Tiga kepala menoleh serentak ke asal suara. Semuanya mendadak cemberut begitu melihat siapa yang datang.Cade menyadari hawa permusuhan di sekitarnya. Biasanya dialah yang lebih dominan di antara orang-orang. Di rumahnya sendiri, Cade merasa dialah penyusupnya.Lelaki itu mencoba mengabaikan tatapan tidak senang itu. Dia melenggang masuk dan melirik sekilas pada Fay yang mengenakan kaos kebesaran dan jeans pendek.Rambut gelap gadis itu dikuncir tinggi ke belakang, memperlihatkan leher jenjang putih. Wajahnya polos tanpa make up tapi tetap terlihat manis meski sedang cemberut.Cade menelan ludah. Sialan sekali! Kenapa gadis ini jadi terlihat menarik dengan baju murahannya?Setengah mati Cade menahan diri untuk tidak melihat kembali pada Fay.“Aku yang akan memesan makanan. Nona Willmer, aku memang akan menuruti semua keinginan anak-anakku, tapi tidak jika itu akan berakibat buruk bagi mereka.”“Daddy, kau sangat pelit!” Mika berseru kesal.Cade berjongkok menghadapi gadis kecil itu. “
Reaksi Cade sedikit rumit, tapi tak ada keterkejutan di wajahnya. “Ibu, kupikir kau akan datang lebih cepat.”Yang datang adalah seorang wanita berusia di atas lima puluhan. Meskipun begitu, dia masih terlihat lebih muda sepuluh tahun. Wanita itu adalah nyonya besar Goldwin. Ibu dari Cade Goldwin.Yang mengiringinya dengan tergopoh adalah asisten Cade, Langdon. “Tuan, saya terpaksa mengatakan tentang anak-anak pada nyonya.” Langdon tak ingin disalahkan. Laura Goldwinlah yang memaksa. Dia ditekan dan jadi serba salah.“Kenapa merahasiakannya dariku? Kau pikir aku tidak akan tahu. Aku juga punya mata di mana-mana.” Laura menarik sebuah kursi dan duduk di sana dengan menumpang kaki.Ibunya memang suka memata-matainya, Cade tahu itu. Dia membiarkannya saja karena tak ingin ribut.“Karenanya aku tak perlu memberitahu Ibu.” Laura menatap sengit pada putra kesayangannya. Saat dia melihat pada kedua bocah yang tengah memperhatikannya, wajahnya mendadak cerah.“Cucu-cucuku yang manis!” Laur
“Daddy memang akan menikahi mommy.” Mike berkata dengan penuh keyakinan.Mika di sebelahnya turut mengiyakan.Laura tertawa. “Bagaimana kalian bisa seyakin itu?”“Kami bisa melihat kalau mereka berjodoh.” Mika kini yang menjawab.Menurut Laura itu lucu. Dua bocah berlagak sebagai peramal, dia pikir mereka sedang bermain-main.“Aku juga setuju kalau mereka menikah.” Laura menyatakan dukungannya. Cade terlalu pemilih dan akhirnya kesulitan menjatuhkan pilihan. Harus ada seseorang yang memberi dorongan.Gadis itu juga lumayan. Meskipun keluarga Goldwin adalah keluarga terkaya di Axton, Laura tidak mempermasalahkan soal status menantunya. Hanya keluarga-keluarga dengan pikiran sempitlah yang masih memilih menantu berdasarkan status sosial. Memangnya siapa yang berani mentertawakan dan memandang rendah keluarga Goldwin hanya karena bermenantukan dari kelas sosial yang lebih rendah?“Nenek bahkan tidak tahu nama mommy.” Mike mengingatkan.“Oh, aku melupakannya!” Laura menepuk dahinya sendir
Eh? Semudah itu solusinya? Tapi, sepertinya ada yang salah!“Aku merasa tidak enak dengan ayah kalian. Aku bahkan baru di sini satu hari. Bagaimana bisa seperti itu?” Fay masih tahu malu. Dia tidak ingin dianggap makan gaji semata tanpa melakukan tugasnya.“Kalau begitu apa Mommy mau ikut kami dan bolos kuliah berhari-hari?” Mike mengingatkan Fay tentang kuliahnya.“Mommy tinggal saja di sini. Nenek akan membereskan urusan dengan daddy. Kata nenek, dia akan menarik telinga daddy kalau tidak menurut.” Mika tertawa geli teringat ucapan nyonya besar Goldwin di kamar mereka. Daddy sebesar itu masih saja ditarik telinganya jika tidak patuh?Fay menggaruk kepalanya kebingungan. Tinggal di sini? Berdua dengan lelaki bajingan itu? Alangkah berbahayanya!Tapi sudahlah! Untuk sementara dia akan tinggal di apartemen Cade seperti yang dikatakan dua bocah ini sambil mencari tempat tinggal lain. Dia akan memikirkannya nanti.Dengan lesu, Fay akhirnya menyatakan persetujuan.“Tapi kalian jangan perg
“Ibu, dia cuma karyawan di sini. Adalah lebih baik kalau kau membuat batas yang jelas. Jangan terlalu diberi hati.” Cade melewati ruang tamu sambil melonggarkan dasinya. Dia tidak melirik Fay sama sekali.“Aku tidak tahu apa yang kau maksud dengan batas yang jelas, Tuan Goldwin Junior. Yang aku tahu cucu-cucuku memanggilnya mommy. Itu berarti dia harus memanggilku ibu.” Laura bangkit dari duduknya dan mengejar Cade yang sudah beranjak menuju kamarnya.Rasa kantuk Fay mendadak hilang. Tadi begitu Cade masuk, dia telah buru-buru bangkit dari duduknya di sofa. Lelaki itu jelas tidak menyukainya. Kini ibunya menambahkan lagi sebuah alasan bagi Cade untuk lebih membenci Fay.Sebenarnya Fay juga tidak peduli tentang perasaan laki-laki itu padanya. Kenyataannya dia juga membenci Cade. Keadaanlah yang telah memaksa mereka harus tinggal di bawah atap yang sama dan tak bisa menghindari satu sama lain.Diam-diam Fay kembali ke kamarnya. Saat di lorong dia sempat mendengar suara nyaring Laura Gol
Fay merasa sedikit tegang waktu mendengar Laura mengatakan itu. Dia berusaha bersikap santai menikmati sarapannya. Akan seperti apa reaksi Cade?Di luar dugaan, Cade terlihat tenang saat mengangkat wajahnya. “Tidak masalah. Aku juga lebih sering sibuk di luar dan jarang pulang. Nona Willmer bisa tinggal dengan tenang.” Dia bahkan tersenyum saat melihat pada ibunya. Aku bahkan mungkin tidak akan pulang sampai anak-anak kembali, sambung Cade dalam hati. Ibunya pikir dia tidak tahu trik yang sedang dijalankan. Dia bukan orang bodoh!Fay sedikit kecewa dengan ketenangan Cade. Harusnya lelaki itu memperlihatkan penolakannya.“Baguslah!” Laura berkomentar pendek. Mike dan Mika mendengarkan percakapan itu dalam diam.Ini terlalu mudah! Terlalu mudah berarti ada yang salah....Selesai sarapan, Mike dan Mika berpamitan pada Fay. Nyonya Goldwin berkata bahwa dia sangat ingin mengajak Fay ke rumahnya suatu hari. Ketulusannya menakutkan gadis itu.Seorang sopir keluarga datang menjemput. Fay ik
“Tuan Goldwin?!”“Nona Willmer?!”Kedua orang itu sama-sama berseru, lalu buru-buru melebarkan jarak.“Kau... kenapa di sini?” “Apa yang kau lakukan di sini?”Keduanya juga menanyakan hal yang hampir mirip.“Nona Willmer, ini apartemen milikku. Apa pun yang kulakukan di sini bukan urusanmu.” Cade telah menguasai dirinya kembali. Terlihat tenang dan dingin. Seperti danau dengan permukaan dipenuhi salju abadi.“Tuan Goldwin, anda sendiri yang mengijinkanku untuk tinggal di sini. Anda juga berjanji tidak akan ikut campur urusan pribadiku.” Fay tidak mau kalah. Hanya saja, dia terlihat lebih emosional.Bagaimana dia tidak terkejut setengah mati? Cade yang dalam bayangannya sedang berada di kantor, dia malah menabraknya di sini.“Jangan terlalu besar kepala. Kau pikir dengan tinggal hanya berdua denganku, kau bisa memanfaatkan keadaan.” Cade tersenyum sinis. “Kau keliru jika menganggap bisa dengan mudah naik ke ranjangku.”“Apa?!” Fay histeris mendengar tuduhan memalukan itu. “Tuan Goldwi
Saat kedua anak sudah mendekat, gadis itu berjongkok hingga bisa melihat jelas tampang imut mereka.“Hallo, panggil aku, bibi Callie.” Callie, gadis itu mencubit pelan pipi Mika yang menggemaskan.Mike dan Mika tidak pernah mendengar tentang Callie.“Apa kau salah satu pacar daddy?” Mike menatap dengan kening berkerut. Terlihat curiga pada Callie.Gadis itu terbahak. “Kenapa? Apa kau tidak suka kalau daddy kalian punya pacar?”“Daddy sudah punya mommy.” Mika memberitahu dengan wajah tidak suka.Menurutnya gadis ini tidak kalah cantiknya dengan mommy mereka. Mika khawatir ayahnya akan jatuh cinta dan berniat menikahinya.“Mommy?” Callie sudah mendengar cerita tentang anak-anak ini. Setahunya, ibu mereka telah tiada.“Seorang gadis pengasuh yang mereka panggil mommy.” Laura Goldwin mencoba menjelaskan.“Oh. Apa kalian bermaksud menjodohkan mereka?” Callie merasa itu lucu. Seorang Cade yang sempurna dan angkuh dijodohkan dengan gadis pengasuh. Betapa akan terlukanya harga diri ayah merek