"Uty, atu mau mommy." Noah berkata sambil merengek. "Mommy lagi jemput Daddy. Noah sama Aunty dan uncle dulu ya. Kita bobok sambil peluk adek dalam perut." Kiara berkata sambil meletakkan tangan kecil Noah di atas perut buncitnya."Uty, atu mau adek bayi." "Nanti mommy pulang pasti sudah ada adek bayinya. Yang penting sekarang Noah harus nurut dan gak boleh suruh mommy dan Daddy cepat pulang. Biar adek bayi ready dan siap launching." Kiara berkata dengan tersenyum. "O." Mulut Noah membulat mendengar perkataan dari Kiara. "Sekarang kita tidur." Kiara memeluk sambil mencium pipi bulat bulat Noah yang mengemaskan."Tapi atu mau celita kucing." Noah yang sudah terbiasa mendengar cerita hasil karangan mommy nya, tidak akan bisa tidur jika tidak mendengar dongeng. Karena itu ia meminta Kiara yang menceritakan nya."Oke, mau cerita kucing apa?" Kiara bertanya sambil mengangkat jempolnya. "Si oyen," kata Noah dengan penuh semangat."Oh kucing yang orange itu ya." Kiara menganggukkan kepa
"Apa kamu ingin makan di luar?" Albert berkata sambil menyisir rambut Sherly. Sherly mengangguk kan kepalanya. Meskipun sikap pria itu sangat baik dan lembut, namun ia merasa ketakutan. Bahkan jantungnya selalu berdebar lebih cepat setiap kali berdekatan dengan Albert."Pakai sal," kata Albert dengan tersenyum.Dengan sangat penuh perhatian Albert memakaikan sal di leher wanita tersebut. Setelah itu dia mengambil baju hangat dan memakaikan ke tubuh Sherly. Wanita itu hanya diam bak boneka. Namun Apa yang dilakukan Albert tak ada satupun yang ditolaknya. Sepertinya dia sudah bosan untuk menolak perlakuan dari pria tersebut. "Aku sangat suka melihat wanita penurut." Albert tersenyum dan kemudian mencium bibir wanita itu. Tak ada balasan namun juga tak ada penolakan. Wanita itu sudah layak seperti patung hidup. Tempramen Albert yang selalu berubah-ubah membuat ia dihantui rasa takut yang luar biasa. "Ayo kita pergi." Sherly hanya sedikit tersenyum dan kemudian beranjak dari duduknya
Nathan diam memandang punggung wanita tersebut."Sherly, kenalan dulu dengan tuan Nathan. Beliau rekan bisnis ku. Tuan Nathan juga berasal dari Indonesia, sama seperti mu." Albert berkata dengan tersenyum.DegNathan merasakan jantungnya berdetak ketika mendengar Albert memanggil nama mantan istrinya. Sherly masih diam, ia belum sanggup untuk berhadapan dengan Nathan."Sayang, Nathan bersama dengan istrinya. Aku yakin kalian bisa menjadi teman, karena berasal dari negara yang sama. Jika nanti ke Indonesia, kita bisa menghubungi mereka." Albert berkata dengan nada riang. Meskipun Albert tahu semua masa lalu Sherly, namun sikapnya seperti tidak tahu apa-apa. Sehingga tidak ada yang tahu jika ia hanya berpura-pura bodoh.Sherly ingin menghindar, Namun sepertinya dia memang sudah tidak bisa untuk lari. Karena itu dia beranjak dari duduknya dan kemudian berdiri tepat di depan Nathan. "Halo, aku Sherly. "Wanita itu berkata dengan intonasi senormal mungkin. Dia juga menjulurkan tangannya
"Kalian sangat mesra sekali. Hanya saja hal seperti ini memang wajar. 1 tahun pertama, masih momen panas-panasnya." Albert tersenyum sambil menggoda pasangan suami istri tersebut. "Setelah mantan istri ku pergi, meninggal aku dan anak ku. Eliza datang menjadi penyelamat kami. Sebelum menikah dengannya, aku sudah mencintai Eliza secara diam-diam. Bahkan aku sangat cinta dia. Namun satu bulan setelah itu aku heran dengan perasaanku." Nathan berkata kemudian diam sejenak.Raut wajah Eliza berubah-ubah ketika mendengar perkataan suaminya. Tadi ia tersenyum malu-malu, namun kini cemberut. Bahkan Eliza tidak lagi melanjutkan makannya. Ia menatap Nathan dengan wajah kesal. Seharusnya suaminya itidak menceritakan masalah rumah tangga mereka dengan orang lain. Yang lebih membuat Eliza marah, mengapa harus bercerita seperti ini di depan mantan istrinya.Sherly mengepalkan tangannya dengan erat. Perkataan Nathan, jelas menyindirnya. "Hal seperti itu biasa. Cinta kita naik turun, tergantung k
"Apa kamu tidak mengenali Sherly? "Albert bertanya ketika mereka hanya duduk berdua. Nathan memandang Albert dan kemudian tersenyum miring. "Dia mantan istriku."Tanpa ada keraguan Nathan mengaku pernah menikah dengan Sherly. Walaupun wanita itu tidak mengaku mengenal dirinya. "Kamu mengaku bahwa pernah menikah dengannya?" Albert menepuk pundak Nathan. Sebagai seorang laki-laki dia merasa kecewa jika wanita yang dulu dicintainya tidak mengakui keberadaannya. Ia yakin Nathan merasakan hal yang sama. "Walau bagaimanapun dia, ibu dari anakku. Aku tidak akan pernah bisa mengatakan tidak mengenalnya. Mau seperti apapun perbuatannya, namanya tetap tertulis sebagai ibu kandung dari anakku." Nathan berusaha tersenyum, untuk menutupi rasa sakit serta luka-luka dihatinya. "Ternyata kamu memiliki jiwa yang besar." Albert berkata dengan penuh kekaguman. Meskipun sikap Sherly sangat buruk, Nathan tetap mengakui wanita itu sebagai mantan istri serta ibu dari anaknya."Jika kami tidak memiliki a
Hari ini begitu banyak permasalahan yang terjadi. Sherly bahkan merasa sangat lelah dengan apa yang terjadi terhadapnya. Hari ini ia hampir mati karena ulah Albert. Dia juga hampir mati berdiri karena bertemu dengan Nathan. Yang membuat hatinya sakit bagian dihujam belati berkarat, ketika melihat mathan bersama dengan istri barunya. Lorong menuju ke kamar hotel cukup sepi. Sehingga Sherly dapat mendengar suara hentak kaki orang yang sedang berjalan. Wanita itu menghentikan langkah kakinya dan kemudian menoleh ke arah belakang. Lagi-lagi hatinya terasa begitu sangat sakit ketika melihat sosok wanita yang berjalan menuju ke arahnya. Jika ingin kembali bersama dengan Nathan, itu artinya iya harus memiliki strategi. Sherly tersenyum licik ketika ide jahat muncul di benak kepalanya. Setelah mengetahui status dan hubungannya dengan Nathan, Eliza pasti akan kehilangan kesabaran. Bisa saja hubungan Nathan dan juga Eliza akan retak setelah ini. Eliza memandang Sherly yang tidak melanjutka
"Usia putriku dua setengah tahun. Eh sekitar 3 tahun," jawabnya dengan ragu-ragu.Lagi-lagi Eliza tertawa ngakak. Bagaimana mungkin seorang ibu tidak mengetahui jenis kelamin anak yang dilahirkan? Bagaimana mungkin seorang ibu tidak mengetahui nama anaknya? Bagaimana mungkin seorang ibu tidak mengingat tanggal lahir anaknya?Seharusnya Eliza mengoreksi perkataan dari Sherly. Namun sayangnya tidak. Dia lebih memilih untuk diam dan membiarkan wanita itu hanyut dalam halusinasinya "Aku sangat lelah dan aku ingin beristirahat." Eliza sudah tidak ingin melanjutkan obrolan dengan Sherly, karena itu dia memilih untuk pergi "Kau tidak bisa pergi begitu saja." Dengan wajah marah ia mencekal lengan Eliza dengan keras. Kukunya yang yang panjang, langsung menancap di kulit Eliza.Eliza hanya diam memandang tangan Sherly yang mencekam lengannya."Apa kau tahu, Nathan sangat mencintaiku. Sedangkan kau hanyalah penggantiku. Sebentar lagi aku akan kembali ke Indonesia dan kami akan kembali bersama.
Sherly sangat marah dan ingin menghancurkan semua barang yang ada di dalam kamar. Bersyukur ia masih bisa berpikir dengan akal sehat. Hingga vas bunga yang sudah dipegang dan berniat untuk dilempar ke dinding di letaknya kembali. Apapun Yang terjadi, ia tidak akan membuat Albert curiga. Jangan sampai si gila Albert, bahwa ia berniat pergi bahkan membunuh Albert. Sebisa mungkin wanita itu harus mengendalikan emosinya. Mengalah demi kemenangan hanya itu yang menjadi prioritasnya. "Aku harus menyingkirkan perempuan sialan itu." Sherly mengepalkan tangannya. Ia tidak akan puas jika tujuannya belum tercapai."Hanya karena menjadi bagian dari keluarga Hermawan, kau sampai lupa asal usul mu. Kau hanya orang miskin yang tidak tahu malu." Sherly berkata dengan marah. Wanita itu mengeluarkan handphone dari dalam tasnya. Jari lentiknya mulai lincah berselancar di layar ponsel. Senyum licik tercetak di bibir tipisnya ketika membaca nama Bram. Bram seorang pembunuh bayaran yang akan diperin
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah