Share

Sebuah Pekerjaan

Author: AuthorS
last update Last Updated: 2025-07-23 18:02:33

"Jika marah, kenapa harus melempar batu ke danau?" tanya Axel, sambil tersenyum, kini dia sudah berdiri di samping Kinan, yang membuat gadis cantik itu seketika terlonjak kaget. 

"Astaga!" ujarnya. 

"Maaf aku sudah membuatmu terkejut," ucap Axel pada Kinan yang tampak ketakutan. 

"Siapa anda? Kenapa anda tiba-tiba berada disini lagi? Apa yang sebenarnya anda inginkan? Oh, aku tahu, anda ingin memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan 'kan? Anda ini seorang penjahat wanita 'kan?!" tak hentinya sederet pertanyaan itu dia lontarkan seakan tak mengizinkan Axel untuk menjelaskan semuanya. 

"Bukan begitu Nona, a-aku hanya..." 

"Memang di dunia ini tidak ada satupun pria yang baik, semua pria itu sama! Pria hanya ingin memanfaatkan kepolosan wanita, kebaikan wanita dan pria hanya menyakiti wanita, semua pria itu penjahat!" ujar Kinan mengomel sambil terus mundur karena Axel berusaha mendekatinya ingin menjelaskan. 

"Tidak Nona, tidak seperti itu, anda salah. Pemikiran anda salah, tidak semua pria seperti itu dan aku bukan orang jahat." Jelas Axel lagi. 

"Tapi kemarin anda....aaaaa!" baru saja ingin kembali bicara, Kinan menjerit karena kakinya terpleset dan dia hampir saja jatuh jika Axel tidak menarik tubuhnya dengan cepat. 

Tak sengaja Kinan jatuh ke dalam pelukkan Axel yang baru saja berusaha menyelamatkannya. Bukannya merasa pangling atas sikap pahlawan yang dilakukan Axel untuknya. Dia malah merasa itu adalah sebuah trik laki-laki untuk bisa menarik perhatian mangsanya. Karena yang dia ingat hanyalah sikap Januar yang buruk yang berdampak pada psikisnya. 

"Lepaskan! Jangan menyentuhku! Anda sengaja memelukku untuk memanfaatkan aku 'kan?" tuduh Kinan sambil mendorong tubuh Axel yang kebingungan dibuatnya. 

Axel mengernyitkan dahinya. Dia merasa ada yang salah dengan gadis itu. Tapi Axel diam saja, dia merasa Kinan memang mengalami masalah pada psikisnya, sama seperti yang dia alami. 

"Mulai sekarang, jangan pernah mendekatiku lagi dan ingat! Aku bukan orang yang anda cari!" ujar Kinan sambil berlalu pergi. 

Mendengar hal itu membuat Axel tersenyum. "Gadis itu, benar-benar mirip dengan Lea, wajahnya mirip, cara dia bicara mengomelpun mirip sekali dengan Lea..." ucapnya bergumam sendiri. 

"Astaga! Aku lupa bertanya soal namanya!" ujarnya lagi saat tersadar Kinan sudah pergi. 

Dengan cepat dia berlari mencari keberadaan Kinan yang entah pergi ke arah mana. Axel berjalan kesana kemari sambil terus melihat ke sekeliling. 

"Tidak ada. Kemana dia pergi? Cepat sekali dia pergi?" gumamnya dengan kecewa.

                         ———

Malam hari Kinan tidak bisa tidur. Kejadian tadi siang sangat mengganggu pikirannya. Dia turun dari atas ranjang, lalu keluar dari kamar dan duduk sendiri di atas sofa memandang ke arah jendela kaca yang masih terbuka gordengnya. 

"Kinan, kenapa belum tidur?" tanya Resa yang datang dari arah dapur sambil mengenakan plastik tangan. 

"Eu...tidak apa-apa bi, aku hanya belum bisa tidur saja." Jawab Kinan. 

Resa melepas sarung tangan plastik, lalu duduk di samping keponakannya. 

"Pasti ada hal yang sedang di pikirkan. Cerita saja, apa yang sebenarnya kamu pikirkan sampai tidak bisa tidur?" tanya Resa. 

"Sebenarnya tadi aku bertemu dengan seorang laki-laki. Menurutku dia itu terlalu aneh Bibi, beberapa hari yang lalu dia tiba-tiba saja datang, lalu mendadak memelukku dari belakang, dia memanggil nama seseorang yang tidak aku kenal. Itu aneh k'an? Dan lagi,  tadi siang dia datang lagi." Jelas Kinan yang membuat Bibinya tersenyum. 

"Jangan khawatir Kinan, mungkin saja dia salah orang, jangan terlalu di pikirkan, lebih baik kamu tidur sekarang. Bibi masih ada pekerjaan." Kata Resa. 

"Pekerjaan? Pekerjaan apa yang sedang bibi lakukan? Kenapa tidak bilang dari tadi, kalau bibi bilang dari tadi aku bisa bantu bibi." Cerocos Kinan kesal. 

"Bibi bekerja membuat kue pesanan. Tadi sudah selesai," Kata Resa sambil berjalan menuju dapur diikuti oleh Kinan.

Saat tiba di dapur terlihat beberapa alat yang begitu berantakan. Kinan melihat sekeliling lalu dengan segera dia membantu bibinya membereskan semua alat memasak. 

                           ———

"Kinan, kamu mau kemana?" tanya Resa setelah melihat Kinan yang baru saja pergi keluar dengan pakaian yang rapih. 

"Eu...aku... aku ingin pergi mencari pekerjaan bi," jawab Kinan ragu tapi dia harus berkata jujur. 

"Astaga Kinan, untuk apa kamu mencari pekerjaan. Sudah, lebih baik kamu masuk dan berhenti berpikir untuk mencari pekerjaan. Biar bibi saja yang bekerja." Kata Resa, dia menggiring tubuh keponakannya masuk ke dalam rumah. 

"Tapi, Bi. Aku ingin bekerja, aku juga butuh pengalaman hidup, bukan hanya ingin bisa membantu bibi saja, tapi aku juga ingin bekerja supaya aku bisa mendapatkan pengalaman." Balas Kinan. 

Resa berpikir sejenak. Perkataan Kinan ada benarnya juga. Setiap manusia harus memiliki pengalaman, bahkan harus banyak pengalaman hidup agar kita tidak selalu bergantung hidup kepada orang lain. 

"Baiklah. Tapi ingat! Kamu harus tetap menjaga diri, dan berhati-hati, oke?" kata Resa. 

Kinan tersenyum mendengarnya. Dia tahu betul dengan sikap posesif bibinya yang begitu khawatir. 

"Tenang saja bibi, aku selalu membawa semprotan cabe yang aku buat semalam, ini senjata baruku." Jawab Kinan sambil tersenyum menunjukkan sebuah semprotan kecil dari dalam tasnya. 

"Hahaha...kamu memang pandai Kinan, pergilah, dan hati-hati ya!" ujar Resa lagi. 

"Oke, bibi sayang..." ucap Kinan,  dia berlalu pergi setelah mendapat izin. 

Seperti biasa Kinan berjalan kaki menelusuri jalanan kota untuk mencari pekerjaan. Di sisi lain, Axel yang ternyata tengah mengendarai mobilnya tak sengaja melihat gadis itu yang terlihat ketakutan saat ingin menyebrang jalan. 

Dia tersenyum, menghentikan mobilnya di pinggir jalan, lalu keluar dari mobil dan berjalan menghampiri Kinan yang masih berdiri di tepi jalan. 

Tak ingin membuat gadis itu merasa risih dengan ucapannya, Axel memegang tangan Kinan lalu membantunya menyebrangi jalan. Sedangkan Kinan yang merasa terkejut kebingungan dengan sikapnya. 

"Terimakasih," ucap Kinan pada Axel setelah Axel membantu dia menyebrang jalan.

"Sama-sama," ucap Axel tersenyum sambil sedikit membungkuk. 

"Kalau begitu aku pergi dulu, permi..." 

"Tunggu sebentar!" cegah Axel saat Kinan hendak berpamitan. 

"Ya?" 

"Bisakah kita bertukar nomor handphone?" ucap Axel to the poin karena dia tidak ingin sampai kehilangan jejak Kinan lagi. 

"Bertukar nomer handphone? Untuk apa?" tanya Kinan polos. 

"Eu...untuk..." Axel menggaruk tengkuknya yang tak gatal mencoba mencari alasan yang tepat. "Untuk kepentingan bekerja. Apa kamu sudah bekerja?" katanya asal saja. 

"Darimana anda tahu kalau aku sedang mencari pekerjaan?" tanya Kinan balik. 

"Jadi, kamu sedang mencari pekerjaan?" tanya Axel lagi. 

"Astaga, apa-apaan ini? Kenapa kita malah saling bertanya satu sama lain? Aku tidak boleh kehilanga kesempatan, aku harus meyakinkannya." Ucap batin Axel. 

"Ya, aku memang sedang mencari pekerjaan. Tapi belum dapat." Jawab Kinan. 

"Bagaimana kalau kamu bekerja di tempatku saja?" tawar Axel. 

"Bekerja di tempat anda?" tanya Kinan lagi. 

"Sebaiknya kita bicarakan tentang ini di restaurant terdekat, mari ikut aku!" kata Axel, tanpa sadar menarik tangan Kinan yang merasa risih. 

Kinan melepaskannya dengan pelan, membuat Axel menyadari tingkahnya. "Oh, maaf," ucapnya. 

Mereka melanjutkan obrolan di restaurant terdekat. Axel memesan beberapa makanan untuk dirinya dan Kinan. Tak lupa dia juga memesan minuman kesukaan Lea—mantan kekasihnya. Dia ingin tahu seberapa mirip gadis itu dengan mendiang kekasihnya. 

"Bagaimana makanannya? Enak 'kan?" tanya Axel antusias sekali. 

"Enak sekali, ini adalah makanan dan minuman kesukaanku," jawab Kinan yang membuat Axel semakin mengagumi gadis itu. 

"Benarkah?" tanyanya dengan senang. 

                        ———

Beberapa hari berikutnya Axel tiba di rumah Kinan. Dengan mengendarai sebuah mobil mewah, dia siap menjemput Kinan untuk bekerja sebagai suster di rumahnya. 

"Sebenarnya bibi tidak ingin kamu menginap disana dan bekerja sebagai suster. Bibi rasa itu akan sangat melelahkan apalagi anak yang kamu asuh masih bayi. Tapi..." 

"Bibi tidak usah khawatir, apapun pekerjaan yang aku dapatkan akan aku syukuri, apapun itu, aku ingin berpengalaman menjaga bayi karena suatu saat aku akan mempunyai bayi juga bi. Jadi, bibi jangan khawatir, aku tidak akan melupakan bibi, aku akan berkunjung di waktu libur, jaga diri bibi baik-baik ya!" ucap Kinan berusaha menennagkan hati bibinya yang begitu gelisah. 

"Kinan...bibi sangat menyayangi kamu nak, berjanjilah kamu akan selalu berkunjung kesini setiap libur." Ucap Resa sambil memeluk Kinan dengan deraian air mata yang membasahi pipinya. 

Dari kejauhan Axel memandang mereka penuh haru. Kehangatan yang ada dalam diri mereka membuatnya yakin jika Kinan adalah wanita yang baik. Dia tidak salah  mempekerjakan orang asing sebagai pengasuh anaknya. 

"Aku juga sayang bibi," ucap Kinan sambil melepas pelukkan. 

Kebetulan sekali Axel sudah berada di sampingnya. Dia menyalami Resa dengan sopan. Tersenyum ramah meminta izin untuk menjemput Kinan secara baik. 

Setelah mendapat izin dari Resa barulah Axel membawa Kinan pergi menuju rumahnya. 

                          ———  

Tak lama kemudian mereka sampai di rumah kediaman keluarga Axel. Keduanya turun dari mobil setelah dua orang satpam membukakan pintu. 

Mereka berjalan berdampingan setelah pintu rumah di buka. Dua orang pelayan menunduk hormat pada Axel. Seketika raut wajah mereka berubah terkejut saat melihat siapa wanita yang kini berada di sampingnya.

"Tolong panggilkan nenek kemari!" perintah Axel pada seorang pelayan.

"Baik, Tuan!" ucapnya sedikit membungkuk lalu pergi. 

"Rumahnya besar sekali, ternyata dia benar-benar orang kaya," ucap Kinan dalam hatinya. Matanya menelusuri setiap sudut rumah yang bernuansa Eropa dengan segala kemewahan yang terdapat di dalamnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris   Kerja Sama

    Buru-buru dia menghapus air matanya. "Maaf, aku...aku hanya ingat pada keponakanku," ucap Kinan. "Sepertinya kamu sangat menyayangi bayi itu." Ucap Axel. "Tuan, Bibi permisi dulu," kata Kepala pelayan sambil berlalu pergi. "Ya, lanjutkanlah pekerjaan bibi!" jawab Axel. Kinan mulai bekerja. Dia mengerjakan aktivitasnya di bantu oleh Axel yang sengaja libur bekerja hanya untuk menemani serta memantau pekerjaannya seharian. Seharian penuh mereka bekerja sama mengasuh bayi bak sepasang suami istri yang baru di karuniai buah hati. Di mulai dari memandikan, memberi makan, memberi susunya, menidurkannya. Mereka bermain bersama setelah bayi itu bangun kembali. ———"Terimakasih," ucap Axel pada Kinan saat mereka duduk di kursi taman di malam hari yang hening. "Terimakasih untuk apa?" tanya Kinan heran. Dia melirik ke arah Axel. "Terimakasih untuk hari ini, kamu bekerja dengan baik untukku dan Reina." Ucapnya lagi sambil tersenyum manis. "Tidak perlu berterimak

  • Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris   Perlakuan Spesial

    "Silahkan duduk, siapa namamu tadi?" tanya Axel. "Namaku Kinan," "Oh, ya, Kinan. Selamat datang di rumahku, mulai hari ini kamu bisa bekerja disini." Kata Axel memberikan sebuah senyuman manis pada gadis itu. Suara sepasang sepatu terdengar menandakan seseorang datang menghampiri mereka. Ternyata benar, Nenek Axel datang bersamaan seorang wanita muda di sampingnya. Mereka begitu terkejut saat melihat Kinan yang kini duduk bersebrangan bersama Axel di ruang tamu. "Nenek, bukankah itu..." ucap perempuan bertubuh ramping dengan blue dress selutut yang dikenakannya. Belum saja dia bicara, Axel sudah menoleh ke arah mereka. "Itu nenek dan juga teman kakakku." Kata Axel memberitahu. Kinan segera bangkit, sambil tersenyum, dengan sopan dia menyalami nenek dan juga perempuan itu. Tapi mereka seolah enggan bersentuhan dengan Kinan. Keduanya saling berlirikkan satu sama lain. "Segera pekerjakan dia, jangan banyak bicara lagi!" kata nenek, lalu dia kembali pergi di ikuti oleh perempuan

  • Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris   Sebuah Pekerjaan

    "Jika marah, kenapa harus melempar batu ke danau?" tanya Axel, sambil tersenyum, kini dia sudah berdiri di samping Kinan, yang membuat gadis cantik itu seketika terlonjak kaget. "Astaga!" ujarnya. "Maaf aku sudah membuatmu terkejut," ucap Axel pada Kinan yang tampak ketakutan. "Siapa anda? Kenapa anda tiba-tiba berada disini lagi? Apa yang sebenarnya anda inginkan? Oh, aku tahu, anda ingin memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan 'kan? Anda ini seorang penjahat wanita 'kan?!" tak hentinya sederet pertanyaan itu dia lontarkan seakan tak mengizinkan Axel untuk menjelaskan semuanya. "Bukan begitu Nona, a-aku hanya..." "Memang di dunia ini tidak ada satupun pria yang baik, semua pria itu sama! Pria hanya ingin memanfaatkan kepolosan wanita, kebaikan wanita dan pria hanya menyakiti wanita, semua pria itu penjahat!" ujar Kinan mengomel sambil terus mundur karena Axel berusaha mendekatinya ingin menjelaskan. "Tidak Nona, tidak seperti itu, anda salah. Pemikiran anda salah, tidak semua

  • Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris   Orang asing

    "Ya ampun, baru saja keluar rumah satu kali aku sudah mendapatkan sikap tidak baik dari penduduk sini. Tapi, bagaimana aku akan mendapat pekerjaan kalau di rumah terus." Kata Kinan yang baru saja berlalu dari hadapan Axel. Dia berjalan cepat dengan tubuhnya yang bergetar ketakutan karena sikap Axel tadi. Dia merasa terancam, bahkan berpikir buruk tentang Axel yang dianggapnya tengah mengalami gangguan kejiwaan. Tak berapa lama gadis itu sampai di sebuah rumah. Dia segera masuk, lalu dengan cepat mengunci pintu rumahnya."Ada apa Kinan? Kenapa pintunya tiba-tiba di kunci?" tanya salah seorang wanita berrambut pendek yang tengah menikmati secangkir teh hangat di atas meja makan. "Tidak apa-apa, aku ke kamar dulu!" jawabnya sambil terburu-buru masuk ke dalam kamarnya.Kinan duduk di atas ranjang dengan tatapan kosong dalam lamunannya. Dia mengingat kejadian pahit dalam hidupnya beberapa minggu yang lalu. Mendapati pacarnya tengah bermesraan bersama kakaknya sendiri dalam sebuah ruang

  • Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris   Penghianat

    Suara kicauan burung yang begitu merdu membuat Kinan yang kini tengah menikmati udara segar di pagi hari tersenyum manis. Matanya memandang ke arah beberapa burung yang beterbangan di atas pohon seolah tengah bernyanyi merdu untuknya. "Indah sekali suaramu, bahkan kalian bisa dengan bebas terbang kemanapun yang kalian suka tanpa rasa takut." Ucapnya dengan sendu. "Andai saja aku bisa seperti kalian...tak peduli dengan apa yang sudah terjadi, andai saja aku bisa bernyanyi dengan bebas, terbang kesana-kemari tanpa rasa takut dan melawan semua hal buruk yang selalu menghantui..." ucap Kinan lagi, tak terasa air matanya menetes. Sebuah bayangan buruk tiba-tiba saja melintas dalam benaknya. "Rasanya sangat nikmat sekali, bahkan aku tidak bisa merasakan apa yang baru saja aku rasakan denganmu ketika aku berhubungan bersama Kinan. Bagiku dia terlalu naif dan polos sekali, sedangkan kamu, sangat agresif dan tentunya lebih cantik." Ucap Januar yang baru saja menuntaskan hasratnya bersama d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status