Share

BAB 48

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-03-14 11:58:16

Tanpa terasa, setahun sudah Ilona dan Egar menjalani kehidupan di kota ini. Perlahan, segala kesulitan yang pernah mereka hadapi mulai berubah menjadi keberkahan. Bisnis yang Egar jalani berkembang pesat. Ia tidak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga membantu banyak nelayan yang selama ini kesulitan menjual hasil tangkapan mereka dengan harga yang layak.

Kini, Egar bahkan tengah membangun sebuah gudang penyimpanan hasil laut yang lebih besar. Ia juga berencana untuk merambah pasar di kota-kota lain, terutama kota yang jauh dari laut, di mana ikan segar lebih sulit didapatkan.

Tak hanya bisnis, hubungan mereka pun semakin baik. Kini mereka benar-benar menjadi suami istri yang saling melengkapi dalam berbagai hal, saling mendukung, dan saling menguatkan.

Pagi itu, Egar tengah bersiap lebih awal dari biasanya. Ia duduk di meja makan, menikmati sarapan yang disiapkan Ilona.

"Sayang, aku hari ini harus pergi pagi-pagi. Maaf nggak bisa bantu kamu jualan," ujar Egar dengan nada meny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 49

    "Kamu serius?" Ilona menatap suaminya dengan mata membulat, masih sulit percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Egar mengangguk pelan. "Iya. Bahkan sampai meninggal, Papa nggak pernah bisa bertemu lagi dengan anak dan istrinya yang lain. Karena Mama membatasi semua gerak-geriknya. Tekanan semakin tinggi, tuntutan semakin besar, dan akhirnya dia meninggal dalam keadaan terpisah dari mereka, mungkin juga tanpa kejelasan apapun. Bahkan bisa jadi mereka hanya melihat berita kematian papa dari layar kaca.”Ilona menghela nafas panjang. Ia menggenggam tangan Egar, berusaha memberikan ketenangan, meskipun dalam situasi ini, ia tak tahu harus berkata apa. Baginya, menilai siapa yang benar dan salah bukanlah hal yang mudah."Mereka nggak pernah nyariin Papa?" tanya Ilona akhirnya, mencoba memahami lebih dalam.Egar tersenyum miris. "Nggak ada yang bisa lolos dari pantauan Mama. Bahkan kita yang waktu itu ngumpet di hotel bisa ditemukan. Aku kadang kepikiran, entah gimana nasib ibu dan ana

    Last Updated : 2025-03-14
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 50

    Tik! Tik!Suara rintik hujan menjadi alunan melodi merdu di rumah sederhana yang ditempati Egar dan Ilona. Musim hujan tampaknya masih lama, setiap hari selalu hujan.Udara terasa lebih dingin dari biasanya. Di dapur, Ilona tengah sibuk menyiapkan makan malam ketika Egar yang duduk di meja makan menikmati kopi menunggu makan malam, tiba-tiba menggumam dengan nada gelisah."Tapi, kenapa feelingku mengatakan lain ya…"Ilona menghentikan gerakan tangannya, menatap suaminya dengan kening berkerut. "Ada apa?"Egar mendesah, melepas jaketnya lalu berjalan mendekati Ilona. "Lokasi yang Mama pilih ternyata tidak jauh dari sini. Seolah-olah itu memang sudah Mama rencanakan sejak awal. Kita selama ini tidak menyadari kalau kita diawasi.""Mungkinkan semua gangguan yang kita dapat juga rekayasa dari mama?" tanya Egar lagi, seperti bertanya pada dirinya sendiri.Ilona membelalakkan mata. "Di mana?""Di daerah perkampungan sebelah. Ada tanah luas kosong di sana, ternyata sudah dibeli oleh Amigos G

    Last Updated : 2025-03-15
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 51

    Mentari baru saja naik ketika Egar mengurungkan niatnya untuk pergi ke gudang pengolahan ikan. Langkahnya yang semula mantap tiba-tiba terhenti di ambang pintu. Pikirannya dipenuhi kecemasan, membuatnya memutar balik dan kembali masuk ke dalam rumah.“Apa yang sebenarnya Mama rencanakan?” gumamnya, tatapannya tajam menatap lantai.Ilona, yang sedang memeluk Yumi, menoleh dengan cemas. Suaminya terlihat gelisah, lebih dari biasanya.Egar menghela napas panjang. “Hidup ini ternyata begitu berat. Mama sengaja membiarkan kita merasa tenang setahun ini, hanya untuk menyerang saat kita lengah. Kenapa Mama jadi seperti seorang psikopat? Padahal aku ini anaknya sendiri…”Ilona tetap diam, tangannya mengeratkan pelukan pada Yumi. Ketakutan begitu nyata di matanya.Ia tahu, Nyonya Bira tidak benar-benar menginginkan Yumi karena cinta. Wanita itu hanya melihat Yumi sebagai alat untuk mencapai tujuannya—harta peninggalan Gia. Jika Yumi kembali ke tangan Nyonya Bira, dia pasti akan mengalami kehid

    Last Updated : 2025-03-15
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 52

    Egar menatap ibunya dengan mata yang penuh luka. Ia benar-benar tidak mengerti, seberapa banyak lagi harta yang diinginkan wanita itu?"Ma, apakah harta yang Mama miliki itu masih kurang? Untuk apa mama menumpuk harta sebanyak itu, mau dibawa kemana? Mama hanya seorang diri," tanyanya lemah, suaranya hampir bergetar.Nyonya Bira tersenyum miring. Senyum khasnya—dingin, penuh perhitungan. "Cukup," jawabnya santai.Egar mengepalkan tangan. "Kalau cukup, kenapa Mama masih saja sibuk dengan harta peninggalan Gia? Bahkan aku sendiri tidak mau mengusiknya. Semua untuk Yumi nanti. Jika aku dan Ilona tidak bisa memberikan dia harta, setidaknya dia sudah memiliki segalanya dari peninggalan ibunya."Ia berusaha menahan emosinya, tapi dadanya sesak.Seharusnya ia tidak pernah memberitahu ibunya bahwa Ilona sedang hamil. Seharusnya ia tahu, kabar itu hanya akan membuat Nyonya Bira semakin gila.Sekarang, Ilona masih terbaring di dalam kamar. Egar belum sempat melihatnya sadar atau tidak, belum se

    Last Updated : 2025-03-15
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 53

    Egar berdiri tegak di depan ibunya, tubuhnya menegang seperti benteng kokoh yang siap menghadang badai."Ma, silakan pergi," usirnya, suaranya bergetar menahan amarah.Namun, seperti yang sudah diduganya, Nyonya Bira tidak bergeming."Aku tidak akan pergi!" balas wanita itu dengan tatapan penuh keyakinan.Egar menghela napas panjang, mencoba menahan diri agar tidak meledak. "Apa mau Mama?" tanyanya frustasi.Selama ini, ia selalu memilih menghindar, selalu mengalah demi menjaga kedamaian. Jika ibunya mulai menuntut sesuatu yang tidak masuk akal, ia memilih pergi, menghilang dari rumah selama beberapa hari, membiarkan segalanya mereda dengan sendirinya. Tapi kali ini berbeda.Ini rumahnya. Kemana lagi ia harus pergi? Apalagi Ilona, istrinya, sedang hamil. Ia tidak bisa terus berlari.Nyonya Bira tersenyum tipis. "Membawa Yumi pergi! Kalau kalian memberikan Yumi, Mama akan membatalkan pembangunan perusahaan itu," jawabnya santai, seolah sedang menawarkan kesepakatan bisnis yang menguntu

    Last Updated : 2025-03-15
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 54

    PLAK! PLAK!Tamparan itu mendarat keras di wajah Egar. Pipinya terasa panas, tapi bukan hanya karena rasa sakitnya—melainkan karena penghinaan yang tersemat di dalamnya. Emosinya akan semakin meledak jika diingatkan dengan kejadian itu."Jangan pernah menyebut wanita jalang dan anak haram itu lagi!" suara Nyonya Bira meledak, penuh kebencian yang selama ini ia pendam.Egar menatap ibunya dengan mata berkilat marah. "Jangan pernah mencoba merebut Yumi, dan aku tidak akan mengingat hal itu. Aku juga hanya ingin Mama tahu bagaimana rasanya kalau seseorang yang berharga direbut. Mama sudah merasakannya, jadi aku yakin kalau Mama tahu perasaanku," balasnya, suaranya rendah namun penuh peringatan.Nyonya Bira menyeringai sinis. "Itu dua hal yang berbeda. Kau tidak bisa menyamakannya, Yumi adalah cucuku. Wajar kalau seorang nenek ingin merawat cucunya, memberikan yang terbaik yang tidak bisa kalian berikan.""Sama saja, keduanya sama-sama rasa sakit saat kehilangan orang yang disayangi," jaw

    Last Updated : 2025-03-15
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 55

    Egar menggenggam tangan Ilona erat saat mereka keluar dari ruang praktek dokter kandungan. Senyumnya hangat, mencoba menenangkan istrinya yang baru saja mendapat kabar baik tentang kehamilannya.Akhirnya, baru hari ini mereka sempat memeriksakan Ilona ke dokter. Memang hasil testpack menunjukkan garis dua, tapi mereka ingin tahu usia dan kondisi kandungannya."Kamu jangan stres, jangan pikirkan semua masalah. Aku pasti akan menyelesaikannya," ujar Egar lembut.Ilona mengangguk, meskipun dalam hatinya, pikirannya masih terus berkecamuk. Bagaimana dia bisa tenang? Akankah mereka harus kehilangan Yumi? Bagaimana bisa bahagia? Sejak kecil Yumi berada dalam dekapannya.Mereka berdua berjalan perlahan menuju parkiran, tempat motor tua Egar terparkir. Yumi mereka titipkan kepada Bu Sari, beliau juga merasa sangat senang menjaga Yumi. Beliau menganggap Yumi seperti cucunya sendiri. Ilona dan Egar tidak mungkin membawa serta Yumi ke rumah sakit, apalagi dengan kondisi Ilona yang masih rentan

    Last Updated : 2025-03-16
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 56

    "Hari ini kalian tidak bisa mengelak!" ujar Nyonya Bira dengan bersedekap dada.Nyonya Bira berdiri di teras rumah Egar dan Ilona, matanya menatap tajam ke arah putranya. Wajahnya menunjukkan ketidaksabaran yang jelas. Ia menolak masuk, seolah udara di rumah sederhana itu membuatnya sesak."Silakan duduk, Ma," tawar Egar berbasa basi mempersilakan ibunya duduk pada dua kursi yang ada di teras."Ogah, alergi!""Rumah ini bersih, Ma.""Ternyata miskin itu menular," sindir Nyonya Bira menatap sang anak sambil tersenyum mengejek."Yang penting gak jahat."Nyonya Bira membulatkan matanya ketika mendengar Egar begitu santai menjawab semua perkataannya. "Rumah jelek, mengontrak, hidup susah. Entah apa yang kau cari dengan wanita itu," keluhnya menatap iba Egar.Namun, Egar tidak terprovokasi dengan apa yang ibunya katakan. Dia tetap tersenyum."Aku menjemput Yumi!" seru Nyonya Bira lantang.Dia tidak bisa berlama-lama lagi disini, udara kemiskinan itu begitu menyesakkan baginya.Egar, yang

    Last Updated : 2025-03-16

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 152

    Ilona berdiri di ambang pintu ruang tamu, tubuhnya tegang, matanya sembab. Pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang membuat dadanya sesak. Semua terlalu mendadak, terlalu asing… dan terlalu menyakitkan.Seseorang dari masa lalu—dari awal mula kehidupannya—akan datang menemuinya. Seseorang yang katanya adalah ayah kandungnya sendiri. Seseorang yang tak pernah ada saat ia terluka, lapar, atau bahkan sekadar ingin digendong.Ia menoleh pada Egar yang sejak tadi menemaninya dalam diam."Suruh masuk saja, Mas," ucap Ilona akhirnya, suaranya pelan namun tegas.Egar hanya mengangguk. Ia melangkah keluar dan memberi isyarat pada Dion dan Roy untuk mengantarkan tamu yang telah ditunggu. Tak lama, seorang lelaki paruh baya memasuki ruang tamu itu. Wajahnya sederhana, pakaiannya pun jauh dari bayangan seorang CEO besar. Tidak ada jas mewah, tidak ada jam tangan mahal, hanya kemeja lengan panjang dan celana kain biasa. Tapi ada keteduhan yang aneh di wajahnya. Sesuatu yang sulit dijel

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 151

    Ruangan itu sunyi. Hanya terdengar detak jam dinding dan nafas mereka yang saling bersahutan dalam diam. Ilona masih terduduk di sofa, jemarinya saling meremas, wajahnya penuh tanya, dada sesak oleh pertarungan emosi yang tak ia mengerti."Jadi… aku harus menemuinya?" tanyanya pelan, nyaris seperti bisikan yang takut terdengar oleh kenyataan.Egar yang duduk di sampingnya tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona, mengusap punggungnya dengan lembut. Mata pria itu menatap dalam ke mata istrinya, mencoba mengirimkan ketenangan dalam badai yang tak ia bisa hentikan."Tidak harus," jawab Egar lirih. "Tapi… apa salah dia?"Ilona menoleh perlahan. Matanya merah, namun tidak penuh amarah—justru penuh kebingungan. "Karena dia… aku lahir ke dunia."Egar menatapnya, kali ini lebih serius. "Kamu menyesal terlahir?" tanyanya, pelan namun tajam.Ilona menggeleng cepat. "Aku tidak menyesal terlahir. Karena… aku bertemu denganmu. Karena aku lahir, ada anak-anak kita. Ada keluarga ini," jawa

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 150

    "Sayang..." panggil Egar saat melangkah masuk ke dalam rumah, suaranya rendah namun penuh beban. Suasana di ruang tamu terasa lebih hening dari biasanya, seolah rumah itu tahu bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi di depan gerbangnya.Ilona segera berdiri dari kursi dan mendekat. "Siapa, Mas?" tanyanya, nada khawatir menyusup di balik suaranya. Wajah Egar terlihat berkabut, seolah menyembunyikan badai yang belum sempat reda.Egar tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona dan mengajaknya duduk. "Kita duduk dulu. Aku nggak mau kamu kaget," katanya lembut, namun tetap terasa ada sesuatu yang berat dalam ucapannya.Ilona mengikuti, walau dadanya mulai tak tenang. Instingnya berkata ada yang tak biasa dari kedatangan tamu itu. Bukan hanya tentang orang asing yang tak menyebutkan tujuannya, tapi tentang bagaimana Egar memandangnya sekarang—ada luka, ada keraguan, dan ada perlindungan yang lebih tebal dari biasanya."Apa kamu mau menemuinya?" tanya Egar akhirnya, menatap mata i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 149

    Hari itu, cuaca terasa lebih panas dari biasanya. Meski matahari hanya menggantung malu-malu di balik awan, udara di sekitar rumah Ilona dan Egar seperti dipenuhi ketegangan yang tak terlihat. Sejak keamanan rumah mereka diperketat, setiap suara, setiap gerakan, menjadi sesuatu yang mencurigakan. Begitu juga siang itu—suara keributan di depan rumah membuat Ilona dan Egar saling berpandangan."Siapa itu?" gumam Ilona, menegakkan tubuh dari sandarannya."Apakah Mama?" tanya Egar, meski ragu. "Tapi, Dion dan Roy kan kenal sama Mama. Nggak mungkin mereka sampai teriak-teriak begitu."Ilona menggeleng, menajamkan telinga. "Itu bukan suara Mama. Itu suara laki-laki."Egar berdiri, menyambar kaus yang tergantung di kursi. "Kamu di sini saja, Sayang. Aku akan lihat siapa itu."Ilona hendak membantah, tapi tatapannya langsung redup. Ia terlalu lelah untuk berdebat hari ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman justru terasa seperti penjara, dan kini ditambah dengan kedatangan ta

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 148

    Pagi baru saja menyapa ketika Ilona menarik gorden jendela ruang keluarga dan menatap ke luar. Cahaya mentari yang hangat menyinari halaman, namun ada yang berbeda. Matanya menyipit ketika melihat empat sosok asing berdiri di halaman rumahnya. Mereka tidak mengenakan seragam resmi, tetapi gestur mereka jelas menunjukkan sikap profesional—berdiri tegak, mata terus bergerak memantau sekitar, tangan menyentuh alat komunikasi di telinga."Loh, itu siapa? Kenapa ada beberapa orang yang tidak dikenal? Ada apa ini?" tanya Ilona heran.Egar, yang baru saja datang dari dapur sambil membawa dua cangkir kopi, berhenti sejenak. Ia menatap keluar melalui pintu kaca besar yang menghadap halaman depan. Wajahnya tenang, tapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Itu tim pengamanan tambahan dari Jojo," jawabnya sambil menyerahkan kopi pada Ilona. "Tapi mereka tidak menginap seperti Dion dan Roy. Mereka seperti satpam, berjaga secara bergantian, sistem shift."Ilona tidak langsung menjawab. Ia m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 147

    Bunyi dentuman keras beberapa menit yang lalu masih terngiang di telinga Egar. Suasana dalam mobil terasa hening dan tegang. Yumi yang tadi menangis sudah berhenti nangisnya, dia hanya terkejut, sementara Gana meringkuk di dalam pelukaj Ilona, sesekali merengek kecil. Ilona memeluk keduanya erat, seolah ketakutan itu masih mengejarnya.Mobil kini berhenti di pinggir jalan, tak jauh dari lokasi kejadian. Dion, salah satu pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Anita —sedang berbicara serius dengan Roy di luar mobil."Saya akan keluar," ujar Egar akhirnya, merasa perlu ikut mengecek kondisi mobil dan situasi sekitar.Namun Dion segera menoleh dan berkata dengan tenang tapi tegas, “Tidak, biar Roy saja, Tuan. Tetap di dalam. Ini bisa jadi belum aman.”Egar mengernyit, tak biasa dikendalikan begitu, tapi dia tahu Dion dan Roy adalah orang-orang pilihan. Mereka bukan sekadar sopir atau pengawal biasa, mereka adalah bekas anggota pasukan khusus yang kini bekerja penuh untuk menjaga keluarga i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 146

    Pagi itu terasa istimewa di rumah kecil milik Egar dan Ilona. Matahari baru saja muncul malu-malu di balik awan tipis, namun Yumi sudah duduk manis di meja makan, mengenakan seragam TK barunya yang berwarna biru muda. Rambutnya yang hitam tebal dikepang dua rapi oleh Ilona, dihiasi pita mungil yang membuatnya tampak seperti boneka hidup.Akhirnya, hari yang dinanti-nantikan itu tiba. Yumi akan mulai masuk sekolah hari ini. "Nanti, Yumi akan banyak teman, kan, Ma?" tanya Yumi sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut mungilnya. Matanya berbinar penuh harap.Dia bangun paling pagi dan langsung mandi. Dia begitu bersemangat untuk memulai pengalaman barunya menjadi seorang siswi."Tentu, Sayang. Banyak sekali teman-teman yang menunggu Yumi," jawab Ilona sambil tersenyum lembut."Hore! Yumi bisa main sama teman!" seru Yumi sambil mengangkat kedua tangannya kegirangan.Egar tertawa kecil melihat tingkah anak gadisnya. "Iya, Nak. Yumi pasti cepat berteman, karena Yumi anak yang baik.""Iya,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 145

    Angin sore itu berembus lembut dari jendela mobil yang sengaja dibuka, membawa aroma asin dari laut yang masih membekas di tubuh mereka. Ilona menyandarkan kepalanya pada sandaran jok, memejamkan mata sejenak, menikmati ketenangan setelah seharian bermain bersama keluarga. Tapi jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit diabaikan.Pikiran dalam kepalanya terasa saling bertabrakan. Begitu banyak hal yang melintas di kepalanya."Tapi, entah mengapa aku merasa akan ada sesuatu yang lebih besar akan terjadi," gumam Ilona, suaranya hampir tertelan angin.Suaranya sangat lirih dan lemah.Egar, yang duduk di sebelahnya meraih tangan Ilona dan menggenggamnya dengan lembut, melirik sekilas ke arah istrinya. Ia merasakan tekanan yang sama, kekhawatiran yang membayangi kebahagiaan singkat mereka hari ini. Dia juga tidak yakin semua akan berakhir di hari ini. Apalagi hingga saat ini keluarga Ilma belum ada yang menemui Ilona. Egar merasa masih ada bayang-bayang yang akan mengancam."Sebe

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 144

    Mobil melaju meninggalkan bandara, setelah hari ini, entah kapan mereka akan bertemu lagi. Semuanya tidak bisa di prediksi."Apakah Kezio pernah main tangan kepada Mamanya?" tanya Ilona pelan, tapi jelas pertanyaan itu tertuju kepada Dion dan Roy. Ternyata di dalam hatinya, dia mengkhawatirkan Anita. "Selama kami ikut Nyonya Anita, tidka pernah. Paling hanya berdebat seperti kemarin aja," jawab Dion."Syukurlah."Egar menayap Ilona lembut, sekarang dia paham apa yang mengganggu pikiran Ilona. Dia mengusap lembut punggung istrinya. "Bagaimana kalau kita ke gudang? Kamu belum pernah kan melihat gudang kita?" usulnya dengan suara hangat.Ilona menoleh, menatap wajah suaminya yang penuh perhatian. Sebuah tawaran sederhana, namun cukup untuk membuat dadanya terasa lebih ringan. Ia tahu, Egar ingin menghiburnya, mengajaknya menghirup udara segar jauh dari bayang-bayang kelam yang sempat menyelimutinya."Boleh," jawab Ilona sambil tersenyum kecil. "Iya, aku juga ingin sekali kesana. Tapi,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status