Share

BAB 68

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-03-20 08:16:54

"Siapa?" tanya Ilona bingung, karena tiba-tiba ada orang yang datang ke rumah mereka.

Dan itu juga, pertama kalinya ada yang memanggil Egar dengan sebutan abang. Apakah orang itu mengenal suaminya? Tapi, siapa? Kenapa bisa tahu alamat mereka?

"Saya Andra," jawabnya memperkenalkan diri.

"Oh." Ilona hanya ber oh singkat, mengangguk pelan, meskipun masih dalam kebingungan karena dia tidak mengenal lelaki tersebut.

Juga tidak pernah mendengar Egar menyebut nama itu. Rasanya nama itu benar-benar asing di telinganya.

"Apakah benar ini rumah Bang Egar?" tanya Andra sekali lagi mengulangi pertanyaannya.

"Oh, benar," jawab Ilona akhirnya.

Padahal, awalnya dia berniat untuk tidak memberitahukan kalau itu rumah Egar, tapi entah mengapa lidahnya tidak bisa diajak kompromi. Padahal otaknya sudah memerintahkan untuk menjawab "bukan", lidahnya malah menjawab "benar".

" Apa Bang Egar ada?" tanya Andra lagi.

Ilona menggeleng. "Tidak ada, dia lagi di gudang."

Andra mengangguk pelan. "Kapan abang akan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 69

    "Ternyata kau..."Egar menghela nafas berat, jelas terlihat ada kekecewaan yang terpendam dari suaranya. Ataukah mungkin kemarahan?Bisa saja, karena lelaki yang bernama Andra itu adalah anak dari ayahnya dari istri yang lain. Dan kini, pria yang mengaku sebagai adiknya berdiri di depannya dengan keadaan yang jauh lebih baik daripada yang dia bayangkan selama ini."Iya, Bang. Maaf, aku telah mengganggu abang disini. Tapi, aku merasa sudah saatnya bertemu dengan abang. Papa sudah lama meninggal. Mamaku juga sudah meninggal, jadi hanya abang satu-satunya keluargaku," jawab Andra pelan.Suaranya menunjukkan kesedihan. Dia kini tinggal seorang diri, bahkan ibunya sudah meninggal. Betapa saling mencintai kah mereka, sampai-sampai kini sama-sama sudah meninggal?"Untuk apa kau mencariku? Apa yang kau inginkan? Kau mau menuntut warisan?" tanya Egar sarkas.Bagaimanapun juga dia merasa sakit hati dan kecewa karena ibunya dikhianati. Di dalam pikirannya, Andra menemuinya pasti memiliki maksud

    Last Updated : 2025-03-21
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 70

    "Ini...?" tanya Egar tidak percaya dengan apa yang ada di depannya.Andra mengangguk. "Iya, itulah yang papa berikan.""Kau juga?" tanya Egar menyelidik.Andra mengangguk. "Iya, itulah yang dikambangkan Mama. Dan berhasil membuat aku hidup sampai saat ini."Egar menyipitkan matanya. "Maksudnya?""Haha, santai Bang. Maksudku, berkat warisan Papa ini kami bisa bertahan. Dan itupun kalau Mama gak pandai, kami sudah habis sama Nyonya Bira. Beliau sempat ingin merampas semua aset yang dikira dari Papa. Untungnya Papa memberikan dalam bentuk deposito atas namaku," jawab Andra.Egar mengangguk, tidak mengherankan kalau mamanya melakukan itu. Bahkan dia sempat berpikir kalau Andra dan ibunya sudah dihabisi oleh mamanya. Dia tidak menyangka kalau ternyata masih sempat bertemu dengan sang adik dalam keadaan seperti ini.Seperti yang Andra katakan, papa mereka meninggalkan warisan dalam bentuk deposito, sama halnya untuk Egar. Di dalam amplop itu semua surat menyuratnya dan uang yang ditinggalk

    Last Updated : 2025-03-21
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 71

    "Kalian sama-sama orang baik, begini lebih baik. Bersaudara saling mendukung daripada saling bermusuhan," ujar Ilona tersenyum melihat hubungan Egar dan Andra yang begitu cepat membaik."Itulah mengapa Papa meminta kami bertemu saat sudah dewasa," jawab Andra.Egar tersenyum. "Mengapa Papa tidak pernah mengatakan apapun kepadaku. Sedangkan kepada kalian Papa malah menitipkan ini untukku. Apa papa begitu tidak percaya padaku?" Membayangkan itu rasanya sedih. Bahkan sampai embusan nafas terakhirnya, Papanya tidak mengatakan apapun tentang Andra dan ibunya.Andra menggeleng. "Bukan tidak percaya, tapi papa tidak mau menyakiti perasaan Abang dan Nyonya Bira.""Mungkin papa tahu temperamen aku jelek dulunya," jawab Egar."Papa bilang, kalian pasti akan sulit menerima alasan Papa. Pastinya, apapun yang papa jelaskan tidak akan bisa diterima. Jadi, Papa memilih diam daripada menyakiti perasaan kalian," ujar Andra."Sepertinya, Papa lebih menemukan arti keluarga bersama kalian," gumam Egar.

    Last Updated : 2025-03-22
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 72

    Ilona menatap Bu Sari dengan penuh harap. Wanita tua itu sudah seperti ibu sendiri baginya. Dari awal, Bu Sari selalu menyambut mereka dengan hangat, membela Ilona dari gosip tetangga, dan bahkan merawat Yumi seperti cucunya sendiri. Jadi ketika mereka harus pindah, ada perasaan berat yang menggelayuti hati Ilona."Maafkan kami, Bu," ucap Ilona lirih.Bu Sari tersenyum lembut. "Ibu paham. Tapi kalau sudah pindah, sering-seringlah main ke sini, ya?"Ilona dan Egar mengangguk serempak. Mereka tentu tidak akan melupakan wanita baik hati itu. Namun, mereka juga sadar bahwa tidak mungkin selamanya tinggal di rumah kontrakan ini. Mereka butuh tempat tinggal yang bisa menjadi milik mereka sendiri, tempat yang akan menemani mereka hingga masa depan.Namun, keesokan paginya, sebelum mereka sempat mencari lokasi untuk membangun rumah baru, Bu Sari datang membawa kabar mengejutkan."Ibu pikir-pikir, lebih baik rumah ini dijual saja ke kalian," katanya tenang.Ilona dan Egar saling berpandangan

    Last Updated : 2025-03-22
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 73

    “Ilona, kami tidak menyangka loh kamu ini memanfaatkan bu Sari yang sudah tua agar menjual rumahnya. Kamu tega sekali sih seperti ini, padahal beliau sangat baik sama kamu,” ujar salah satu tetangga, Bi Asih, saat Ilona sedang membeli sayur pagi ini di lapar mamang sayur.Ilona berdiri kaku di depan lapak sayur, tangan gemetar saat meraih tomat yang hendak dimasukkannya ke dalam kantong. Tuduhan Bi Asih menusuk hatinya seperti pisau tajam. Ia tidak pernah memanfaatkan Bu Sari, apalagi sampai merayunya agar menjual rumah dengan harga murah."Apa maksudnya, Bi?" tanya Ilona dengan suara bergetar, meski ia berusaha tetap tenang.Bi Asih melipat tangannya di dada. "Kamu merayu Bu Sari agar menjual rumah dengan harga murah, kualat loh sama orang tua yang sudah baik sama kamu. Kalau bukan karena Bu Sari, mungk

    Last Updated : 2025-03-23
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 74

    “Bu, sudahlah bukan salah Mila.”“Pasti karena dia!”Udara masih terasa dingin, tetapi suasana di depan lapak mamang sayur sudah menghangat oleh perdebatan yang baru saja terjadi. Ilona menghela napas panjang, lalu mendekat dan memeluk Bu Sari dengan erat. Wanita tua itu masih terlihat marah, tapi perlahan genggaman tangannya yang menegang mulai melemah."Bu, sudah. Jangan marahi Mila. Mungkin dia hanya tidak mau rumahnya dijual," ujar Ilona lembut, mencoba menenangkan Bu Sari.Mamang sayur yang sedari tadi menjadi saksi bisu hanya melanjutkan aktivitasnya, menata sayur-mayur yang mulai berkurang. Perdebatan antar ibu-ibu memang sudah menjadi pemandangan biasa baginya."Tidak bisa dibiarkan!" suara Bu

    Last Updated : 2025-03-23
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 75

    Ilona berdiri mematung, nafasnya tertahan di tenggorokan. Kata-kata Mila masih terngiang di kepalanya—pindah hari ini. Bagaimana mungkin? Rumah kontrakan yang baru bahkan belum siap, mereka belum menyepakati harga, apalagi sempat membersihkannya.Dan kalau harus pindah dengan membawa dua anak kecil, rasanya itu sangat sulit. Kasihan anak-anaknya akan terkena debu. Dan apakah mereka harus mengungsi ke hotel?Ilona hanya bisa menghela nafas berat."Mila! Kau gila?" bentak Bu Sari dengan wajah memerah, tidak percaya dengan permintaan putrinya.Mila menatap tajam, kedua tangannya bersedekap. "Apa? Ibu tega mengatakan aku gila hanya karena wanita ini?! Ibu benar-benar sudah berubah!" tuduhnya dengan nada penuh emos

    Last Updated : 2025-03-24
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 76

    Mobil bak terbuka melaju pelan di jalanan berdebu, membawa Ilona dan anak-anaknya menuju tempat yang akan menjadi rumah mereka selanjutnya. Angin sore yang mulai sejuk menyapu wajah mereka, membuat rambut Yumi sedikit berantakan. Gadis kecil itu menatap Ilona dengan mata bulat penuh kebingungan.“Kita mau ke mana, Ma?” tanyanya polos, kedua tangannya memeluk boneka kelinci kesayangannya.“Kita akan ke rumah kita yang baru, Nak,” jawab Ilona dengan suara lembut.Yumi mengernyitkan kening. “Rumah baru?”“Iya, sayang.” Ilona mengusap kepala putrinya, berusaha memberikan ketenangan meskipun hatinya sendiri dipenuhi dengan berbagai perasaan.Di belakang mereka, Egar mengendarai motor

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 153 - TAMAT

    Hujan sore itu turun perlahan, seperti ingin menyelaraskan suasana hati Ilona yang masih berkecamuk. Meskipun tubuhnya duduk diam di ruang tamu, jiwanya masih berputar antara amarah, harapan, dan kebingungan. Di hadapannya, duduk seorang pria sederhana yang mengaku sebagai ayah kandungnya—Rudy Prasetyo.Ia tak pernah membayangkan pertemuan ini akan terjadi. Selama ini, Ilona hanya mengenal gelapnya rahasia tentang asal-usul dirinya. Ia tumbuh tanpa tahu siapa orang tua kandungnya. Sekarang, tiba-tiba muncul lelaki dengan mata berkaca-kaca yang memanggilnya "Nak" dengan suara bergetar.Ilona ingin mempercayai, namun hatinya masih membeku. Luka-luka masa lalu seperti belum memberi izin untuk sembuh.Tiba-tiba, suara lembut yang tak asing memecah keheningan."Mama di sini, Ilona."Ilona langsung menoleh. Suara itu—ya Tuhan—itu suara yang sangat ia kenal. Tapi tidak… itu tidak mungkin.Namun kenyataan menamparnya manis saat sosok Anita, perempuan yang lebih dulu mengakui sebagai ibu kandu

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 152

    Ilona berdiri di ambang pintu ruang tamu, tubuhnya tegang, matanya sembab. Pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang membuat dadanya sesak. Semua terlalu mendadak, terlalu asing… dan terlalu menyakitkan.Seseorang dari masa lalu—dari awal mula kehidupannya—akan datang menemuinya. Seseorang yang katanya adalah ayah kandungnya sendiri. Seseorang yang tak pernah ada saat ia terluka, lapar, atau bahkan sekadar ingin digendong.Ia menoleh pada Egar yang sejak tadi menemaninya dalam diam."Suruh masuk saja, Mas," ucap Ilona akhirnya, suaranya pelan namun tegas.Egar hanya mengangguk. Ia melangkah keluar dan memberi isyarat pada Dion dan Roy untuk mengantarkan tamu yang telah ditunggu. Tak lama, seorang lelaki paruh baya memasuki ruang tamu itu. Wajahnya sederhana, pakaiannya pun jauh dari bayangan seorang CEO besar. Tidak ada jas mewah, tidak ada jam tangan mahal, hanya kemeja lengan panjang dan celana kain biasa. Tapi ada keteduhan yang aneh di wajahnya. Sesuatu yang sulit dijel

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 151

    Ruangan itu sunyi. Hanya terdengar detak jam dinding dan nafas mereka yang saling bersahutan dalam diam. Ilona masih terduduk di sofa, jemarinya saling meremas, wajahnya penuh tanya, dada sesak oleh pertarungan emosi yang tak ia mengerti."Jadi… aku harus menemuinya?" tanyanya pelan, nyaris seperti bisikan yang takut terdengar oleh kenyataan.Egar yang duduk di sampingnya tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona, mengusap punggungnya dengan lembut. Mata pria itu menatap dalam ke mata istrinya, mencoba mengirimkan ketenangan dalam badai yang tak ia bisa hentikan."Tidak harus," jawab Egar lirih. "Tapi… apa salah dia?"Ilona menoleh perlahan. Matanya merah, namun tidak penuh amarah—justru penuh kebingungan. "Karena dia… aku lahir ke dunia."Egar menatapnya, kali ini lebih serius. "Kamu menyesal terlahir?" tanyanya, pelan namun tajam.Ilona menggeleng cepat. "Aku tidak menyesal terlahir. Karena… aku bertemu denganmu. Karena aku lahir, ada anak-anak kita. Ada keluarga ini," jawa

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 150

    "Sayang..." panggil Egar saat melangkah masuk ke dalam rumah, suaranya rendah namun penuh beban. Suasana di ruang tamu terasa lebih hening dari biasanya, seolah rumah itu tahu bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi di depan gerbangnya.Ilona segera berdiri dari kursi dan mendekat. "Siapa, Mas?" tanyanya, nada khawatir menyusup di balik suaranya. Wajah Egar terlihat berkabut, seolah menyembunyikan badai yang belum sempat reda.Egar tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona dan mengajaknya duduk. "Kita duduk dulu. Aku nggak mau kamu kaget," katanya lembut, namun tetap terasa ada sesuatu yang berat dalam ucapannya.Ilona mengikuti, walau dadanya mulai tak tenang. Instingnya berkata ada yang tak biasa dari kedatangan tamu itu. Bukan hanya tentang orang asing yang tak menyebutkan tujuannya, tapi tentang bagaimana Egar memandangnya sekarang—ada luka, ada keraguan, dan ada perlindungan yang lebih tebal dari biasanya."Apa kamu mau menemuinya?" tanya Egar akhirnya, menatap mata i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 149

    Hari itu, cuaca terasa lebih panas dari biasanya. Meski matahari hanya menggantung malu-malu di balik awan, udara di sekitar rumah Ilona dan Egar seperti dipenuhi ketegangan yang tak terlihat. Sejak keamanan rumah mereka diperketat, setiap suara, setiap gerakan, menjadi sesuatu yang mencurigakan. Begitu juga siang itu—suara keributan di depan rumah membuat Ilona dan Egar saling berpandangan."Siapa itu?" gumam Ilona, menegakkan tubuh dari sandarannya."Apakah Mama?" tanya Egar, meski ragu. "Tapi, Dion dan Roy kan kenal sama Mama. Nggak mungkin mereka sampai teriak-teriak begitu."Ilona menggeleng, menajamkan telinga. "Itu bukan suara Mama. Itu suara laki-laki."Egar berdiri, menyambar kaus yang tergantung di kursi. "Kamu di sini saja, Sayang. Aku akan lihat siapa itu."Ilona hendak membantah, tapi tatapannya langsung redup. Ia terlalu lelah untuk berdebat hari ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman justru terasa seperti penjara, dan kini ditambah dengan kedatangan ta

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 148

    Pagi baru saja menyapa ketika Ilona menarik gorden jendela ruang keluarga dan menatap ke luar. Cahaya mentari yang hangat menyinari halaman, namun ada yang berbeda. Matanya menyipit ketika melihat empat sosok asing berdiri di halaman rumahnya. Mereka tidak mengenakan seragam resmi, tetapi gestur mereka jelas menunjukkan sikap profesional—berdiri tegak, mata terus bergerak memantau sekitar, tangan menyentuh alat komunikasi di telinga."Loh, itu siapa? Kenapa ada beberapa orang yang tidak dikenal? Ada apa ini?" tanya Ilona heran.Egar, yang baru saja datang dari dapur sambil membawa dua cangkir kopi, berhenti sejenak. Ia menatap keluar melalui pintu kaca besar yang menghadap halaman depan. Wajahnya tenang, tapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Itu tim pengamanan tambahan dari Jojo," jawabnya sambil menyerahkan kopi pada Ilona. "Tapi mereka tidak menginap seperti Dion dan Roy. Mereka seperti satpam, berjaga secara bergantian, sistem shift."Ilona tidak langsung menjawab. Ia m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 147

    Bunyi dentuman keras beberapa menit yang lalu masih terngiang di telinga Egar. Suasana dalam mobil terasa hening dan tegang. Yumi yang tadi menangis sudah berhenti nangisnya, dia hanya terkejut, sementara Gana meringkuk di dalam pelukaj Ilona, sesekali merengek kecil. Ilona memeluk keduanya erat, seolah ketakutan itu masih mengejarnya.Mobil kini berhenti di pinggir jalan, tak jauh dari lokasi kejadian. Dion, salah satu pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Anita —sedang berbicara serius dengan Roy di luar mobil."Saya akan keluar," ujar Egar akhirnya, merasa perlu ikut mengecek kondisi mobil dan situasi sekitar.Namun Dion segera menoleh dan berkata dengan tenang tapi tegas, “Tidak, biar Roy saja, Tuan. Tetap di dalam. Ini bisa jadi belum aman.”Egar mengernyit, tak biasa dikendalikan begitu, tapi dia tahu Dion dan Roy adalah orang-orang pilihan. Mereka bukan sekadar sopir atau pengawal biasa, mereka adalah bekas anggota pasukan khusus yang kini bekerja penuh untuk menjaga keluarga i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 146

    Pagi itu terasa istimewa di rumah kecil milik Egar dan Ilona. Matahari baru saja muncul malu-malu di balik awan tipis, namun Yumi sudah duduk manis di meja makan, mengenakan seragam TK barunya yang berwarna biru muda. Rambutnya yang hitam tebal dikepang dua rapi oleh Ilona, dihiasi pita mungil yang membuatnya tampak seperti boneka hidup.Akhirnya, hari yang dinanti-nantikan itu tiba. Yumi akan mulai masuk sekolah hari ini. "Nanti, Yumi akan banyak teman, kan, Ma?" tanya Yumi sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut mungilnya. Matanya berbinar penuh harap.Dia bangun paling pagi dan langsung mandi. Dia begitu bersemangat untuk memulai pengalaman barunya menjadi seorang siswi."Tentu, Sayang. Banyak sekali teman-teman yang menunggu Yumi," jawab Ilona sambil tersenyum lembut."Hore! Yumi bisa main sama teman!" seru Yumi sambil mengangkat kedua tangannya kegirangan.Egar tertawa kecil melihat tingkah anak gadisnya. "Iya, Nak. Yumi pasti cepat berteman, karena Yumi anak yang baik.""Iya,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 145

    Angin sore itu berembus lembut dari jendela mobil yang sengaja dibuka, membawa aroma asin dari laut yang masih membekas di tubuh mereka. Ilona menyandarkan kepalanya pada sandaran jok, memejamkan mata sejenak, menikmati ketenangan setelah seharian bermain bersama keluarga. Tapi jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit diabaikan.Pikiran dalam kepalanya terasa saling bertabrakan. Begitu banyak hal yang melintas di kepalanya."Tapi, entah mengapa aku merasa akan ada sesuatu yang lebih besar akan terjadi," gumam Ilona, suaranya hampir tertelan angin.Suaranya sangat lirih dan lemah.Egar, yang duduk di sebelahnya meraih tangan Ilona dan menggenggamnya dengan lembut, melirik sekilas ke arah istrinya. Ia merasakan tekanan yang sama, kekhawatiran yang membayangi kebahagiaan singkat mereka hari ini. Dia juga tidak yakin semua akan berakhir di hari ini. Apalagi hingga saat ini keluarga Ilma belum ada yang menemui Ilona. Egar merasa masih ada bayang-bayang yang akan mengancam."Sebe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status