Share

Bab 29

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2025-04-16 12:24:21

Malam telah larut. Cahaya lampu taman belakang menyapu lembut dedaunan yang bergoyang pelan tertiup angin. Dari balik jendela kamar, Ernita menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Suara jangkrik bersahutan dengan tenangnya suasana sekitar, membuatnya hanyut dalam lamunan. Hari itu, anak-anak telah tidur lebih cepat, memberi waktu baginya untuk sekadar duduk dan menikmati kesunyian.

Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu kamar.

"Nita?" Suara Taufik terdengar pelan namun tegas dari luar.

Ernita terhenyak. Ia bangkit dari tempat duduknya dan membuka pintu perlahan. Taufik berdiri di sana dengan ekspresi wajah yang serius namun hangat. Ernita mengangguk pelan, membiarkan Taufik berdiri di ambang pintu.

"Ada apa, Tuan?" tanyanya lembut.

"Ekhem! Tolong mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan Tuan. Anggil nama saja," ujar Taufik.

"Ta-tapi, itu tidak sopan kalau aku memanggil anda nama saja," gagap Ernita.

"Ya sudah, kamu panggil saja, Mas. Gimana? Bukankah lebih enak didenga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 30

    Hari-hari Taufik kini dipenuhi dengan semangat baru. Sejak Ernita menerima lamarannya secara sederhana dan penuh ketulusan, ia merasa seperti menemukan kembali arah hidupnya. Bukan hanya sebagai seorang ayah, tapi juga sebagai seorang pria yang akan kembali memimpin rumah tangga dengan cinta dan kesadaran penuh.Taufik mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk pernikahan mereka. Ia tidak ingin acara besar-besaran. Cukup sebuah acara sakral yang hangat, sederhana, dan penuh makna. Ia tahu benar, yang mereka perlukan bukanlah kemewahan, tapi ketulusan. Cinta tidak perlu diumumkan kepada dunia dengan gebyar, cukup diresapi dan dirayakan bersama orang-orang yang benar-benar mendoakan.Langkah pertama yang ia lakukan adalah mendaftar ke Kantor Urusan Agama. Ia datang pagi-pagi, membawa semua persyaratan yang dibutuhkan. Petugas di KUA menyambutnya dengan ramah, dan membantunya melengkapi data-data yang masih kurang. Taufik memilih tanggal yang menurutnya cukup istimewa, tanggal yang sama

    Last Updated : 2025-04-18
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 31

    Pagi itu, mentari bersinar hangat di langit kota yang baru saja mulai bergeliat. Rumah Taufik tampak lebih ramai dari biasanya. Tenda kecil telah terpasang rapi di halaman depan, dihiasi dengan bunga-bunga segar dan kain putih yang melambai tertiup angin. Suasana penuh haru dan kehangatan mulai menyelimuti tempat itu. Hari ini adalah hari yang telah dinanti-nanti oleh Taufik dan Ernita. Hari di mana keduanya akan mengikat janji suci sebagai sepasang suami istri.Taufik mengenakan beskap berwarna krem dengan sentuhan batik yang elegan. Senyumnya tak henti menghiasi wajahnya, meski sesekali tampak gugup. Di sisi lain, Ernita atau yang kini akrab dipanggil Nita oleh Taufik, tampil anggun dalam balutan kebaya sederhana berwarna lembut. Riasannya tidak berlebihan, namun cukup membuat kecantikannya terpancar lebih dari biasanya. Nita tampak bahagia, meski matanya sesekali berkaca-kaca.Acara dimulai dengan khidmat. Di depan penghulu dan para saksi yang terdiri dari beberapa rekan kerja Tauf

    Last Updated : 2025-04-19
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 32

    Satu Minggu kemudian, Taufik mengajak Ernita berbulan madu. Tempat tujuan mereka adalah Bali.Pagi itu, sinar matahari menyelinap ke jendela kamar hotel tempat Taufik dan Ernita menginap di Bali. Semilir angin laut membawa aroma asin yang khas, menyatu dengan udara segar pegunungan di kejauhan. Suara deburan ombak terdengar sayup-sayup, membangunkan mereka dari tidur lelap setelah perjalanan panjang kemarin.Taufik membuka mata lebih dulu. Ia tersenyum melihat Ernita yang masih tertidur dengan tenang di sampingnya. Wajah istrinya tampak damai. Ia membelai rambut Ernita pelan, lalu mengecup keningnya. "Bangun, sayang. Hari ini kita jelajah Bali."Ernita menggeliat pelan lalu membuka matanya. Senyumnya merekah saat melihat Taufik. "Masih seperti mimpi rasanya, Mas.""Kalau mimpi, aku tak mau bangun," ujar Taufik sambil menggenggam tangan Ernita.Setelah bersiap-siap, mereka menikmati sarapan di restoran hotel. Taufik sudah menyusun agenda untuk mereka berdua. jalan-jalan ke Ubud, makan

    Last Updated : 2025-04-19
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 33

    Setibanya di rumah dengan wajah kusut dan penuh amarah, Loren langsung melempar tas tangannya ke sofa ruang tamu. Hatinya masih terbakar sejak mendapati kenyataan bahwa Taufik, putra sulung yang begitu ia banggakan, telah menikahi Ernita secara diam-diam. Tak ada pemberitahuan, tak ada restu. Semua terjadi tanpa sepengetahuannya.Helen yang sedang duduk di ruang keluarga, sibuk dengan laptop di pangkuannya, menoleh kaget melihat tingkah sang ibu."Ibu kenapa? Kayak habis dikejar anjing aja kok sangar gitu," goda Helen ringan, mencoba mencairkan suasana.Namun, Loren tak tertawa. Wanita berusia empat puluh lima tahun itu justru melangkah cepat dan duduk di samping Helen."Helen, kamu tahu apa yang terjadi di Bali?" Loren bertanya dengan suara gemetar menahan emosi.Helen mengernyit. "Emangnya ada apa di Bali, Bu? Ibu nggak cerita sebelumnya. Lagian, emangnya Ibu dari Bali? Kok nggak bilang sama aku?"Loren menghela napas panjang. "Taufik kakakmu. Dia ternyata sudah menikah sama Ernita.

    Last Updated : 2025-04-20
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 34

    Dua hari telah berlalu sejak kedatangan Ernita dan Taufik di puncak bukit hijau. Mereka masih berada di vila sederhana yang menghadap langsung ke lembah luas berisi kebun teh dan barisan pepohonan pinus. Meski jauh dari hiruk-pikuk kota, tempat itu justru menjadi surga kecil bagi keduanya. Ketenangan, udara sejuk, dan kebersamaan yang intim membuat waktu seolah berjalan lambat namun penuh makna.Pagi itu, matahari belum sepenuhnya muncul dari balik perbukitan. Kabut tipis menyelimuti halaman vila. Ernita keluar dari kamar dengan mengenakan sweater abu-abu yang menggantung longgar di tubuhnya. Di tangannya, dua cangkir kopi hangat. Taufik sudah lebih dulu duduk di teras, membungkus tubuhnya dengan jaket tebal dan sarung tangan rajut. Senyum merekah di wajahnya begitu melihat Ernita."Pagi, Nit," sapa Taufik sembari menerima cangkir dari tangan istrinya."Pagi juga, Mas. Tidurmu nyenyak semalam?" tanya Ernita sambil duduk di sebelahnya."Nyenyak banget. Mungkin karena pelukanku nggak di

    Last Updated : 2025-04-22
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 35

    Udara pagi terasa hangat dan menyegarkan saat mobil hitam milik Taufik berhenti perlahan di depan rumah barunya. Setelah menghabiskan hari-hari penuh kebahagiaan dan ketenangan di Puncak, kini mereka kembali ke rumah dengan hati yang penuh suka cita. Ernita yang duduk di samping Taufik tampak bahagia. Senyum di wajahnya tak kunjung pudar sejak mereka turun dari puncak.Taufik segera turun dari mobil dan membuka pintu untuk Ernita. Ia menggandeng tangan istrinya dengan lembut, dan bersama-sama mereka melangkah menuju pintu rumah. Begitu pintu terbuka, aroma khas rumah mereka langsung menyambut. Di ruang tamu, Tia yang tengah menggendong Arkaf, dan di dekatnya dua box bayi dengan Asrul yang mulai merengek karena ingin digendong juga."Wah, kalian sudah pulang. Gimana liburannya, Mbak Nita?" tanya Tia sambil tersenyum, tangannya sibuk menenangkan Arkaf yang mulai menggeliat dalam pelukannya.Ernita tertawa kecil, senang disambut dengan wajah bersahabat Tia. "Ya, menyenangkan. Udara di Pu

    Last Updated : 2025-04-24
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 36

    Sudah beberapa hari sejak Ernita dan Taufik kembali dari bulan madu mereka di Puncak. Hari-hari Ernita terasa cukup tenang, namun juga sedikit membosankan. Aktivitas di rumah mulai terasa monoton, terlebih setelah si kembar lebih sering tidur dan Tia sudah begitu sigap membantu segala keperluan rumah tangga.Pagi itu, Ernita duduk di ruang tengah, memandangi jendela yang menampakkan langit cerah. Taufik sedang bersiap berangkat ke kantor. Melihat wajah istrinya yang tampak murung, Taufik menghampirinya sambil membawa secangkir teh hangat."Kamu kenapa, Nita? Kelihatan lemas gitu wajahnya. Kurang tidur?"Ernita menggeleng pelan. "Enggak sih, cuma aku agak suntuk aja di rumah terus. Nggak ada temen ngobrol selain Mbak Tia dan si kembar."Taufik tersenyum memahami. Ia duduk di samping Ernita dan meraih tangan istrinya. "Kalau gitu, gimana kalau kamu jalan-jalan sebentar? Keluar cari udara segar, makan enak, atau sekadar cuci mata di pusat perbelanjaan.""Emangnya, boleh ya?""Boleh dong.

    Last Updated : 2025-04-26
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 37

    Ernita menggigit bibirnya, matanya mengamati jalanan kecil yang mereka lalui. Hatinya makin kalut. Setiap detik di dalam mobil bersama Gudel terasa seperti berjalan di atas bara api. Ia menggenggam erat tasnya, mencoba mencari akal, namun Gudel terlalu sigap, tangannya selalu siap menarik atau mencegah gerakannya.'Duh, Gudel mau apa, ya?' tanya Ernita dalam hati.Mobil berbelok tajam, masuk ke sebuah jalanan berbatu yang dipenuhi semak-semak liar. Ernita bisa melihat dari balik kaca, suasana di sekitar sepi. Tak ada rumah, tak ada orang lewat. Hanya hamparan tanah kosong dan ilalang yang bergoyang ditiup angin.Tak lama, di ujung jalan itu, berdirilah sebuah bangunan reyot yang tampak seperti gudang tua. Dindingnya kusam, atapnya berkarat, dan sebagian besar kaca jendelanya pecah. Ernita merinding, firasat buruk langsung memenuhi pikirannya."Del, kamu mau ngapain?" tanya Ernita akhirnya.Gudel tidak menghiraukan pertanyaan mantan istrinya itu."Turun," perintah Gudel dingin, matanya

    Last Updated : 2025-04-27

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 39

    Malam mulai larut. Langit tampak mendung, seakan menambah ketegangan dalam dada Taufik yang sejak sore belum tenang. Mobil yang dikemudikannya melaju dengan kecepatan sedang, menembus jalanan sepi menuju lokasi yang ditunjukkan oleh titik GPS terakhir di ponsel Ernita.Pikirannya kalut. Setiap detik terasa lambat. Sejak mengetahui Ernita tak kunjung pulang dan mendapati ponsel istrinya tertinggal di rumah, Taufik langsung curiga. Ia merasa ada yang tidak beres. Terlebih, perasaan Arkaf dan Asrul yang terus-menerus menangis seakan menambah firasat buruk."Tolonglah, Nit. Jangan terjadi apa-apa," gumam Taufik sambil terus menatap jalanan gelap di depannya.Sinyal GPS membawanya ke arah luar kota. Semakin jauh dari keramaian, jalan yang dilalui mulai menyempit. Hanya pepohonan dan bangunan tua yang berdiri di kanan-kiri jalan. Taufik mulai memperlambat laju mobilnya. Ia melihat peta digital di layar mobil yang menunjukkan bahwa ia hampir sampai.Akhirnya, mobilnya berhenti di depan sebua

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 38

    Pintu rumah terbuka dengan suara berat. Taufik masuk dengan langkah tergesa. Wajahnya terlihat serius, matanya langsung menyapu seluruh sudut ruangan, mencari sosok Ernita. Namun, yang ia lihat hanya Tia yang berdiri dengan raut gelisah di ruang tamu.Taufik menghampiri dengan cepat. "Ke mana Nita?" tanyanya tanpa basa-basi, suaranya tegas penuh tekanan.Tia mengusap kedua tangannya yang dingin karena gugup. "Saya juga bingung, Tuan. Nyonya pergi dari tadi pagi sampai sekarang belum pulang," jawabnya dengan nada cemas. Ia memegang apron di pinggangnya, berusaha menenangkan diri agar tidak ikut panik.Taufik menghela napas berat. Dadanya terasa sesak. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu, pikirannya berkecamuk. "Dia bilang mau ke mana tadi pagi?"Tia mendongak cepat. "Nyonya hanya bilang mau jalan-jalan sebentar, Tuan. Katanya suntuk di rumah. Beliau bawa mobil yang Tuan hadiahkan itu.""Iya juga, tadi Nita bilang katanya suntuk, terus saya suruh jalan-jalan. Apa dia kesasar, ya?" u

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 37

    Ernita menggigit bibirnya, matanya mengamati jalanan kecil yang mereka lalui. Hatinya makin kalut. Setiap detik di dalam mobil bersama Gudel terasa seperti berjalan di atas bara api. Ia menggenggam erat tasnya, mencoba mencari akal, namun Gudel terlalu sigap, tangannya selalu siap menarik atau mencegah gerakannya.'Duh, Gudel mau apa, ya?' tanya Ernita dalam hati.Mobil berbelok tajam, masuk ke sebuah jalanan berbatu yang dipenuhi semak-semak liar. Ernita bisa melihat dari balik kaca, suasana di sekitar sepi. Tak ada rumah, tak ada orang lewat. Hanya hamparan tanah kosong dan ilalang yang bergoyang ditiup angin.Tak lama, di ujung jalan itu, berdirilah sebuah bangunan reyot yang tampak seperti gudang tua. Dindingnya kusam, atapnya berkarat, dan sebagian besar kaca jendelanya pecah. Ernita merinding, firasat buruk langsung memenuhi pikirannya."Del, kamu mau ngapain?" tanya Ernita akhirnya.Gudel tidak menghiraukan pertanyaan mantan istrinya itu."Turun," perintah Gudel dingin, matanya

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 36

    Sudah beberapa hari sejak Ernita dan Taufik kembali dari bulan madu mereka di Puncak. Hari-hari Ernita terasa cukup tenang, namun juga sedikit membosankan. Aktivitas di rumah mulai terasa monoton, terlebih setelah si kembar lebih sering tidur dan Tia sudah begitu sigap membantu segala keperluan rumah tangga.Pagi itu, Ernita duduk di ruang tengah, memandangi jendela yang menampakkan langit cerah. Taufik sedang bersiap berangkat ke kantor. Melihat wajah istrinya yang tampak murung, Taufik menghampirinya sambil membawa secangkir teh hangat."Kamu kenapa, Nita? Kelihatan lemas gitu wajahnya. Kurang tidur?"Ernita menggeleng pelan. "Enggak sih, cuma aku agak suntuk aja di rumah terus. Nggak ada temen ngobrol selain Mbak Tia dan si kembar."Taufik tersenyum memahami. Ia duduk di samping Ernita dan meraih tangan istrinya. "Kalau gitu, gimana kalau kamu jalan-jalan sebentar? Keluar cari udara segar, makan enak, atau sekadar cuci mata di pusat perbelanjaan.""Emangnya, boleh ya?""Boleh dong.

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 35

    Udara pagi terasa hangat dan menyegarkan saat mobil hitam milik Taufik berhenti perlahan di depan rumah barunya. Setelah menghabiskan hari-hari penuh kebahagiaan dan ketenangan di Puncak, kini mereka kembali ke rumah dengan hati yang penuh suka cita. Ernita yang duduk di samping Taufik tampak bahagia. Senyum di wajahnya tak kunjung pudar sejak mereka turun dari puncak.Taufik segera turun dari mobil dan membuka pintu untuk Ernita. Ia menggandeng tangan istrinya dengan lembut, dan bersama-sama mereka melangkah menuju pintu rumah. Begitu pintu terbuka, aroma khas rumah mereka langsung menyambut. Di ruang tamu, Tia yang tengah menggendong Arkaf, dan di dekatnya dua box bayi dengan Asrul yang mulai merengek karena ingin digendong juga."Wah, kalian sudah pulang. Gimana liburannya, Mbak Nita?" tanya Tia sambil tersenyum, tangannya sibuk menenangkan Arkaf yang mulai menggeliat dalam pelukannya.Ernita tertawa kecil, senang disambut dengan wajah bersahabat Tia. "Ya, menyenangkan. Udara di Pu

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 34

    Dua hari telah berlalu sejak kedatangan Ernita dan Taufik di puncak bukit hijau. Mereka masih berada di vila sederhana yang menghadap langsung ke lembah luas berisi kebun teh dan barisan pepohonan pinus. Meski jauh dari hiruk-pikuk kota, tempat itu justru menjadi surga kecil bagi keduanya. Ketenangan, udara sejuk, dan kebersamaan yang intim membuat waktu seolah berjalan lambat namun penuh makna.Pagi itu, matahari belum sepenuhnya muncul dari balik perbukitan. Kabut tipis menyelimuti halaman vila. Ernita keluar dari kamar dengan mengenakan sweater abu-abu yang menggantung longgar di tubuhnya. Di tangannya, dua cangkir kopi hangat. Taufik sudah lebih dulu duduk di teras, membungkus tubuhnya dengan jaket tebal dan sarung tangan rajut. Senyum merekah di wajahnya begitu melihat Ernita."Pagi, Nit," sapa Taufik sembari menerima cangkir dari tangan istrinya."Pagi juga, Mas. Tidurmu nyenyak semalam?" tanya Ernita sambil duduk di sebelahnya."Nyenyak banget. Mungkin karena pelukanku nggak di

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 33

    Setibanya di rumah dengan wajah kusut dan penuh amarah, Loren langsung melempar tas tangannya ke sofa ruang tamu. Hatinya masih terbakar sejak mendapati kenyataan bahwa Taufik, putra sulung yang begitu ia banggakan, telah menikahi Ernita secara diam-diam. Tak ada pemberitahuan, tak ada restu. Semua terjadi tanpa sepengetahuannya.Helen yang sedang duduk di ruang keluarga, sibuk dengan laptop di pangkuannya, menoleh kaget melihat tingkah sang ibu."Ibu kenapa? Kayak habis dikejar anjing aja kok sangar gitu," goda Helen ringan, mencoba mencairkan suasana.Namun, Loren tak tertawa. Wanita berusia empat puluh lima tahun itu justru melangkah cepat dan duduk di samping Helen."Helen, kamu tahu apa yang terjadi di Bali?" Loren bertanya dengan suara gemetar menahan emosi.Helen mengernyit. "Emangnya ada apa di Bali, Bu? Ibu nggak cerita sebelumnya. Lagian, emangnya Ibu dari Bali? Kok nggak bilang sama aku?"Loren menghela napas panjang. "Taufik kakakmu. Dia ternyata sudah menikah sama Ernita.

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 32

    Satu Minggu kemudian, Taufik mengajak Ernita berbulan madu. Tempat tujuan mereka adalah Bali.Pagi itu, sinar matahari menyelinap ke jendela kamar hotel tempat Taufik dan Ernita menginap di Bali. Semilir angin laut membawa aroma asin yang khas, menyatu dengan udara segar pegunungan di kejauhan. Suara deburan ombak terdengar sayup-sayup, membangunkan mereka dari tidur lelap setelah perjalanan panjang kemarin.Taufik membuka mata lebih dulu. Ia tersenyum melihat Ernita yang masih tertidur dengan tenang di sampingnya. Wajah istrinya tampak damai. Ia membelai rambut Ernita pelan, lalu mengecup keningnya. "Bangun, sayang. Hari ini kita jelajah Bali."Ernita menggeliat pelan lalu membuka matanya. Senyumnya merekah saat melihat Taufik. "Masih seperti mimpi rasanya, Mas.""Kalau mimpi, aku tak mau bangun," ujar Taufik sambil menggenggam tangan Ernita.Setelah bersiap-siap, mereka menikmati sarapan di restoran hotel. Taufik sudah menyusun agenda untuk mereka berdua. jalan-jalan ke Ubud, makan

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 31

    Pagi itu, mentari bersinar hangat di langit kota yang baru saja mulai bergeliat. Rumah Taufik tampak lebih ramai dari biasanya. Tenda kecil telah terpasang rapi di halaman depan, dihiasi dengan bunga-bunga segar dan kain putih yang melambai tertiup angin. Suasana penuh haru dan kehangatan mulai menyelimuti tempat itu. Hari ini adalah hari yang telah dinanti-nanti oleh Taufik dan Ernita. Hari di mana keduanya akan mengikat janji suci sebagai sepasang suami istri.Taufik mengenakan beskap berwarna krem dengan sentuhan batik yang elegan. Senyumnya tak henti menghiasi wajahnya, meski sesekali tampak gugup. Di sisi lain, Ernita atau yang kini akrab dipanggil Nita oleh Taufik, tampil anggun dalam balutan kebaya sederhana berwarna lembut. Riasannya tidak berlebihan, namun cukup membuat kecantikannya terpancar lebih dari biasanya. Nita tampak bahagia, meski matanya sesekali berkaca-kaca.Acara dimulai dengan khidmat. Di depan penghulu dan para saksi yang terdiri dari beberapa rekan kerja Tauf

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status