"Mommy, kau terlalu banyak membaca novel." Mike akhirnya bicara saat tawanya telah reda. Sudut matanya bahkan berair. "Kami tidak sehebat itu."
Yah, tidak sehebat imajinasinya memang, tapi tetap saja kalian anak-anak luar biasa.Fay cuma menggumamkannya di dalam hati. Bisa besar kepala kalau mereka mendengarnya.Gadis itu kemudian melanjutkan niatnya untuk mandi. Saat itu tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak nyaman. Jadi, apakah kedua bocah itu akan segera pergi? Kenapa dia merasa sedih? Bukankah harusnya dia senang karena tidak harus menghidupi anak-anak itu lebih lama lagi?*** Pagi menjelang sarapan, dua hari kemudian, Fay lebih banyak diam. Dia tidak bereaksi pada setiap ocehan Mike dan Mika yang mencoba memancing keributan dengannya. "Berhenti bicara omong kosong!" Fay meletakkan dua piring berisi sereal untuk sarapan si kembar pagi itu dengan kasar. Dia sendiri hanya minum segelas susu. Uang mereka menipis. Dia harus menghematnya setidaknya untuk dua hari ini."Mommy tidak makan?" Mike mengamati cara Fay menghabiskan segelas susu dengan rakus. Dia sedang memegang gelas susunya sendiri. "Aku sedang diet." Fay berdusta. Sejujurnya, sisa sereal hanya cukup untuk dua anak itu."Mommy sudah sangat kurus. Diet apanya?" Mika menyela dengan pandai. Dia menyorongkan gelas susunya. "Mommy sepertinya sangat suka susunya. Minum saja milikku. Akhir-akhir ini aku kurang suka merk susu yang Mommy beli."Fay mendelik kesal. Tidak suka susu yang dia beli ya? Kalau tidak ingat bahwa keduanya perlu asupan gizi yang cukup, dia tidak akan membeli susu. Dia membeli yang murah. Rasanya tidak jauh berbeda. Namun Mika mengeluh tidak suka. "Jangan mengeluh. Minum saja. Kalau tidak minum susu, bagaimana kalian bisa tumbuh cepat? Aku sudah sangat tidak sabar melihat kalian segera pergi dari hidupku.""Mommy sebenarnya mencintai kami, Mommy kami selalu bilang begitu dulu. Mommy cuma tidak mau mengakuinya." Mika memasang tampangnya yang paling manis. Rambut ikal gelapnya menjuntai halus di sekeliling wajahnya yang menggemaskan. "Jangan terlalu percaya diri. Mommy kalian cuma ingin menghibur." Fay bangkit dari kursi dan meletakkan gelas di tempat cuci piring. Dia mengabaikan keinginan untuk mencubit kedua belah pipi Mika "Kurasa tidak. Mommy kami selalu benar. Seperti juga tentang daddy. Mommy kami bilang, kami pasti akan bertemu dia. Akhirnya kami bertemu dady juga.” Mika bicara di sela-sela suapannya.Dady lagi. Daddy lagi. Bangga sekali mereka! Fay merasa kesal mendengarnya.“Kuharap saat daddy kalian datang, aku sedang tidak ada di rumah. Telpon saja aku untuk memberitahu agar aku tidak berpikir kalian diculik.”“Mommy tidak ingin bertemu daddy?” Mata Mika membulat. Tidak percaya Fay menolak bertemu ayah mereka yang hebat. Dia melupakan kenyataan bahwa Fay benci ayahnya. “Tidak.” “Kenapa? Daddy sangat tampan. Dia juga sangat kaya.” Mika masih penasaran.“Pokoknya tidak mau saja!” Fay berujar ketus. Seperti tidak tahu saja alasan dia tidak menyukai ayah mereka. “Apa Mommy sudah punya pacar?” Mike yang tadi cuma mendengarkan ikut bicara. Eh? Bisa-bisanya bocah ini menanyakan itu padanya.“Masih kecil. Tidak usah ikut campur urusan orang dewasa.” Fay tidak mengatakan kalau dia belum pernah berpacaran. Selama ini dia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.“Aku tidak akan setuju kalau daddy menikah dengan orang lain.” Mika berujar tiba-tiba. “Aku hanya akan mengijinkan dia menikah dengan Mommy.” “Aku juga tidak akan setuju.” Mike menimpali. Dia selalu terlihat lebih bisa menahan diri dibandingkan adiknyaFay merasa pusing mendengarnya. Kalau sudah begini, dia ingin segera menyingkirkan keduanya jauh-jauh dan tidak perlu bertemu lagi. Cade Goldwin pasti akan berpikir yang tidak-tidak tentangnya.Saat itulah terdengar ketukan di pintu depan.Semuanya saling pandang. Mereka jarang menerima tamu. Nyonya William yang selalu menjaga si kembar jika Fay pergi kuliah dan bekerja akan memanggil saat mengetuk.Fay bangkit dari duduknya dan berjalan ke pintu. Dua kepala kecil di belakangnya menjenguk dari balik pintu dapur dengan penasaran. Ketukan lagi.Dengan menggerutu, Fay memutar pegangan pintu dan menariknya hingga terbuka. Dua lelaki dengan jas mahal berdiri di depannya. Yang lebih tinggi dan lebih tampan berdiri agak di belakang. Dia tidak melihat pada Fay melainkan pada sekitarnya.“Nona Miller?” Yang paling depan berbicara. Dia, Langdon, asisten Cade Miller yang bicara.“Benar. Ada keperluan apa?” Fay menautkan alisnya. Dia tidak mengenali keduanya. Namun dia punya firasat bahwa mereka ada hubungannya dengan anak-anak Audrey.“Ini tuan Goldwin.” Langdon memberitahu identitas lelaki yang kini melangkah masuk lebih dulu.Fay melirik tidak senang pada lelaki yang telah menerobos begitu saja tanpa dipersilakan.Cade Goldwin, ya? Fay tidak menutupi perasaan kesalnya. Wajahnya terlihat masam. “Saya Langdon, asisten tuan Goldwin. Anda pasti sudah tahu maksud kedatangan kami ke sini.” Langdon bicara sangat sopan. Dia sedikit heran dengan reaksi gadis ini yang jelas menunjukkan rasa tidak suka pada tuannya. Padahal selama ini gadis-gadis kota Axton begitu memuja tuan Goldwin.“Jadi kalian datang ke sini untuk menjemput anak-anak itu. Baguslah. Kupikir kalian akan datang lebih cepat.” Fay masuk ke dalam tanpa menyuruh Langdon untuk ikut masuk.Namun lelaki itu mengikuti Fay juga ke dalam.Cade Goldwin mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan yang sempit itu. Dia tidak berniat untuk duduk di atas sofa. Fay yang melihat sikap dingin dan meremehkan Cade mencibir di belakangnya saat lewat.“Mike. Mika. Lihat, siapa yang datang!” Fay berseru ke arah dapur. Dia tahu kalau anak-anak itu sudah melihat kedatangan ayah mereka.Pura-pura tidak tahu, ya? Padahal kalian sangat senang! Fay menekan perasaan sedih yang tiba-tiba merambati hatinya.Ada gerakan-gerakan dari dalam dapur. Setelahnya Mike dan Mika terlihat melangkah ke luar dengan perlahan.“Bilang hallo pada daddy kalian.” Fay berkata seraya masuk ke dalam kamar. “Aku akan mengemasi barang-barang kalian.”Mike melihat pada Fay yang sudah menghilang ke balik pintu kamar. Ekspresinya terlihat rumit.“Hallo, Daddy. Akhirnya kau datang juga.” Mika menyapa lebih dulu sambil memberikan senyum terbaiknya.Mike malah diam. Anak itu terlihat tengah sibuk berpikir.Cade merasa terpesona sebentar. Sebelumnya dia tidak menyadari betapa cantik dan imutnya anak perempuan ini.Lelaki hebat Axton itu merendahkan tubuhnya, membungkuk pada Mika yang berada lebih dekat dari jangkauannya. Tangannya bergerak menyentuh rambut gelap ikal itu.Ini terasa ajaib. Tiba-tiba saja dia menjadi seorang ayah dari sepasang anak kembar. Tanpa sebuah tes pun, dia tidak akan membantah darah yang mengalir di tubuh keduanya adalah darahnya. Dia malah khawatir kalau mereka ternyata tidak memiliki hubun
Cek itu dirobek menjadi beberapa bagian dan dibiarkan jatuh ke lantai begitu saja.Langdon tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut dari wajahnya. Cade mendadak muram demi melihat bagaimana gadis itu telah menamparnya sekali lagi dengan cara yang begitu dramatis. Sedangkan Mike dan Mika hanya bisa meringis melihat api permusuhan yang mulai menyala di antara keduanya.Sebenarnya mereka ingin bersorak begitu melihat yang dilakukan Fay pada cek itu. Terlihat keren. Mereka yakin, mommy tidak pernah melihat uang sebanyak itu apalagi memilikinya. Tapi tetap saja menurut mereka payah. Daddy mereka bukan orang yang mudah diprovokasi. Fay tak ubahnya laron yang mencoba memadamkan api “Kau pikir semua orang sama, bisa kau beli. Jangan mimpi. Kalau perlu aku akan terus mengungkit kejahatanmu dan betapa aku telah ikut kesulitan karenanya. Aku akan terus bicara sampai kau berharap lebih baik mati saja dari pada harus mendengarnya....”Mungkin hanya Langdon yang merasakan bagaimana hawa di ruangan
“Aku yakin kalian akan betah tinggal di rumah daddy kalian.” Fay membalas ucapan Mike. Dia menutup pintu mobil dengan segera agar tak perlu lagi mendengar ocehan anak itu. Setelahnya dia berbalik kembali ke apartemennya.Cade sendiri merasa tidak perlu melihat lagi pada gadis itu. Waktu dia memberi isyarat pada Langdon yang menyetir untuk segera menjalankan mobil, kendaraan itu pun bergerak perlahan meninggalkan tempat itu.Mika sudah menangis sejak masuk ke mobil. Namun anak itu tidak mengatakan apa pun. Dia kesal pada semua orang. Menurutnya, tak seorang pun mendukung keinginannya untuk mengajak mommy tinggal bersama mereka. Tidak juga Mike, kakaknya.Cade mencoba mengajak gadis kecil itu bicara, tapi Mika benar-benar merajuk dan marah. Hanya Mike yang menyahut sesekali dengan jawaban-jawaban pendek hingga membuat Cade belum apa-apa sudah berpikir betapa lebih sulit menghadapi seorang anak dibandingkan orang dewasa.Setelah berkendara selama dua puluh lima menit, mereka tiba di depa
“Apa Daddy bisa memasak?” Mike akhirnya ikut bicara.Cade tertawa mendengar pertanyaan anak itu hingga Mike pikir itu berarti ayahnya tidak pandai memasak.“Aku akan memasak untuk kalian kalau ada waktu senggang. Percayalah, masakan daddy tidak akan kalah dengan masakan chef hotel bintang lima.” Cade berujar sombong.Tanggapan Mika datar saja. “Sebaiknya begitu. Setidaknya ada sesuatu yang bisa kau perlihatkan pada kami.”Cade hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia kehabisan akal untuk membuat dua anak ini kagum padanya. Mungkin dia akan memikirkan cara lain nanti.Ketika makanan yang dipesan tiba, ada dua pelayan yang melayani mereka makan. Mereka menata hidangan di atas meja dan membereskan semuanya saat selesai makan.“Aku akan ke perusahaan sebentar. Ada sedikit urusan. Langdon akan menemani kalian di rumah sampai sore.” Cade mengganti bajunya dengan yang lebih formal. “Apa Daddy akan membawa mommy pulang nanti?” tanya Mika sambil membuntuti Cade ke kamar.Cade meng
“Mommy sangat cantik. Kalau dia mau sedikit berdandan dan memakai baju yang bagus, dia pasti tidak akan kalah dengan pacar-pacar daddy sebelumnya.” Mike membela pilihan mereka.Jadi tebakannya benar!Langdon tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis karenanya. Fay Willmer bukan tipe tuannya. Apalagi di pertemuan pertama keduanya, api permusuhan sudah dinyalakan. Apa yang akan dikatakan Cade Goldwin jika tahu anak-anak ini menjodohkannya dengan gadis itu?Dan keajaiban apa yang bisa dibuat sepasang kembar ini untuk menyatukan dua kutub yang saling bertolak belakang itu?“Paman tidak perlu khawatir. Walaupun awalnya mereka tidak saling suka, pada akhirnya mereka akan menikah juga.” Mike seperti bisa membaca pikiran Langdon. “Yah, walaupun harus kuakui, perangai mommy memang sedikit buruk.”Ya, ampun! Sepertinya Langdon harus mulai berhati-hati dengan kedua anak ini. Jangan sampai dia menjadi target berikutnya.“Kami tahu kalau seseorang itu berjodoh dengan seseorang lainnya hany
“Kalian melihat Langdon?” Cade menanyakan pada kedua anak yang tengah asyik membuat huru-hara di ruang tamunya.“Paman tadi pergi ke kamar mandi.” Mike memberitahu sambil menjalankan miniatur mobilnya di pinggir meja.Cade mengerutkan kening lantas pergi ke kamarnya. Dia perlu berbicara pada Langdon tentang suatu hal, tapi dia akan menunggu dulu.Namun saat Cade telah selesai mandi dan berganti pakaian, dia tidak menemukan sang asisten di ruang tamu. Apa Langdon sudah pulang tanpa pamit padanya“Paman masih di kamar mandi.” Kini Mika yang memberitahu. Tampangnya acuh saja saat mengatakan itu.Cade jadi curiga. Dia beranjak ke belakang ke arah kamar mandi yang terletak di luar kamar tidur.Di depan pintu kamar mandi yang tertutup rapat dia mendengarkan sejenak. Tak ada suara apa pun. Lelaki itu mengetuk.“Langdon? Kau di dalam? Apa ada masalah?”Terdengar suara siraman air di dalam sana.Pintu kamar mandi terbuka. Seraut wajah pucat muncul dari baliknya.“Tuan....” Muka Langdon terliha
Mike dan Mika melihat pada ayahnya dan merasa penasaran dengan panggilan telepon itu.“Daddy terlihat senang,” ujar Mike begitu Cade mematikan ponsel dengan hanya meninggalkan sebuah komentar memuji untuk si penelepon. “Apa Daddy sudah berhasil membujuk mommy untuk tinggal di sini?”Sebenarnya Cade tidak akan senang jika gadis itu tinggal di sini. Namun dia merasa puas karena sebentar lagi akan bisa menaklukkan sifat keras kepala Fay Willmer. Gadis itu tidak akan bisa menolak tawarannya lagi.“Batas waktunya belum habis. Masih dua hari lagi. Aku sedang berusaha. Tapi aku yakin, nona Willmer akan dengan senang hati menjadi pengasuh kalian.” Cade memberitahu anak-anak yang lalu hampir bersorak dengan berita itu.Mungkin ada bagusnya juga jika gadis itu menjadi pengasuh mereka. Bukankah nona Willmer bilang, dia merasa kesusahan karena harus mengurus Mike dan Mika. Dia akan memberikan kesusahan itu sekali lagi meski dengan iming-iming yang menguntungkan Fay.“Bagaimana Daddy membujuknya?”
Hujan masih turun dengan derasnya selama hampir satu jam kemudian. Fay di seberang jalan masih belum beranjak dari posisinya.Lelaki di dalam mobil menyalakan mesin, mengarahkannya ke seberang dan berhenti tepat di depan Fay.Gadis itu mulanya tidak peduli dengan keadaan di sekelilingnya. Pun pada si pengendara yang ke luar dari mobil dan gegas berjalan ke arah Fay menghindari deraan hujan.“Nona Willmer. Aku tadi ke tempatmu, tapi ternyata kau tidak ada.” Cade Goldwin menyapa Fay. Gadis itu terkejut dengan keberadaan Cade yang tiba-tiba di sebelahnya. Sedikit air hujan membuat rambut gelap lelaki itu basah. Kenapa lelaki sialan ini bisa ada di sekitarnya? Hujan-hujan begini? Fay terlihat tidak senang dengan kehadiran ayah dari si kembar. Dia hanya melihat sekilas pada Cade lalu kembali fokus ke jalan yang tidak terlalu ramai.“Mike dan Mika terus berkeras agar kau mau menjadi pengasuh mereka. Jadi aku pergi mencarimu. Katakan saja kalau kau punya permintaan lain selain penawaran