Share

Bab 5

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2025-02-19 11:45:25

Pagi itu, Taufik berangkat lebih awal ke kantor karena ada rapat penting dengan klien dari luar negeri. Seperti biasa, sebelum pergi, ia sempat menengok kedua putranya yang sedang tertidur lelap di dalam boks bayi mereka. Ernita pun sudah bersiap dengan pekerjaannya. Hari ini tugasnya tetap sama, merawat dan menyusui bayi kembar Taufik, Asrul dan Arkaf.

Namun berbeda dari hari-hari sebelumnya, kali ini ibu Taufik, Loren, memutuskan untuk tinggal di rumah putranya sepanjang hari karena dia mendengar bahwa Tia meminta ijin libur lantaran anaknya sakit.

Hal itu dijadikan kesempatan oleh Loren. Tidak sendirian, ia mengajak serta putrinya, Helen, yang merupakan adik perempuan Taufik. Keduanya sudah berencana untuk mengamati dan mencari kesalahan Ernita agar bisa mengusirnya dari rumah itu.

"Ibu, kenapa kita tidak menyuruh saja Taufik mengganti wanita itu dengan perawat bayi profesional?" bisik Helen saat mereka duduk di ruang tamu sambil memperhatikan gerak-gerik Ernita dari kejauhan.

Loren menyesap tehnya perlahan, lalu menatap putrinya dengan tajam. "Tidak bisa langsung seperti itu. Taufik terlalu percaya diri dengan keputusan yang dia buat. Kita harus punya alasan yang kuat agar dia sendiri yang menyingkirkan perempuan itu."

Sementara itu di dalam kamar bayi, Ernita tengah menyusui Asrul. Bayi itu tampak nyaman dalam dekapannya, matanya setengah terpejam karena kenyang. Arkaf yang berada di boks sebelahnya mulai menggeliat, pertanda ia juga ingin menyusu.

Ernita hendak menggeser posisi agar bisa menyusui Arkaf, tetapi sebelum sempat melakukannya, pintu kamar terbuka lebar. Loren dan Helen melangkah masuk tanpa izin, menatapnya dengan sorot mata tajam.

"Astaga, jadi benar! Kau masih menyusui mereka langsung dengan ASI-mu?" seru Helen dengan nada mencemooh. "Kenapa tidak memakai botol saja? Itu lebih higienis!"

Ernita mengangkat wajahnya, mencoba tetap tenang meskipun dadanya berdebar karena dipojokkan. "Tuan Taufik sendiri yang meminta saya untuk menyusui mereka secara langsung. Bayi-bayi ini menolak susu formula, dan mereka lebih nyaman dengan ASI."

Loren melipat tangan di dadanya, berjalan mendekat dengan langkah anggun namun penuh tekanan. "Kau ini siapa sebenarnya? Aku masih belum percaya dengan cerita yang kau buat. Suamimu meninggal, bayimu meninggal, dan tiba-tiba kau ada di sini, menyusui cucu-cucuku? Itu terdengar terlalu dramatis untuk menjadi kenyataan."

Ernita menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir tumpah. "Saya tidak punya alasan untuk berbohong, Nyonya. Saya hanya seorang wanita yang butuh pekerjaan untuk bertahan hidup."

Helen mendengus sinis. "Bertahan hidup dengan cara menempel pada kakakku? Jangan-jangan kau berharap bisa menggantikan almarhumah Fatma dan menjadi istri kakakku?"

Ernita terkesiap mendengar tuduhan itu. Wajahnya langsung memerah karena merasa sangat direndahkan. "Saya tidak pernah berpikir seperti itu! Saya di sini hanya untuk bekerja dan merawat bayi-bayi ini."

Loren menyeringai, merasa puas melihat Ernita dalam posisi terpojok. "Aku tidak percaya dengan wanita seperti kamu. Kau mungkin bisa memperdaya Taufik, tapi tidak denganku. Awas saja, aku akan menemukan kesalahanmu dan memastikan kau tidak bertahan lama di rumah ini."

Ernita hanya bisa diam, menundukkan kepala sambil berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Ia tahu, mulai hari ini hidupnya di rumah ini akan semakin sulit.

****

Seharian Loren di rumah Taufik bersama Helen. Mereka berusaha mencari-cari kesalahan Ernita untuk bahan bulian.

Loren sudah mengawasi setiap gerak-gerik Ernita dengan tatapan penuh curiga. "Kau benar-benar bekerja di sini atau hanya berpura-pura?" tanyanya dengan nada tajam saat Ernita sedang mencuci botol susu bayi kembar.

Ernita berusaha tetap tenang. "Saya hanya ingin melakukan tugas saya dengan baik, Bu," jawabnya lembut.

Helen yang sejak tadi memperhatikan langsung menimpali, "Ibu, lihat itu! Dia bahkan tidak memakai celemek saat mencuci botol. Bagaimana kalau botolnya tidak steril?"

Loren mengangguk setuju. "Kamu ini ceroboh. Jangan sampai cucu-cucuku sakit gara-gara ketidakbecusanmu!"

Ernita menggigit bibirnya, menahan gejolak di hatinya. Namun ia tetap fokus pada pekerjaannya. Beberapa saat kemudian, bayi kembar mulai menangis. Ernita dengan sigap menggendong salah satu bayi dan mulai menyusui.

Loren langsung mendekat dan mengawasi dengan wajah sinis. "Kenapa kamu tampak begitu nyaman menyusui cucuku? Jangan berpikir kamu bisa mengambil tempat Fatma di sini!"

Ernita tersentak, tetapi ia tidak membalas. Helen tertawa kecil, menikmati situasi itu. "Mungkin dia sengaja, Bu. Mana tahu dia ingin jadi bagian dari keluarga ini."

"Tidak akan pernah!" Loren menegaskan. "Kau hanya pekerja di sini. Jangan pernah bermimpi lebih!"

Hari itu berlalu dengan tekanan dan ejekan dari Loren dan Helen. Namun Ernita tetap bertahan. Ia tahu dirinya ada di sini untuk Asrul dan Arkaf, bukan untuk membalas kebencian mereka.

"Lihat saja caranya menyusui, seperti perempuan murahan saja," bisik Helen pada Loren.

"Aku masih tidak mengerti kenapa Taufik memilih wanita seperti dia untuk merawat cucuku," timpal Loren dengan nada ketus.

Saat Ernita hendak membawa bayi ke kamar, Helen sengaja menabraknya hingga Ernita hampir terjatuh.

"Astaga! Apa kau buta? Hati-hati dong!" bentak Helen.

Ernita hanya menunduk menahan perasaan. Dia tidak ingin memperkeruh suasana. Namun Loren malah menambahkan.

"Kalau kau tidak bisa menjaga keseimbangan, lebih baik pergi dari rumah ini. Aku tidak mau cucuku terluka gara-gara kamu."

Siang harinya, Ernita mencoba mengabaikan sikap keduanya dan tetap bekerja seperti biasa. Namun Loren dan Helen tidak berhenti mencari masalah. Mereka sengaja meninggalkan tumpukan cucian piring kotor di dapur lalu memanggil Ernita dengan suara keras.

"Hei, kau! Kenapa piringnya belum dicuci? Apa kau pikir hanya tugasmu menyusui saja di sini?"

Ernita terkejut dan melihat tumpukan piring yang tidak ada sebelumnya. Meski hatinya terluka, dia tetap melangkah ke arah wastafel dan mulai mencuci tanpa berkata apa-apa. Namun saat itu, Loren menyenggol gelas hingga jatuh dan pecah.

"Astaga, kau ceroboh sekali! Aku sudah tahu kau ini pembawa sial," sindir Loren dengan nada puas.

Ernita menghela napas dalam-dalam, menahan air matanya. Dia sadar, apapun yang dia lakukan tidak akan pernah benar di mata mereka. Tetapi demi Asrul dan Arkaf, dia harus bertahan.

Saat sore menjelang, Helen kembali mencari kesalahan Ernita. Kali ini dia menumpahkan segelas jus di lantai ruang tamu, lalu berteriak memanggil Ernita.

"Lihat! Lantai ini kotor! Bersihkan sekarang juga!"

Ernita datang dengan kain pel dan mulai membersihkan lantai. Namun, saat dia membungkuk, Helen sengaja menjatuhkan tisu ke lantai dan menginjak tangan Ernita tanpa sengaja.

"Ups, maaf! Kakiku terpeleset," katanya dengan nada mengejek.

Ernita menggigit bibirnya, menahan sakit. Dia tidak ingin membalas, karena tahu itu hanya akan memperburuk keadaan.

Saat malam tiba, Taufik pulang dari kantor dan melihat Ernita terlihat lelah. Dia juga melihat ibunya dan Helen yang tampak puas setelah seharian mengganggu Ernita.

"Ada apa ini?" tanya Taufik, melihat wajah Ernita yang pucat.

"Tidak ada, aku hanya sedikit lelah," jawab Ernita pelan.

Taufik menatap tajam ke arah Loren dan Helen, seolah mencurigai sesuatu. Namun sebelum dia sempat bertanya lebih lanjut, Loren tersenyum dan berkata ....

"Kami hanya memastikan bahwa wanita ini benar-benar bekerja dengan baik, Taufik. Kau tahu, aku hanya ingin yang terbaik untuk cucu-cucuku."

Taufik tidak menjawab, tetapi dalam hatinya, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Malam itu dia memutuskan untuk mengawasi apa yang sebenarnya terjadi di rumahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 6

    Sejak Loren dan Helen berpamitan pulang, Ernita kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa, mengurus bayi kembar dan memenuhi tugasnya sebagai ibu susu mereka. Namun dalam beberapa minggu terakhir, ia merasakan ada perubahan di lingkungan sekitar. Tatapan para tetangga terhadapnya mulai berbeda, dan ada bisikan-bisikan yang terdengar setiap kali ia melewati mereka.Awalnya, Ernita mencoba mengabaikan hal itu. Namun suatu sore, Tia, salah satu asisten rumah tangga senior, menghampirinya dengan ekspresi cemas."Mbak Nita, saya enggak tahu gimana ngomongnya, tapi … ada gosip yang beredar di luar sana. Katanya, Mbak punya hubungan khusus sama Tuan Taufik."Ernita terdiam, matanya melebar. "Apa? Dari mana datangnya gosip seperti itu?"Tia menggeleng dengan raut gusar. "Saya juga enggak tahu pasti, Mbak. Tapi katanya, ada yang melihat Tuan Taufik sering memperhatikan dan melindungi Mbak lebih dari seharusnya. Apalagi sejak kabar perjodohan Pak Taufik sama anak dari keluarga terpandang itu

    Last Updated : 2025-03-17
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 7

    Ernita baru saja selesai menyusui bayi kembar ketika Nadya kembali muncul di hadapannya, kali ini dengan ekspresi yang lebih tajam dan penuh amarah."Kamu masih di sini juga? Kenapa belum enyah dari sini?" Suara Nadya terdengar sinis.Ernita menghela napas dalam. "Mbak, saya bekerja di sini, jadi tentu saja saya masih di sini."Nadya mendengus. "Bekerja? Paling kamu cuma mencari cara agar Taufik jatuh hati padamu, ya kan?"Ernita menatapnya tajam. "Mbak, saya tidak punya niat seperti itu. Tuan Taufik adalah majikan saya, dan saya hanya menjadi seorang ibu susu untuk anak-anaknya, tidak lebih."Namun Nadya tidak puas dengan jawaban itu. "Kamu pikir aku bodoh? Semua orang di rumah ini bisa melihat bagaimana Taufik lebih peduli padamu dibanding orang lain. Dia bahkan menolak perjodohan kami, dan aku yakin itu semua karena kamu, kamu sudah menghasutnya!"Ernita terkejut mendengar hal itu. "Menolak perjodohan? Maaf, saya tidak mengerti apa-apa.""Jangan berpura-pura tidak tahu!" Nadya mend

    Last Updated : 2025-03-18
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 8

    Setelah bekerja tanpa henti selama sebulan penuh, akhirnya hari ini Ernita mendapatkan gaji pertamanya. Ia merasa sangat bersyukur karena bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.Pagi itu setelah menyelesaikan tugasnya, ia memberanikan diri untuk berpamitan kepada Taufik, setelah sebelumnya menitipkan bayi kembarnya kepada Tia."Permisi, Tuan, hari ini saya ingin keluar sebentar untuk berjalan-jalan. Hanya sebentar saja," kata Ernita dengan sopan.Taufik yang saat itu sedang menyesap kopi di ruang makan, menatapnya dengan dahi berkerut. "Keluar? Kamu mau ke mana?"Ernita tersenyum. "Saya ingin membeli beberapa keperluan. Lagipula, ini hari gajian pertama saya. Saya ingin sedikit menikmati waktu untuk diri sendiri."Taufik meletakkan cangkir kopinya dan menatapnya dalam. "Kamu yakin tidak ingin aku menyuruh sopir untuk mengantarmu?"Ernita menggeleng. "Tidak perlu, Tuan. Saya ingin berjalan-jalan sendiri, sekalian healing. Lagipula saya tidak akan lama

    Last Updated : 2025-03-18
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 9

    Malam itu, Ernita duduk di tepi ranjangnya, ia masih memikirkan perhatian Taufik yang semakin hari semakin terasa tulus. Ia tahu bahwa pria itu hanya ingin memastikan dirinya baik-baik saja, tapi perasaan di hatinya mulai sulit dikendalikan."Aku tidak boleh terbawa suasana," batinnya mencoba menepis perasaan aneh yang mulai tumbuh.Namun pikirannya segera teralihkan ketika ia teringat sesuatu. Tatapan pria yang sempat ia lihat sekilas di mall tadi siang. Ia merasa seperti diawasi, tapi saat itu ia tidak terlalu memikirkannya."Apa mungkin hanya perasaanku saja?" gumamnya.Tanpa ia sadari, seseorang memang benar-benar telah mengawasinya dari jauh.Dan keesokan harinya, Ernita bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah menyelesaikan tugasnya, ia keluar sebentar ke minimarket dekat rumah untuk membeli beberapa keperluan.Namun saat sedang berjalan kembali ke rumah Taufik, tiba-tiba langkahnya terhenti."Nita?"Suara berat yang sangat familiar itu membuat tubuhnya menegang. Perlahan, ia me

    Last Updated : 2025-03-19
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 10

    Sementara dari kejauhan, tanpa disadari, dua pasang mata mengintai perdebatan mereka. Ya, mereka adalah Loren dan Helen, ibunda dan adik perempuan Taufik. Mereka berniat mengunjungi Taufik. Namun sebelum sampai di depan rumah Taufik, mereka tanpa sengaja menyaksikan perdebatan Taufik dengan pria yang Loren sama sekali tidak mengenalnya.Loren pun menghentikan mobilnya, "siapa laki-laki yang bersama Taufik?" tanyanya kepada Helen."Mana aku tahu, Bu, aku pun baru melihatnya," jawab Helen acuh tak acuh."Coba kamu selidiki mereka dari dekat, tapi hati-hati jangan sampai ketahuan," titah Loren.Dengan malas, Helen turun dan berjalan mengendap endap kemudian bersembunyi di salah satu pohon yang dekat dengan keberadaan ketiga insan yang dimaksud.Tak lama kemudian, Helen kembali masuk ke mobil. Dia melaporkan semua yang didengarnya.Loren yang duduk di dalam mobilnya, tangannya mengetuk-ngetuk setir dengan gelisah. Helen, yang duduk di sampingnya, tampak berpikir keras setelah melaporkan a

    Last Updated : 2025-03-20
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 11

    Loren duduk di ruang tamu rumahnya yang megah, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme teratur. Wajahnya menunjukkan ekspresi penuh perhitungan, sementara Helen duduk di seberangnya dengan wajah yang lebih gelisah."Kita tidak bisa langsung bertindak gegabah." Loren memulai pembicaraan. "Kalau kita menyerang Ernita secara langsung, Taufik bisa saja semakin melindunginya."Helen mengangguk pelan, tetapi dalam hatinya ia mulai meragukan niat ibunya. "Lalu, apa yang akan Ibu lakukan?"Loren tersenyum licik. "Kita akan buat Nita terlihat buruk di mata Taufik. Bukan hanya melalui gosip, tapi dengan bukti yang bisa menjatuhkannya."Helen mengernyit. "Apa Ibu berencana menjebaknya?"Loren mengangkat bahu dengan santai. "Sebut saja begitu. Tapi kita harus melakukannya dengan cermat. Aku akan menghubungi seseorang untuk mencari tahu lebih banyak tentang kehidupan pribadinya sebelum bekerja untuk Taufik. Kita perlu menemukan celah yang bisa kita manfaatkan."Helen menghela napas berat. "Ibu yak

    Last Updated : 2025-03-21
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 12

    Loren duduk di ruang tamunya dengan ekspresi puas. Ia sudah menghubungi beberapa kenalannya untuk menggali lebih dalam tentang masa lalu Ernita. Tak butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan informasi yang bisa digunakannya sebagai senjata."Ibu yakin ini akan berhasil?" tanya Helen dengan ragu.Loren meneguk kopinya dengan tenang. "Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan perempuan itu terus berada di sisi Taufik."Helen menghela napas. Meskipun ia tidak terlalu menyukai Ernita, ia juga merasa ibunya mungkin sungguh keterlaluan dalam masalah ini.Sementara di Rumah Taufik, Ernita Mulai Merasa Gelisah. Hari itu, ia tengah menyuapi si kembar ketika Tia, asisten rumah tangga Taufik, datang menghampirinya."Mbak Nita, barusan ada yang mencari Mbak di luar," ujar Tia dengan suara pelan.Ernita menoleh dengan bingung. "Siapa?"Tia menggeleng. "Saya tidak tahu, tapi dia laki-laki yang terlihat mencurigakan. Begitu saya bilang Mbak tidak bisa menemui siapa pun sekarang, dia langsung pergi tanp

    Last Updated : 2025-03-22
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 13

    Loren semakin gencar menyebarkan gosip tentang Ernita, seolah tidak mengenal batas. Baginya, ini bukan sekadar menyingkirkan seorang perempuan yang mengganggu, tetapi juga pembuktian bahwa ia masih memiliki kendali atas kehidupan Taufik.Setiap kesempatan yang ada, Loren menyisipkan cerita miring tentang Ernita kepada kenalan-kenalannya. Dengan statusnya sebagai wanita terpandang, tidak sulit baginya untuk membuat orang-orang percaya bahwa Ernita hanyalah seorang perempuan tak tahu diri yang menempel pada putranya demi kehidupan yang nyaman.Bahkan, ia mulai menyebarkan cerita bahwa Ernita memiliki masa lalu kelam yang membuatnya ditinggalkan oleh mantan suaminya. Tak peduli apakah itu benar atau tidak, Loren tidak memikirkan akibat dari perbuatannya. Yang terpenting baginya adalah Ernita segera keluar dari rumah Taufik.****Suatu hari, Taufik, Loren, dan Helen menghadiri undangan pernikahan seorang klien besar. Acara ini sangat penting bagi Taufik karena bisa memperluas jaringan bis

    Last Updated : 2025-03-22

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 38

    Pintu rumah terbuka dengan suara berat. Taufik masuk dengan langkah tergesa. Wajahnya terlihat serius, matanya langsung menyapu seluruh sudut ruangan, mencari sosok Ernita. Namun, yang ia lihat hanya Tia yang berdiri dengan raut gelisah di ruang tamu.Taufik menghampiri dengan cepat. "Ke mana Nita?" tanyanya tanpa basa-basi, suaranya tegas penuh tekanan.Tia mengusap kedua tangannya yang dingin karena gugup. "Saya juga bingung, Tuan. Nyonya pergi dari tadi pagi sampai sekarang belum pulang," jawabnya dengan nada cemas. Ia memegang apron di pinggangnya, berusaha menenangkan diri agar tidak ikut panik.Taufik menghela napas berat. Dadanya terasa sesak. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu, pikirannya berkecamuk. "Dia bilang mau ke mana tadi pagi?"Tia mendongak cepat. "Nyonya hanya bilang mau jalan-jalan sebentar, Tuan. Katanya suntuk di rumah. Beliau bawa mobil yang Tuan hadiahkan itu.""Iya juga, tadi Nita bilang katanya suntuk, terus saya suruh jalan-jalan. Apa dia kesasar, ya?" u

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 37

    Ernita menggigit bibirnya, matanya mengamati jalanan kecil yang mereka lalui. Hatinya makin kalut. Setiap detik di dalam mobil bersama Gudel terasa seperti berjalan di atas bara api. Ia menggenggam erat tasnya, mencoba mencari akal, namun Gudel terlalu sigap, tangannya selalu siap menarik atau mencegah gerakannya.'Duh, Gudel mau apa, ya?' tanya Ernita dalam hati.Mobil berbelok tajam, masuk ke sebuah jalanan berbatu yang dipenuhi semak-semak liar. Ernita bisa melihat dari balik kaca, suasana di sekitar sepi. Tak ada rumah, tak ada orang lewat. Hanya hamparan tanah kosong dan ilalang yang bergoyang ditiup angin.Tak lama, di ujung jalan itu, berdirilah sebuah bangunan reyot yang tampak seperti gudang tua. Dindingnya kusam, atapnya berkarat, dan sebagian besar kaca jendelanya pecah. Ernita merinding, firasat buruk langsung memenuhi pikirannya."Del, kamu mau ngapain?" tanya Ernita akhirnya.Gudel tidak menghiraukan pertanyaan mantan istrinya itu."Turun," perintah Gudel dingin, matanya

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 36

    Sudah beberapa hari sejak Ernita dan Taufik kembali dari bulan madu mereka di Puncak. Hari-hari Ernita terasa cukup tenang, namun juga sedikit membosankan. Aktivitas di rumah mulai terasa monoton, terlebih setelah si kembar lebih sering tidur dan Tia sudah begitu sigap membantu segala keperluan rumah tangga.Pagi itu, Ernita duduk di ruang tengah, memandangi jendela yang menampakkan langit cerah. Taufik sedang bersiap berangkat ke kantor. Melihat wajah istrinya yang tampak murung, Taufik menghampirinya sambil membawa secangkir teh hangat."Kamu kenapa, Nita? Kelihatan lemas gitu wajahnya. Kurang tidur?"Ernita menggeleng pelan. "Enggak sih, cuma aku agak suntuk aja di rumah terus. Nggak ada temen ngobrol selain Mbak Tia dan si kembar."Taufik tersenyum memahami. Ia duduk di samping Ernita dan meraih tangan istrinya. "Kalau gitu, gimana kalau kamu jalan-jalan sebentar? Keluar cari udara segar, makan enak, atau sekadar cuci mata di pusat perbelanjaan.""Emangnya, boleh ya?""Boleh dong.

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 35

    Udara pagi terasa hangat dan menyegarkan saat mobil hitam milik Taufik berhenti perlahan di depan rumah barunya. Setelah menghabiskan hari-hari penuh kebahagiaan dan ketenangan di Puncak, kini mereka kembali ke rumah dengan hati yang penuh suka cita. Ernita yang duduk di samping Taufik tampak bahagia. Senyum di wajahnya tak kunjung pudar sejak mereka turun dari puncak.Taufik segera turun dari mobil dan membuka pintu untuk Ernita. Ia menggandeng tangan istrinya dengan lembut, dan bersama-sama mereka melangkah menuju pintu rumah. Begitu pintu terbuka, aroma khas rumah mereka langsung menyambut. Di ruang tamu, Tia yang tengah menggendong Arkaf, dan di dekatnya dua box bayi dengan Asrul yang mulai merengek karena ingin digendong juga."Wah, kalian sudah pulang. Gimana liburannya, Mbak Nita?" tanya Tia sambil tersenyum, tangannya sibuk menenangkan Arkaf yang mulai menggeliat dalam pelukannya.Ernita tertawa kecil, senang disambut dengan wajah bersahabat Tia. "Ya, menyenangkan. Udara di Pu

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 34

    Dua hari telah berlalu sejak kedatangan Ernita dan Taufik di puncak bukit hijau. Mereka masih berada di vila sederhana yang menghadap langsung ke lembah luas berisi kebun teh dan barisan pepohonan pinus. Meski jauh dari hiruk-pikuk kota, tempat itu justru menjadi surga kecil bagi keduanya. Ketenangan, udara sejuk, dan kebersamaan yang intim membuat waktu seolah berjalan lambat namun penuh makna.Pagi itu, matahari belum sepenuhnya muncul dari balik perbukitan. Kabut tipis menyelimuti halaman vila. Ernita keluar dari kamar dengan mengenakan sweater abu-abu yang menggantung longgar di tubuhnya. Di tangannya, dua cangkir kopi hangat. Taufik sudah lebih dulu duduk di teras, membungkus tubuhnya dengan jaket tebal dan sarung tangan rajut. Senyum merekah di wajahnya begitu melihat Ernita."Pagi, Nit," sapa Taufik sembari menerima cangkir dari tangan istrinya."Pagi juga, Mas. Tidurmu nyenyak semalam?" tanya Ernita sambil duduk di sebelahnya."Nyenyak banget. Mungkin karena pelukanku nggak di

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 33

    Setibanya di rumah dengan wajah kusut dan penuh amarah, Loren langsung melempar tas tangannya ke sofa ruang tamu. Hatinya masih terbakar sejak mendapati kenyataan bahwa Taufik, putra sulung yang begitu ia banggakan, telah menikahi Ernita secara diam-diam. Tak ada pemberitahuan, tak ada restu. Semua terjadi tanpa sepengetahuannya.Helen yang sedang duduk di ruang keluarga, sibuk dengan laptop di pangkuannya, menoleh kaget melihat tingkah sang ibu."Ibu kenapa? Kayak habis dikejar anjing aja kok sangar gitu," goda Helen ringan, mencoba mencairkan suasana.Namun, Loren tak tertawa. Wanita berusia empat puluh lima tahun itu justru melangkah cepat dan duduk di samping Helen."Helen, kamu tahu apa yang terjadi di Bali?" Loren bertanya dengan suara gemetar menahan emosi.Helen mengernyit. "Emangnya ada apa di Bali, Bu? Ibu nggak cerita sebelumnya. Lagian, emangnya Ibu dari Bali? Kok nggak bilang sama aku?"Loren menghela napas panjang. "Taufik kakakmu. Dia ternyata sudah menikah sama Ernita.

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 32

    Satu Minggu kemudian, Taufik mengajak Ernita berbulan madu. Tempat tujuan mereka adalah Bali.Pagi itu, sinar matahari menyelinap ke jendela kamar hotel tempat Taufik dan Ernita menginap di Bali. Semilir angin laut membawa aroma asin yang khas, menyatu dengan udara segar pegunungan di kejauhan. Suara deburan ombak terdengar sayup-sayup, membangunkan mereka dari tidur lelap setelah perjalanan panjang kemarin.Taufik membuka mata lebih dulu. Ia tersenyum melihat Ernita yang masih tertidur dengan tenang di sampingnya. Wajah istrinya tampak damai. Ia membelai rambut Ernita pelan, lalu mengecup keningnya. "Bangun, sayang. Hari ini kita jelajah Bali."Ernita menggeliat pelan lalu membuka matanya. Senyumnya merekah saat melihat Taufik. "Masih seperti mimpi rasanya, Mas.""Kalau mimpi, aku tak mau bangun," ujar Taufik sambil menggenggam tangan Ernita.Setelah bersiap-siap, mereka menikmati sarapan di restoran hotel. Taufik sudah menyusun agenda untuk mereka berdua. jalan-jalan ke Ubud, makan

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 31

    Pagi itu, mentari bersinar hangat di langit kota yang baru saja mulai bergeliat. Rumah Taufik tampak lebih ramai dari biasanya. Tenda kecil telah terpasang rapi di halaman depan, dihiasi dengan bunga-bunga segar dan kain putih yang melambai tertiup angin. Suasana penuh haru dan kehangatan mulai menyelimuti tempat itu. Hari ini adalah hari yang telah dinanti-nanti oleh Taufik dan Ernita. Hari di mana keduanya akan mengikat janji suci sebagai sepasang suami istri.Taufik mengenakan beskap berwarna krem dengan sentuhan batik yang elegan. Senyumnya tak henti menghiasi wajahnya, meski sesekali tampak gugup. Di sisi lain, Ernita atau yang kini akrab dipanggil Nita oleh Taufik, tampil anggun dalam balutan kebaya sederhana berwarna lembut. Riasannya tidak berlebihan, namun cukup membuat kecantikannya terpancar lebih dari biasanya. Nita tampak bahagia, meski matanya sesekali berkaca-kaca.Acara dimulai dengan khidmat. Di depan penghulu dan para saksi yang terdiri dari beberapa rekan kerja Tauf

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 30

    Hari-hari Taufik kini dipenuhi dengan semangat baru. Sejak Ernita menerima lamarannya secara sederhana dan penuh ketulusan, ia merasa seperti menemukan kembali arah hidupnya. Bukan hanya sebagai seorang ayah, tapi juga sebagai seorang pria yang akan kembali memimpin rumah tangga dengan cinta dan kesadaran penuh.Taufik mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk pernikahan mereka. Ia tidak ingin acara besar-besaran. Cukup sebuah acara sakral yang hangat, sederhana, dan penuh makna. Ia tahu benar, yang mereka perlukan bukanlah kemewahan, tapi ketulusan. Cinta tidak perlu diumumkan kepada dunia dengan gebyar, cukup diresapi dan dirayakan bersama orang-orang yang benar-benar mendoakan.Langkah pertama yang ia lakukan adalah mendaftar ke Kantor Urusan Agama. Ia datang pagi-pagi, membawa semua persyaratan yang dibutuhkan. Petugas di KUA menyambutnya dengan ramah, dan membantunya melengkapi data-data yang masih kurang. Taufik memilih tanggal yang menurutnya cukup istimewa, tanggal yang sama

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status