Hangat tangan mungil bayi Melati melingkar di telunjuk Viona, saat wanita lembut menggendongnya. Seketika itu juga bayi Melati tersenyum lucu melihat wajah Viona sehingga Viona tak kuasa menahan air mata lalu berbalik untuk menutupi lukanya.
Lama Riswan memperhatikan Viona menggendong bayi Melati.
"Eehhmm, Viona," panggil Riswan. Viona menoleh pada Riswan.
"Ini Bik Momo pembantu rumah tangga saya, tapi sudah saya anggap seperti orangtua saya sendiri," jelas Riswan memperkenalkan Bik Momo.
Viona tersenyum sambil menjabat tangan wanita paruh baya itu. Bik Momo pun membalas jabat tangan Viona sambil ikut tersenyum.
"Nama saya Rosmala, panggil saja Ros. oke, Bik." Viona memperkenalkan dirinya dengan nama asli sesuai pemberian orang tuanya.
"Lho, bukannya nama kamu Viona?" tanya Riswan bingung.
"Itu kalau di tempat kerja namanya Viona biar keren Om, ehh Mas Riswan maksudnya," jelas Rosmala sambil nyengir kuda.
"Kalau di rumah panggil aja, Ros," terangnya kembali.
Riswan mengangguk paham.
"Oke, kalau kamu perlu sesuatu bilang saja dengan Bik Momo, Bik Momo tahu semua perihal tugasmu selama bekerja di sini. Mohon maaf, aku harus ke kantor, jadi nanti malam kita lanjutkan lagi bicaranya," ujar Riswan sambil mendekati bayi Melati memegang pipinya lembut.
"Anak sholeha yah, sekarang sama Bibik dan Bude Rosmala ya," pamit Riswan pada bayi Melati sembari mencium tangan mungilnya.
Ros tersenyum kecil lalu menatap punggung Riswan yang menghilang dari balik pintu.
"Non sudah sarapan?" tanya Bik Momo.
"Sudah Bik, saya ingin teh manis saja tapi jangan terlalu manis ya Bik, karena wajah saya sudah manis," ucapnya seloroh demi menghilangkan rasa canggungnya.
"He he he ... kalau terlalu manis nanti namanya bukan teh ya, Non. Tapi kolak. Hi hi hi ...." Bik Momo terkikik geli, sebelum akhirnya pamit ke dapur.
"Oeek..ooeekk..cckkp..cckkpp
Bayi Melati berdecap sepertinya ingin nyusu. Tanpa disadari oleh Ros, kini dadanya pun juga basah.
"Cepp...cep...sayang, mau nen yaa? Tunggu yaa kita nen di kamar yaa," ucap Ros menenangkan Melati.
Ros mencari kamar bayi Melati namun tak menemukannya. Ros menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Di mana ia harus menyusui Melati. Tanya Ros dalam hati.
"Bik, kamar Melati yang mana yaa? Saya mau menyusui Melati," tanya Ros menghampiri Bik Momo yang sedang mengiris bawang di dapur.
"Melati selalu tidur di kamar Pak Riswan, Non," jawab Bik Momo
"Wah, saya ga mungkin menyusui di situ Bik, bisa keenakan bapaknya Melati, Ha ha ha ... eh, salah, bisa-bisa saya dipecat saat ini juga."
Bik Momo terbahak mendengar ucapan Ros. Dirinya senang, karena rumah ini kembali ramai dengan hadirnya Ros. Wanita yang cukup unik menurutnya.
"Jangan lebar-lebar ketawanya, Bik. Nanti tersedak. He he he ..." lagi-lagi Ros membuat lelucon yang membuat Bik Momo tertawa.
"Ya sudah, saya bawa ke kamar saya saja deh Bik," ucap Ros sambil berjalan menuju kamarnya yang sebelumnya sudah ditunjukkan oleh Riswan.
****
Lama Rosmala memandangi Melati yang kekeyangan asi, air matanya menetes mengingat kembali almarhumah bayinya. Hampir dua jam ia menyusui bayi Melati hingga akhirnya bayi Melati tidur juga.
"Aahh, aduh pegel juga," gumam Ros sambil merenggangkan tangan dan pinggangnya. Pelan ia membuka pintu kamar, lalu menutupnya kembali namun tidak rapat.
Ros berjalan mengelilingi rumah Riswan. Dia menatap dinding rumah yang masih berhiaskan foto almarhumah istri Riswan yang memakai kerudung panjang. Wajahnya cantik dan teduh walaupun tanpa riasan.
"Beruntung sekali wanita itu memiliki suami seperti Riswan yang terlihat sangat mencintainya," gumam Ros sambil melihat-lihat foto yang terpajang.
"Sini Non, makan dulu!" ajak Bik Momo saat melihat Ros melintasi dapur.
"Eh iya, Bik. Inilah pertama kali saya menyusui langsung bayi, Bik. Biasanya cuma ditampung saja asinya. Alhamdulillah, senang akhirnya asi saya bisa langsung dinikmati bayi cantik seperti Melati. Langsung dua jam pula, kanan dan kiri. Melati menyedot asi saya seperti takut kehabisan he he he... " cerita Ros seru pada Bik Momo yang ikut terharu.
"Iyakah Non, syukurlah. Kasian Bibik mah sama bapak, tiap malam bangun angetin susu untuk Melati yang rewel kayak ga puas gitu kalau nyusu, belom lagi harus bolak balik ke bank asi nyari asi," tutur Bik Momo dengan raut iba.
"Iya sih, Bik. Saya senang juga bisa membantu, apalagi tadi Melati lahap sekali nyusunya, saya sampai kebingungan Bik. Maklumlah, Bik. Saya masih amatiran. He he he ..., mau dimasukin malah keluar lagi puting saya, kayak licin gitu, Bik," terang Ros sambil tertawa kecil.
"Makanya non harus makan yang banyak dan bergizi. Soalnya mau nyusui Melati. Kalau non sehat, bayi Melati juga ikut sehat. Sering-sering menyusui, lama-lama jugabga ada lagi yang kepleset pentil," ujar Bik Momo diikuti tawa renyah keduanya.
"Siap, Bos." Ros mengangguk paham sambil tersenyum. Ros lalu menghabiskan sepiring mie goreng lengkap dengan ayam goreng yang dihidangkan Bik Momo.
Ooeekk...ooeekk
"Waahh, ada panggilan lagi, Bik. Untung saya sudah makan," Ros bergegas bangun dari kursi dapur, kemudian setengah berlari menuju ke kamarnya dan menyusui Melati kembali.
****
"Bik, tolong ajarkan saya memandikan bayi dong!" pinta Ros kepada Bik Momo sore itu."Boleh, sini Non," ajak Bik Momo yang saat ini sedang memandikan Melati.
Dengan sabar Bik Momo mengajarkan Ros cara memandikan bayi Melati dan Ros memang bakat menjadi ibu, sehingga dengan mudah paham dan langsung praktek membantu Bik Momo memandikan bayi Melati sore itu.
"Hai gemesnya bude mama. Cini, cini... bude mama cium dulu, mmuuuaahh...mmuuaahh." Ros mencium kedua pipi Melati dengan gemas. Apalagi Melati sudah cantik, wangi, dan lucu sehabis mandi.
Bik Momo memperhatikan Ros yang keliatan sangat sayang dengan Melati, Bik Momo tersenyum. "Semoga Melati tidak kesepian lagi," gumam Bik Momo mengulum senyum.
Malam itu Riswan lembur, ia baru sampai di rumah pukul sebelas malam. Lampu rumah sudah padam semua. Setelah membuka sepatu dan menaruh jaket motornya. Ia berjalan ke arah pintu.
"Assalamualaikum, Bik," panggil Riswan sambil mengetuk pintu
Cklek! Cklek!
Suara kunci pintu diputar.
"W*'alaykumussalam," jawab Ros membukakan pintu. Saat itu, Ros hanya memakai piyama pendeknya sambil menggendong Melati yang tampak baru saja tertidur.
Riswan melongo dengan pemandangan di depannya.
"Bibik mana?" tanya Riswan sambil melihat-lihat ke arah dalam rumah sambil menaruh kunci motor di atas nakas ruang tamu.
"Ssstt ... pelankan suaramu, Mas. Melati baru saja tidur. Bik Momo juga udah lama pules," bisik Ros pelan kepada Riswan.
"Ohh oke, sorry," ucap Riswan berjalan mendekat hendak mencium Melati yang berada digendongan Ros. Riswan sudah memajukan tubuhnya, namun ragu.
"Cium saja kalau mau cium, anggap aja aku ga ada," ucap Ros cuek.
Riswan baru saja hendak mendaratkan ciumannya pada Melati, tiba-tiba Ros berbisik.
"Awas kalau sampai Melati terbangun, Mas yang netein, ya!" ancam Ros dengan wajah serius.
Riswan menahan senyum sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Matanya tidak lepas memperhatikan Ros yang tengah mengunci kembali pintu rumah.
"Wanita aneh."
****
Jejak vote dan komentarnya jangan lupa ya. Terima kasih sudah mampir, Kakak."Mulai malam ini bayi Melati tidur denganku," bisik Ros memberi tahu Riswan sambil berlalu menuju ke kamarnya dengan bayi Melati belum lama terlelap.Riswan terdiam mendengar ucapan Ros. Ada raut tidak suka di sana. Menurutnya, Ros tidak bisa mengatur apa yang harus dirinya lakukan di rumahnya."Kan dia sudah tidur, jadi biarkan dia tidur bersamaku," ucap Riswan setengah memelas. Semenjak istrinya meninggal, Melatilah yang menemaninya tidur di kamar. Ia pasti akan susah tidur, jika Melati tidak berada di sampingnya."Kalau tengah malam dia bangun?" tanya Ros."Aku akan hangatkan asi yang di kulkas, seperti biasa," jelas Riswan dengan suara tegas dengan posisi masih berdiri berhadapan dengan Ros."Ssssttt... ahh kau ini, Mas. Suaramu tidak bisa pelan?" Ros menginterupsi Riswan kembali. Karena Melati mulai merengek mendengar suara Riswan."Sini ber
Satu minggu kemudian."Kamu pahamkan yang saya bilang tadi?" tanya Riswan kepada Ros yang sedang di dapur mencuci piring."Iya Pak, paham. Tenang saja, Bik Momo juga sudah saya beritahu," ujar Ros. Lalu mengikuti langkah Riswan dari belakang.Riswan mengambil kunci motor lalu menyalakan motornya. Ros masih setia berdiri di depan pintu rumah memperhatikan Riswan yang tengah sibuk memakai jaket motor beserta helm."Saya berangkat." ucap Riswan berpamitan pada Ros. Disambut anggukan oleh Ros sambil tersenyum. Setelah motor Riswan menghilang dari balik pagar. Barulah Ros menutup pagar itu kembali.Beep...bepp...Ros bergegas masuk mencari suara ponselnya yang berbunyi."Hallo Daren.""Hai apa kabar lu?""Gue sehat, lu apa kabar? cafe rame atau sepi?"
Sepanjang perjalanan pulang dari klinik, Riswan hanya diam saja tanpa suara begitu juga Ros. Hawa dingin dari pendingin mobil bagai menusuk kulit Ros yang saat ini sedang meriang. Ingin minta dinaikkan suhunya, tentu saja sungkan. Apalagi majikannya error seperti ini. Mobil rasa kuburan bagi Ros."Eehmm...Ros, maaf kalau perkataanku hari ini ada yang menyinggung. Aku hari ini benar-benar sedang lelah, banyak pekerjaan." ucap Riswan menjelaskan sambil memasukkan mobil ke dalam garasi."Santai aja, Pak. Majikan mah, bebas." ucap Ros lalu turun dari mobil tanpa menoleh pada Riswan.Baru saja langkahnya sampai di depan pintu, Ros mendengar Melati menangis. Dengan cepat Ros mencuci tangan lalu menggendong Melati yang sedang ditenangkan oleh neneknya."Aduuhh cayangnya bude mama kangen yaa, Melati haus? ayo kita nen lagi." ucap Ros mencium gemas tangan Melati sambil membawanya masuk ke dalam kamar.Padahal saat itu Ros merasakan seluruh badan
Pak, maaf Bik Momo harus pulang, anak Bik Momo yang kecil masuk rumah sakit." ujar Bik Momo pagi ini saat Riswan sedang sarapan."Waduh, sakit apa, Bik?" tanya Riswan khawatir."Demam berdarah, Pak." jawab bik momo"Oh gitu, oke Bik. Biar saya antar ke terminal berhubung searah dengan kantor saya. " ucap Riswan sambil menghabiskan sisa sarapannya.Ros mengantar Bik Momo dan Riswan ke depan dengan menggendong Melati."Ros, titip bapak dan Melati dulu ya, bibik ga lama kok, begitu Bagus sehat, bibik segera ke Jakarta lagi." ucap Bik Momo menatap wajah Ros."Siap Bik, Melati janji akan jadi anak baik, ya kan, Nak?" Ros berujar ke arah Melati"Paling yang bawel, itu tuh yang gede." ujar Ros sambil berbisik kepada Bik Momo."Huusstt ntar bapak denger lho." sahut Bik Momo sambil tersenyum.Riswan dan Bik Momo berpamitan pada Ros dan juga Melati. Hari ini Riswan membawa mobilnya ke kantor karena harus mengantar Bik
Riswan mencoba memejamkan matanya, namun gagal. Dia membuka ponselnya lalu melihat foto-foto almarhum istrinya Annisa. Riswan tersenyum tipis."Sayang aku merindukanmu." ucap Riswan pada foto istrinya dengan mata berkaca-kaca. Riswan mencium foto tersebut. Annisa wanita sholeha adalah teman Riswan semasa kuliah dan Riswan sangat mencintainya.Annisa mengalami pendarahan saat melahirkan bayi Melati secara cesar. Peristiwa itu membuat Riswan sangat terpukul dan hampir kehilangan semangat hidup. Namun dia harus kuat karena ada Melati yang harus dia jaga. Riswan merasa sangat bersyukur karena wajah Melati sangat mirip dengan Annisa."Semoga Allah memberimu surga istriku." gumam Riswan lagi sambil mencium foto istrinya lalu tertidur.Tok..tok.."Pak, shubuh." panggil Ros dari balik pintu membangunkan Riswan.Ini hari ketiga di rumah tanpa Bik Momo karena anaknya masih dirawat.Tak ada jawaban dari dalam. "Pak." panggil Ros lagi demgan suara
Hari sabtu pagi cuaca begitu cerah. Riswan bersiap membawa Melati berjalan-jalan di sekitaran komplek dengan stroller bayinya."Hati-hati ya sayang," ucap Ros mencium pipi Melati, lalu Ros memasukan Melati ke dalam stroller bayinya.Ting..ting..ting...Suara ponsel Ros berbunyi."Pak, saya ke dalam dulu, ponsel saya bunyi." Ros mengangguk pamit lalu masuk ke dalam."Siapa yang meneleponnya sepagi ini?" tanya Riswan dalam hati."Ahh ... untuk apa peduli juga," gumamnya lagi sambil berjalan keluar mendorong Melati.Satu setengah jam berlalu, Riswan pulang dengan membawa tiga bungkus nasi kuning dan beberapa gorengan."Ros," panggil Riswan.Ros keluar dari kamarnya sudah rapi dengan kaos dan celana bahan."Eh sudah pulang, Sayang. " Ros datang menghampiri Riswan sambil tersenyum mengangkat Melati dari stroller."Please Ros, saya ga suka dengar kata-kata seperti itu!" ucap Riswan tegas."Ya salam, kesamb
Melati sudah cantik dengan baju dress pink motif bunga sepatu, dengan bando pink menghias di rambut Melati yang sudah mulai lebat. Bik Momo menggendong Melati. Tidak lama, Ros pun keluar dari kamar menggunakan dress di bawah lutut berwarna pink mirip baju Melati. Dengan rambut terurainya yang disisir rapi serta tak lupa bibir seksi milik Ros yang disapu lipstik berwarna pink tua."Wah, Rosmala...cantik banget sih." puji Bik Momo sambil tersenyum."Iya atuh, Bik. Kalau ganteng namanya bukan Rosmala, tapi Riswan. Hihihihi..." kekeh Ros diiukuti oleh Bik Momo.Riswan menoleh ke arah Ros dan melihat penampilan Ros sangat cantik malam ini. Riswan melongo. Jujur, wajah Ros itu cantik. Saat tidak berdandan saja bisa membuat Riswan beberapa kali terpesona. Apalagi dandan begini? Mulut Riswan bahkan setengah terbuka, karena begitu terpesona dengan Ros."Cantikkan, Pak?" tanya Bik Momo pada Riswan, membuat lelaki itu sedikit tergagap."Mingkem, Pak! Mu
Minggu pagi di Bandung udara terasa dingin, keluarga Riswan sedang menikmati sarapan. Ibu Riswan dibantu Bik Momo dan Lasmi membuat nasi goreng dan siomay.Ros banyak diam, tidak bersemangat sambil menggendong bayi Melati. Ros memilih duduk di pinggir kolam ikan koi, melamun sendu. Tak sanggup rasanya membayangkan Melati mempunyai ibu baru dan dia pasti tidak dibutuhkan lagi."Hhhhhmmm..." Ros menghela nafasnya kasar."Melati, meskipun nanti punya mama baru, Melati ga boleh lupa sama Bude mama ya? janji ya? Sini bude mama peluuuk." Ros berucap lirih kepada Melati sambil memeluknya dengan sangat erat, tak terasa air mata kembali membasahi pipi Ros.Ros tak sadar di belakang ada Riswan yang sedari tadi berdiri di sana mendengar apa yang diucapkan oleh Ros.Riswan menatap sayu pundak Ros, dia sangat paham bahwa wanita sewaannya ini dengan sepenuh hati menyayangi dan mengurus putrinya. Bagaimana dia bisa mengartikan sendiri perasaanya saat Ros memelukn