Share

Perlakuan Spesial

Author: AuthorS
last update Last Updated: 2025-07-23 18:07:26

"Silahkan duduk, siapa namamu tadi?" tanya Axel. 

"Namaku Kinan," 

"Oh, ya, Kinan. Selamat datang di rumahku, mulai hari ini kamu bisa bekerja disini." Kata Axel memberikan sebuah senyuman manis pada gadis itu. 

Suara sepasang sepatu terdengar menandakan seseorang datang menghampiri mereka. Ternyata benar, Nenek Axel datang bersamaan seorang wanita muda di sampingnya. 

Mereka begitu terkejut saat melihat Kinan yang kini duduk bersebrangan bersama Axel di ruang tamu. 

"Nenek, bukankah itu..." ucap perempuan bertubuh ramping dengan blue dress selutut yang dikenakannya. 

Belum saja dia bicara, Axel sudah menoleh ke arah mereka. 

"Itu nenek dan juga teman kakakku." Kata Axel memberitahu. 

Kinan segera bangkit, sambil tersenyum, dengan sopan dia menyalami nenek dan juga perempuan itu. Tapi mereka seolah enggan bersentuhan dengan Kinan. Keduanya saling berlirikkan satu sama lain. 

"Segera pekerjakan dia, jangan banyak bicara lagi!" kata nenek, lalu dia kembali pergi di ikuti oleh perempuan tadi. 

"Maafkan sikap nenekku, mungkin dia sedang badmood," ucap Axel sambil bercanda. 

Dia mengantar Kinan ke sebuah ruangan, seorang pelayan membawakan tas Kinan, lalu menaruhnya di kamar tersebut. Sebuah ruangan yang berukuran cukup luas di sertai fasilitas yang nyaman dan juga lengkap di dalamnya. 

"Ini kamarmu, kamu bisa istirahat disini," ucap Axel. 

"Eu... bukankah ini terlalu mewah dan aku hanya..." 

"Siapapun yang berada di rumah ini harus patuh pada peraturanku dan tidak ada yang boleh menolak, membantah apalagi melarangnya. Jadi, sebaiknya kamu tidak merasa keberatan bukan?" kata Axel lagi. 

"Iya, Tuan," ucap Kinan sambil mengangguk ragu. 

"Aku pergi dulu, kamu bereskan saja dulu barang-barangmu, setelah itu sarapan dan langsung bekerja, oke?" kata Axel sebelum dia pergi. 

Lagi, Kinan hanya mengangguk saja. Senyumnya merekah saat melihat kamar yang begitu luas, rapih dan bersih akan menjadi tempatnya beristirahat setiap hari. Baru kali ini dia di perlakukan baik oleh sang majikan. 

"Wah, kasurnya nyaman sekali," Kinan merebahkan diri di atas ranjang. 

"Ehem!" tiba-tiba saja suara deheman terdengar. Perempuan yang mendampingi nenek Rianti datang menghampiri Kinan. 

Tanpa ragu dia menarik kasar tangan gadis itu lalu menampar pipinya. 

Plak! 

"Berani-beraninya kau tidur di kamar adikku! Kau pikir kau ini siapa hah?!" ujar perempuan itu matanya menyorot tajam dengan emosi penuh menggebu-gebu. 

Sambil menahan rasa sakit Kinan memegang pipinya. "Tapi Bu, aku..." 

"Hei! Berani sekali kau memanggilku dengan sebutan ibu! Kau pikir aku sudah tua hah?! Kau ini siapa sebenarnya? Kenapa kau tiba-tiba saja datang dalam kehidupan Axel dan seketika membuatnya berubah padaku?" katanya lagi, dia memegang dagu Kinan dengan kasar. 

"Ma-maaf Nyonya, aku tidak mengerti apa yang anda maksud, aku pikir anda terlalu berlebihan. Dan aku datang ke tempat ini hanya untuk bekerja, bukan merusak hubungan siapapun." Jelas Kinan. 

Plak! 

Satu tamparan lagi mendarat di pipi Kinan. 

"Berani kau menjawab ucapanku!" Perempuan itu mengangkat telunjuknya di hadapan Kinan. "Ingat ya! Tidak ada satupun orang yang akan selamat jika dia berani merusak hubungan di antara aku dan Axel. Terutama kau, babu sialan!" ujarnya lalu pergi begitu saja menutup pintu dengan keras. 

Mendapat perlakuan barusan membuat Kinan tersentak. Dia segera membereskan semua pakaiannya ke dalam lemari, lalu berjalan keluar kamar. 

Kebetulan sekali Axel baru saja turun dari atas tangga. Dia tersenyum saat melihat Kinan yang melirik ke arahnya. Lalu tanpa ragu menarik tangan gadis itu menuju meja makan. 

"Ayo kita sarapan bersama!" ajaknya begitu ramah dan lembut. 

"Tapi Tuan Axel...maaf, aku hanya seorang pekerja, aku tidak pantas makan bersama kalian di atas meja makan." Tolak Kinan secara halus. 

"Apa kamu tidak mendengar perkataanku di ruangan tadi? Semua orang di rumah ini harus patuh pada aturanku, tidak ada yang boleh menolak, membantah apalagi melarangnya. Ayok duduklah dan makan bersama kami!" Axel memundurkan sebuah kursi, mempersilahkan Kinan duduk. 

Sikapnya begitu manis dan lembut sekali. Kinan merasa nyaman dibuatnya. Sesekali dia melirik ke arah Nenek Rianti dan juga perempuan bernama Sania yang duduk berdampingan bersamanya. 

Mereka melihat tak suka pada Kinan yang terlalu di spesialkan oleh Axel, padahal gadis itu hanyalah seorang pekerja.

"Makanlah yang banyak, mengasuh seorang bayi akan membutuhkan tenaga yang banyak. Jadi, kamu harus makan yang banyak dan bergizi." Axel menaruh nasi dan beberapa lauk di atas piring Kinan yang kebingungan di buatnya. 

"Tidak perlu repot-repot Tuan, aku bisa mengambilnya sendiri," ucap Kinan yang merasa risih di perhatikan oleh nenek dan juga Sania.

"Tidak apa-apa Kinan, kamu harus..." 

"Cukup Axel!" nenek menggebrak meja makan dengan keras membuat Axel melihat ke arahnya. 

"Ada apa nek?" tanya Axel heran.

"Jangan terlalu berlebihan memperlakukan seorang pembantu! Dan tidak seharusnya dia berada satu meja makan bersama kita. Dia hanya seorang pembantu!" kata nenek menekankan kata terakhirnya. 

"Nenek, tolong tenang dan duduk kembali!" ucap Axel dengan lembut pada neneknya.

"Bagaimana nenek bisa tenang di saat kamu memperlakukan orang asing yang berstatus sebagai pembantu ini begitu spesial, nenek tidak habis pikir, apa yang membuatmu terpikat padanya?" jawab nenek Rianti. 

"Iya Axel, lagipula kita tidak tahu bagaimana sifat asli perempuan ini. Mungkin saja dia adalah mantan kriminal atau...ada niat lain yang dia inginkan makannya dia mendekatimu," tambah Sania. 

Axel mulai emosi. Dia merasa apa yang diucapkan nenek beserta mantan kakak iparnya itu sangat berlebihan. Baginya semua orang itu sama dan tidak harus di bedakan karena statusnya saja. 

Brak! 

Axel menggebrak meja tak kalah kasar dan kerasnya membuat mereka ketakutan. 

"Apa kalian tidak mengerti tentang ucapanku waktu lalu? Aku yang berkuasa atas rumah ini. Rumah ini milikku, dan semua orang yang berada di rumah ini harus mematuhi aturanku, tidak ada yang boleh menolak, membantah apalagi melarang selain diriku. Apa kalian lupa?" kata Axel penuh emosi. 

Nenek Rianti dan Sania mendadak diam seribu bahasa apalagi Kinan yang kini menunduk merasa tak nyaman karena keberadaannya membuat kacau suasana rumah. 

"Permisi, kalau begitu aku..." 

"Kinan! Tetap berada di kursimu dan habiskan sarapanmu!" kata Axel tegas. 

Kinan yang hendak bangkit tak jadi. Dia kembali duduk, dengan ragu mengambil sendok makan. Sesekali melirik ke arah Nenek dan Sania yang seketika pergi meninggalkan mereka berdua di meja makan. 

"Jangan diambil hati perkataan mereka. Makanlah, habiskan sarapanmu!" ucap Axel sambil menyuap sarapannya. 

Kinan menurut, dia hanya mengangguk lalu menyuap makanan ke mulutnya meski selera makannya sudah hilang sejak tadi. 

Beberapa menit berikutnya Axel mengajaknya menuju sebuah ruangan bayi. Di ikuti oleh Kepala pelayan mereka memasuki ruangan yang tampak seorang bayi perempuan kini tengah menangis di dalam boxnya.

Jiwa keibuan Kinan merasa terpanggil, dia segera mendekat ke arah box, lalu menggendong bayi itu dengan hati-hati. Seketika tangisannya berhenti saat Kinan menimangnya sambil bernyanyi untuk bayi itu. 

"Jangan menagis lagi ya sayang," ucap Kinan pada bayi itu. 

Melihat hal demikian membuat Axel tersenyum kagum begitupun kepala pelayan yang melihat sikap lembut Kinan yang terlihat sangat tulus menimang bayi. 

"Kinan...kamu benar-benar sangat mirip sekali dengan Lea. Bahkan Bayi Reina saja sangat nyaman berada dalam gendonganmu, saat melihatmu seperti melihat sosok Lea hadir dalam dirimu, senyumanmu, wajahmu yang cantik, kalian sungguh mirip." Ucap Axel dalam hatinya. 

"Tuan, sepertinya dia sudah berpengalaman mengasuh bayi, dia terlihat sangat tulus dan telaten," bisik Kepala pelayan pada Axel yang tersenyum mendengarnya. 

"Iya, sepertinya aku tidak salah mempekerjakan seorang pengasuh untuk Reina." Balas Axel. 

Kinan duduk sambil berusaha mengobrol bersama bayi itu. Tapi tiba-tiba saja dia teringat dengan sosok Januar. Saat mereka masih berpacaran dia sering sekali mengasuh keponakan Januar bahkan mereka sering sekali membawa bayi itu pergi bersama kemanapun mereka pergi. 

Lagi-lagi Kinan melamun. Dia masih sangat mengingat kenangan-kenangan indah bersama kekasihnya. Angan-angan yang begitu tinggi selalu terbayang berkhayal bisa menikah dengan laki-laki yang sangat dicintainya. Tak terasa air matanya menetes. 

"Kinan..." panggil Axel yang membuatnya tersadar kembali. "Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya setelah melihat Kinan yang tiba-tiba meneteskan air mata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris   Kerja Sama

    Buru-buru dia menghapus air matanya. "Maaf, aku...aku hanya ingat pada keponakanku," ucap Kinan. "Sepertinya kamu sangat menyayangi bayi itu." Ucap Axel. "Tuan, Bibi permisi dulu," kata Kepala pelayan sambil berlalu pergi. "Ya, lanjutkanlah pekerjaan bibi!" jawab Axel. Kinan mulai bekerja. Dia mengerjakan aktivitasnya di bantu oleh Axel yang sengaja libur bekerja hanya untuk menemani serta memantau pekerjaannya seharian. Seharian penuh mereka bekerja sama mengasuh bayi bak sepasang suami istri yang baru di karuniai buah hati. Di mulai dari memandikan, memberi makan, memberi susunya, menidurkannya. Mereka bermain bersama setelah bayi itu bangun kembali. ———"Terimakasih," ucap Axel pada Kinan saat mereka duduk di kursi taman di malam hari yang hening. "Terimakasih untuk apa?" tanya Kinan heran. Dia melirik ke arah Axel. "Terimakasih untuk hari ini, kamu bekerja dengan baik untukku dan Reina." Ucapnya lagi sambil tersenyum manis. "Tidak perlu berterimak

  • Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris   Perlakuan Spesial

    "Silahkan duduk, siapa namamu tadi?" tanya Axel. "Namaku Kinan," "Oh, ya, Kinan. Selamat datang di rumahku, mulai hari ini kamu bisa bekerja disini." Kata Axel memberikan sebuah senyuman manis pada gadis itu. Suara sepasang sepatu terdengar menandakan seseorang datang menghampiri mereka. Ternyata benar, Nenek Axel datang bersamaan seorang wanita muda di sampingnya. Mereka begitu terkejut saat melihat Kinan yang kini duduk bersebrangan bersama Axel di ruang tamu. "Nenek, bukankah itu..." ucap perempuan bertubuh ramping dengan blue dress selutut yang dikenakannya. Belum saja dia bicara, Axel sudah menoleh ke arah mereka. "Itu nenek dan juga teman kakakku." Kata Axel memberitahu. Kinan segera bangkit, sambil tersenyum, dengan sopan dia menyalami nenek dan juga perempuan itu. Tapi mereka seolah enggan bersentuhan dengan Kinan. Keduanya saling berlirikkan satu sama lain. "Segera pekerjakan dia, jangan banyak bicara lagi!" kata nenek, lalu dia kembali pergi di ikuti oleh perempuan

  • Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris   Sebuah Pekerjaan

    "Jika marah, kenapa harus melempar batu ke danau?" tanya Axel, sambil tersenyum, kini dia sudah berdiri di samping Kinan, yang membuat gadis cantik itu seketika terlonjak kaget. "Astaga!" ujarnya. "Maaf aku sudah membuatmu terkejut," ucap Axel pada Kinan yang tampak ketakutan. "Siapa anda? Kenapa anda tiba-tiba berada disini lagi? Apa yang sebenarnya anda inginkan? Oh, aku tahu, anda ingin memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan 'kan? Anda ini seorang penjahat wanita 'kan?!" tak hentinya sederet pertanyaan itu dia lontarkan seakan tak mengizinkan Axel untuk menjelaskan semuanya. "Bukan begitu Nona, a-aku hanya..." "Memang di dunia ini tidak ada satupun pria yang baik, semua pria itu sama! Pria hanya ingin memanfaatkan kepolosan wanita, kebaikan wanita dan pria hanya menyakiti wanita, semua pria itu penjahat!" ujar Kinan mengomel sambil terus mundur karena Axel berusaha mendekatinya ingin menjelaskan. "Tidak Nona, tidak seperti itu, anda salah. Pemikiran anda salah, tidak semua

  • Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris   Orang asing

    "Ya ampun, baru saja keluar rumah satu kali aku sudah mendapatkan sikap tidak baik dari penduduk sini. Tapi, bagaimana aku akan mendapat pekerjaan kalau di rumah terus." Kata Kinan yang baru saja berlalu dari hadapan Axel. Dia berjalan cepat dengan tubuhnya yang bergetar ketakutan karena sikap Axel tadi. Dia merasa terancam, bahkan berpikir buruk tentang Axel yang dianggapnya tengah mengalami gangguan kejiwaan. Tak berapa lama gadis itu sampai di sebuah rumah. Dia segera masuk, lalu dengan cepat mengunci pintu rumahnya."Ada apa Kinan? Kenapa pintunya tiba-tiba di kunci?" tanya salah seorang wanita berrambut pendek yang tengah menikmati secangkir teh hangat di atas meja makan. "Tidak apa-apa, aku ke kamar dulu!" jawabnya sambil terburu-buru masuk ke dalam kamarnya.Kinan duduk di atas ranjang dengan tatapan kosong dalam lamunannya. Dia mengingat kejadian pahit dalam hidupnya beberapa minggu yang lalu. Mendapati pacarnya tengah bermesraan bersama kakaknya sendiri dalam sebuah ruang

  • Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris   Penghianat

    Suara kicauan burung yang begitu merdu membuat Kinan yang kini tengah menikmati udara segar di pagi hari tersenyum manis. Matanya memandang ke arah beberapa burung yang beterbangan di atas pohon seolah tengah bernyanyi merdu untuknya. "Indah sekali suaramu, bahkan kalian bisa dengan bebas terbang kemanapun yang kalian suka tanpa rasa takut." Ucapnya dengan sendu. "Andai saja aku bisa seperti kalian...tak peduli dengan apa yang sudah terjadi, andai saja aku bisa bernyanyi dengan bebas, terbang kesana-kemari tanpa rasa takut dan melawan semua hal buruk yang selalu menghantui..." ucap Kinan lagi, tak terasa air matanya menetes. Sebuah bayangan buruk tiba-tiba saja melintas dalam benaknya. "Rasanya sangat nikmat sekali, bahkan aku tidak bisa merasakan apa yang baru saja aku rasakan denganmu ketika aku berhubungan bersama Kinan. Bagiku dia terlalu naif dan polos sekali, sedangkan kamu, sangat agresif dan tentunya lebih cantik." Ucap Januar yang baru saja menuntaskan hasratnya bersama d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status