Setelah meminum 3 gelas whisky Yuna mulai mabuk. Kondisinya yang seperti ini dimanfaatkan oleh pria yang sejak tadi sudah menginginkannya. Kapan lagi bisa mendapat mangsa yang premium seperti ini. Cantik, putih, mulus dan seksi. Jika dilihat dari wajahnya serta penampilan, Gadis itu berasal dari kalangan atas. Sebagai pria normal, sudah pasti dia ingin menikmati tubuh Yuna. Namun pria itu masih tetap memikirkan dari segi keuntungan. Jika Yuna dijual dengan pria hidung belang sudah pasti akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Meskipun tidak yakin bahwa Gadis itu perawan, namun dia bisa mengeceknya terlebih dahulu. Jika terbukti masih perawan, maka harganya pun bisa sangat tinggi. "Jika ada masalah, kamu boleh cerita pada ku. Aku akan membantu menyelesaikan masal mu. Menurut ku, saat ini kamu butuh teman untuk berbagi." Pria itu memberikan gelas yang di sejak tadi dipegangnya. Gelas itu sudah diberinya obat. Dengan adanya obat ini gadis sombong seperti Yuna, tetap akan menj
Dirga duduk sambil menikmati minuman yang telah dipesan temannya. Tidak banyak yang tahu bahwa pria berwajah ganteng itu pernah menjadi tentara. Diusianya yang sangat muda, Dirga di kirim ke daerah konflik di Papua. Namun karena ia lebih suka hidup bebas tanpa ada ikatan dinas, Dirga mundur dari kesatuan dan melanjutkan kuliah. Kemampuan bela dirinya juga sangat baik. "Sekarang kau sangat sibuk, sehingga sangat sulit untuk kita bisa berkumpul seperti ini," kata teman Anto sambil menumbuk lengan Dirga."Usiaku sudah 30 tahun, aku harus kumpulkan uang yang banyak untuk melamar anak gadis orang." Dirga berkata dengan santai. "Apa kau sudah memiliki calon istri?""Aku masih sedang mencari." Dirga tersenyum dan kembali meminum cairan di dalam gelasnya. Bekerja menjadi asisten pribadi Nathan begitu sangat sibuk. Bahkan di saat tanggal merah pun ia masih terus bekerja. Hal ini yang membuat berdarah Melayu Palembang itu kesulitan mendapatkan kekasih.Dirga memandang ke arah pengunjung yang
Baru saja tertidur Rizky kembali bangun ketika mendengar suara dering di ponselnya. Dengan cepat dokter berwajah manis itu mengangkat sambungan telepon. Karena dia takut nada dering akan mengganggu tidur istrinya. "Halo." Rizky menjawab sambungan telepon. "Halo Dokter Rizky, saya Dirga asisten pribadi Pak Nathan. "Langsung saja, kamu tidak perlu memperkenalkan diri secara detail. Ada apa?" tanya Rizky. Matanya begitu sangat ngantuk. Gangguan telepon di tengah malam seperti ini membuat pria itu sedikit kesal. "Saya bertemu dengan Yuna di diskotik."Dirga diam beberapa saat. Jantung pria itu masih berdebar dengan cepat. Perbuatan Yuna terhadapnya, tidak bisa terlupakan begitu saja. Bahkan sampai saat ini Dirga masih mengingat semua tentang gadis tersebut. Apalagi ketika Yuna mencium bibirnya. "Kamu sudah menemukannya?" Rizky beranggapan bahwa Dirga mencari Yuna karena perintah dari Nathan. Mendengar gadis nakal itu sudah ditemukan, membuat Rizky merasa tenang. "Iya dokter Rizky, h
Dirga menunggu Rizky dengan gelisah. Suara jeritan Yuna dari dalam kamar membuat bulu kuduknya merinding. Ia kembali masuk kedalam kamar untuk memeriksa kondisi Yuna."Abang, tolong aku, aku sudah tidak sanggup." Yuna menatap Dirga sambil terus memohon. Dirga merasakan Hatinya yang perih ketika melihat Yuna yang begitu sangat tersiksa. Namun ia tidak bisa melakukan apa-apa. "Tunggu sebentar ya, dokter Rizky sedang dalam perjalanan." Dirga mencoba menenangkan Yuna. Yuna menggelengkan kepalanya. Ia sudah tidak tahan, benar-benar tidak tahan. Rasa ini sungguh sangat menyiksanya. Jika Dirga tidak mengikat tangan dan kakinya, Yuna pasti sudah memaksa pria itu untuk memuaskannya. "Bang, tolong buka tagan dan kaki aku. Aku gak tahan diperlakukan seperti ini." Yuna terus saja mengerakkan tangan dan kakinya. Ia berharap tangan dan kakinya bisa lepas. Meskipun tangan dan kakinya sudah memerah bahkan lecet, namun ia tidak merasakan sakit sama sekali."Tunggu sebentar." Dirga berkata ketika m
"Jika bapak berniat memberikan uang, maaf saya tidak bisa melakukan hal itu dengan putri bapak. Saya akan mencarikan laki-laki untuk menolong putri, bapak. Berapa bayaran yang diminta laki-laki itu, bapak bisa langsung membayarnya," kata Dirga dengan raut wajah marah. Dia benar-benar marah dan tersinggung karena Indrawan memberikan imbalan uang. Jika seperti ini sama saja calon mertuanya itu menginjak harga dirinya sebagai laki-laki. Dengan cepat Indrawan menggelengkan kepalanya. Pria baru baya itu langsung bersujud di depan Dirga. Seperti inilah seorang ayah. Orang yang begitu sangat dihormati, disegani, dan berwibawa, seakan sudah tidak memiliki rasa malu serta harga diri. Bahkan ia mau bersujud di depan orang yang usianya jauh lebih mudah darinya. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah anaknya. "Maaf nak, bapak salah bicara. Bukan seperti itu maksud bapak. Tolong menikah dengan anak bapak." Tubuh pria itu bergetar sambil memegang kaki Dirga. "Kami mohon, tolong anak, kami. Jika
"Ananda Dirga Pratama bin Ismail sidik, saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan putri saya yang bernama Yuna Arista dengan mas kawin berupa uang satu juta rupiah dibayar tunai." Indrawan mengucapkan kalimat ijab dengan suara gemetar."Saya terima nikah dan kawinnya Yuna Arista binti Indrawan Hakim dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai." Dirga Mengucapkan kalimat dengan satu kali tarikan napas."Bagaimana para saksi?" Pak Ibrahim bertanya sambil memandang ke arah Nathan, Rizky, dan supir pribadi Nathan. "Sah!" jawab para saksi. Indrawan menangis setelah para saksi mengatakan sah. Sebagai seorang ayah dia tidak tahu apakah ini jalan yang terbaik untuk putrinya? Namun jika boleh memilih dia tidak ingin putrinya menikah dalam kondisi yang seperti ini. Proses pernikahan ini tidak sama dengan proses pernikahan yang lainnya. Tidak ada acara sungkeman meminta doa restu terhadap kedua mertua. Begitu dinyatakan sah menjadi suami, istri, Dirga langsung diminta Rizky ke kamar. Dirga
Yuna terbangun dan merasakan seluruh tubuhnya yang begitu amat pegel. Bahkan tubuhnya terasa remuk. Matanya mulai memandang ke setiap sudut yang ada di dalam kamar. "Ini di mana?" Ia baru menyadari bahwa tempat ini bukanlah tempat yang dikenalnya. Penyakit kejiwaan yang dialaminya, membuat ia banyak melupakan apa yang telah dia lakukan. Bagaimana dia bisa keluar dari rumah? Bagaimana cara dia bisa sampai ke diskotik? Lalu bagaimana ceritanya bisa berada di sini?Semua itu tidak akan diingat olehnya.Belum hilang Rasa terkejutnya, Yuna sudah kembali dikejutkan dengan sosok pria yang tidur di sampingnya. "Dia siapa?" Pertanyaan itu dilontarkannya hanya di dalam hati. Dengan kepala yang pusing Yuna mencoba mengingat apa yang telah terjadi. "Aku ingat semalam ada bang Dirga, tapi aku jumpa dia dimana?" Bagaikan gambar puzzle yang berantakan, wanita itu mulai mencoba menyusun satu persatu potongan demi mencoba mengingat apa yang telah terjadi tadi malam.Samar-samar ingatan pun muncul.
"Adik melakukan dalam keadaan mabuk." Dirga masih terus mencoba mengingatkan.Wajah Yuna yang tadi garang, kini sudah berbuah menjadi malu. Apalagi ketika potongan ingatan ketika ia sedang bercinta dengan Dirga."Abang ini perjaka, karena adik sudah merampas keperjakaan abang, Abang akan melakukan pelaporan pemerkosaan kepada polisi. Ini semua bukti dari apa yang adik lakuan semalam." Dirga menunjuk ke bagian tubuhnya yang sudah diberi stempel kepemilikan Yuna. Yuna benar-benar panik mendengar ancaman dari Dirga. "Abang, Aku minta maaf. Aku tidak tahu apa yang telah aku lakukan semalam sehingga aku bisa perkosa abang. Tapi kalau bisa masalah ini jangan sampai ke ranah hukum. Kita bisa menyelesaikannya berdua saja." Jika permasalahan ini sampai ke ranah hukum, sama saja mencoreng nama baik keluarga. Kedua orang tuanya pasti akan sangat malu. Yuna pun akan dipenjara karena telah memperkosa laki-laki. "Damai?" Tanya Dirga Sebenarnya Dirga ingin tertawa, apalagi melihat ekspresi waja
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah