka blokirannya]Namun Naina belum bisa membalas satu huruf pun. Dia masih saja berpikir dan menimbang-nimbang.Bimbang dan galau.Selama bersama dengan Roy, dia memang diperlakukan dengan baik. Pria itu begitu memperhatikan semua kebutuhannya dan anak-anak. Hanya saja Naina merasa tidak enak. Roy tidak ada hubungannya dengan Bilqis ataupun Queen, la