Share

Bab 36

Author: Liazta
last update Last Updated: 2024-07-14 21:35:06

Eliza terbangun ketika hari sudah sore. Tidur di kamar yang begitu sangat mewah seperti ini ditambah lagi suhu di kamar yang dingin karena berasal dari pendingin ruangan membuat tidurnya semakin nyenyak.

Eliza baru menyadari bahwa dia tidur dengan selimut tebal. Padahal sebelumnya dia tidak memakai selimut. Lalu siapa yang memberinya selimut?

"Nona sudah bangun? " Terdengar suara seorang wanita menyapa.

Eliza menoleh ke sebelah kanan dan melihat seorang wanita paruh baya yang memakai seragam pelayan. Hanya saja warna seragamnya berbeda dari yang lainnya.

"Iya Bu," jawab Eliza tersenyum sungkan.

"Panggil saja saya bibi Eli. "Wanita itu tersenyum.

"Ya bi," jawab Eliza sambil memandang ke arah wanita tersebut. Wanita itu sedang sibuk menyusun pakaian di dalam lemari.

Eliza berangsur duduk dan memandang jam yang tertempel di dinding. Matanya melotot dan juga terkejut ketika mengetahui saat ini sudah jam 03.00 sore.

"Bibi Eli, apa sekarang sudah sore?" Eliza mengusap wajahnya dengan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (32)
goodnovel comment avatar
Khalifah Azzahra
elizaaaaaa
goodnovel comment avatar
emy2prihastuti
elizaaaaa best of luck for her
goodnovel comment avatar
Arik Martiasih
bagusss nvlnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 487

    Nathan duduk di kursi penumpang sambil memeluk putranya yang sedang tertidur. Sedangkan, Eliza bersandar dengan bantal leher, tangannya memegang perut yang semakin besar. Wajahnya lelah, tapi ada senyum kecil yang tak bisa disembunyikan.“Kalau bayinya lahir nanti, kita harus datang lagi ke sini ya by,” bisiknya. “Liza mau mereka lihat awan dari atas bukit.” Eliza berkata dengan tersenyum. Baru membayangkan keindahan di villa saja sudah membuat Eliza bahagia. Apalagi merasakan udara yang dingin dan bersih sambil memandang pemandangan yang indah.Nathan meliriknya, tersenyum, lalu menggenggam jemari istrinya. “Tentu saja. Ingat ya, di sana harus nurut. Jangan terlalu capek. Kamu juga harus pakai kursi roda, biar kedua anak kita aman." Meskipun Nathan senang melihat istrinya bahagia, namun tetap saja ia cemas jika Eliza kelelahan. "Iya," jawab Eliza dengan tersenyum. Baginya yang terpenting bisa beristirahat, dan menikmati keindahan alam. "Apa mau makan buah?" Nathan berkata sambil m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 486

    Nathan bersama dengan Eliza turun ke bawah. Wajah pasangan suami istri itu tampak begitu bahagia dan berseri-seri. Berbeda dengan orang-orang yang saat ini sudah menunggu dengan gelisah. Belum lagi Olivia yang setiap saat bertanya, membuat kepala Mawar semakin pusing. “Semua sudah siap?” tanya Hermawan dengan suara yang tenang namun penuh wibawa.“Siap, om!” jawab Rizky sambil sedikit tersenyum.Nathan mendekat. “Mobil sudah disiapkan. Supir standby. Aku taruh termos kopi di dashboard.” Dengan cepat Nathan langsung melarikan diri ketika menyadari tatapan Albert, dan juga tatapan Mawar kepadanya.“Kita berangkat sekarang. Perjalanan ke Puncak butuh waktu beberapa jam. Kalau beruntung, sampai sana sebelum matahari benar-benar tinggi," kata Hermawan.Semua mulai bergerak ke luar rumah. Sedangkan koper, dan barang-barang yang lainnya sudah di masukkan ke dalam mobil. Sepuluh mobil mewah berderet di depan pintu utama, siap membawa keluarga besar itu ke tempat penuh ketenangan.Sebelum m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 485

    Langit masih berselimut kelabu saat satu per satu lampu di mansion keluarga Hermawan menyala. Jarum jam baru menunjukkan pukul 04.45 pagi. Udara masih sejuk, bahkan embun masih menempel di kaca jendela. Namun di dalam rumah, kehangatan sudah mulai terasa. Langkah-langkah ringan berseliweran, aroma roti panggang dan cokelat panas menyambut dari dapur utama. Aruna terlihat sibuk membantu petugas dapur yang sedang sibuk. Tangannya lincah menyusun sandwich ke dalam kotak makan. Meski tubuhnya terus bergerak, senyumnya tidak pernah hilang. Di sudut lain dapur, Eliza juga tengah menyiapkan bekal kecil untuk Noah, putra sambung yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri. Meski usia kehamilannya sudah tujuh bulan dan perutnya tampak sangat besar, Eliza tetap telaten dan penuh perhatian. "Eliza, kenapa liburannya mendadak sekali?" tanya Aruna sambil mengusap tangannya yang sedikit lengket dengan mayones. Eliza menoleh pelan, tersenyum lembut. "Oh, itu permintaan Tuan Albert. Ka

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 484

    Aruna berdiri di depan pintu kamar tamu. Blouse sederhana dan celana panjang berwarna cokelat muda membalut tubuh mungilnya. Rambut panjangnya di kuncir rapi ke belakang, tanpa riasan apa pun di wajah. Hanya ada sorot teduh di matanya dan sedikit getir yang tak bisa disembunyikan.Di tangannya, tergenggam sebuah tas kecil berisi beberapa pakaian. Hatinya terasa berat, tapi ia tetap mencoba tersenyum. Ia tak ingin menjadi beban. Baginya, keberadaannya di mansion keluarga Hermawan sudah lebih dari cukup. Sudah waktunya ia kembali ke rumah kecilnya. Memberi jarak. Memberi ruang.Namun sebelum jemarinya sempat menyentuh kenop pintu utama, suara lembut menghentikan langkahnya.“Aruna…”Aruna menoleh. Di belakangnya berdiri Eliza, mengenakan gaun hamil warna biru langit. Perutnya yang membulat tampak menonjol, membuat sosoknya terlihat semakin anggun. Wajahnya tampak letih, namun terpancar ketulusan yang tak bisa dipalsukan.“Kamu mau ke mana?” tanya Eliza pelan, namun jelas terdengar kekha

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 483

    Nathan dan Albert duduk berdampingan di sofa panjang berwarna krem, tepat di tengah ruang keluarga yang nyaman dan hangat. Di atas meja kayu di depan mereka, dua cangkir teh melati masih mengepulkan uap tipis, menyebarkan aroma menenangkan yang seolah berbaur dengan suasana damai sore itu.Namun, tidak satu pun dari mereka menyentuh teh atau kudapan yang tersaji. Perhatian mereka sepenuhnya tersedot ke layar televisi besar, dan jemari mereka sibuk menekan tombol-tombol stik game.Di layar, suara raungan mesin balap mengisi ruangan. Meskipun hanya bermain game balap motor, keduanya begitu serius. Bahkan tubuh mereka ikut miring setiap kali motor virtual mereka memasuki tikungan tajam, seolah-olah sedang berada di sirkuit sungguhan."Aku suka balap motor," kata Albert tiba-tiba, masih menatap layar dengan fokus penuh. "Tapi Anna melarangku. Katanya terlalu berbahaya. Jadi ya beginilah, balapan di ruang tamu. Lebih aman, lebih damai."Nathan terkekeh kecil, tanpa mengalihkan pandangan. "

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 482

    Suasana rumah telah tenang. Sarapan pagi berakhir, semua anggota keluarga beranjak ke kegiatan masing-masing. Eliza kembali ke kamar, dibantu Kiara. Rizky sedang menerima panggilan dari rumah sakit. Sementara Olivia asyik bermain dengan Noah dan Aishwa yang baru saja bangun.Namun tidak dengan Nathan.Ia masih berdiri di beranda belakang, memandangi taman yang basah oleh embun pagi. Di tangan kirinya, secangkir kopi yang sudah dingin. Tatapannya kosong, seolah menatap jauh ke depan.Mawar, yang sejak tadi memperhatikan anak semata wayangnya itu dari balik kaca, akhirnya menyusul keluar. Langkahnya tenang, gaunnya berwarna lembut, seperti sosoknya yang selalu mendamaikan."Nathan," ucapnya lembut.Nathan menoleh, lalu menegakkan tubuhnya. "Mami."Mawar berdiri di sampingnya, ikut menatap taman."Mami perhatikan, sepertinya kamu tidak senang dengan hubungan Tuan Albert dan juga Aruna?"Nathan diam. Ia tahu ibunya tidak akan membicarakan sesuatu jika tidak penting. Dalam keluarganya, Maw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status